'Sampai kapan aku harus merasakan perasaan membingungkan ini, aku setidak percaya itu pada dunia, tuhan.., aku lelah.'
<ABZAN>Waktu yang ditunggu-tunggu adalah pulang sekolah dan masih ada satu jam pelajaran kini Zanneta menyempatkan waktu istirahat untuk membaca novel ditemani suara musik dihadphone nya.
"Zan gak kekantin?!" Suara keras Zifa membuyarkan kesenangan Zanneta dalam halunya.
Ia mengalihkan pandangan dari novel beralih memandang Zifa yang berdiri didepan kelas, "aku gak ikut Zif" Ucap Zanneta disertai senyum kecil.
Zifa mengangguk dan mengabaikan teman sekelas yang tadi merasa terganggu akan teriakan nya. Kembali ke Zanneta yang sekarang fokus memandang kegiatan para manusia di lapangan melalui jendela disampingnya.
Disana mereka bersenang-senang dengan temannya atau pacar, terlihat asik untuk dipandang dan ke asikkan mereka tidak pernah Zanneta rasakan.
Ia ingin merasakan apa yang orang-orang bicarakan tentang kesenangan punya teman, terbuka sama pacar dan teman, tapi sayang Zanneta tidak bisa untuk merasakan nya ia terlalu datar untuk bersikap sampai ia bertanya dalam hati 'gimana rasanya jatuh cinta?, gimana rasanya untuk bersikap terbuka ke teman?, dan gimana rasanya disayang oleh mereka yang membutuhkan kita?..'
Sampai saat ini pertanyaan itu selalu ada setiap ia mulai untuk berjalan, bahkan untuk percaya dengan perkataan Abyaz saja rasanya terlalu biasa saja dan terbuka ke temannya saja ia masih ada rasa tidak sepercaya itu.
"Woi!! ngelamun mulu udah bel Zan nanti ke sambet."
Suara Zifa membuat Zanneta terkejut, dengan wajah terkejutnya Zanneta mengalihkan pandangan kedepan tepatnya dimana Zifa duduk dengan wajah polos memandang nya.
"Zifa lain kali jangan nganggetin gitu jantung ku rasanya mau pindah tau." Jelas Zanneta yang masih memegang dadanya yang berdetak kencang.
"Hehehe maapin, soalnya elu ngelamun mulu jadikan gue suka gangguin elu." Jawab Zifa terkekeh geli akan kelakuannya sendiri.
"Brisik hadap depan!" Tegas Adip selaku ketua kelas yang kebetulan duduk dengan Zifa.
"Ck ganggu amat kadal." Decak Zifa melirik sinis kesamping kanannya.
Tak terasa jam pulang tiba, segera ia melangkah untuk pulang dengan tak lupa headphone terpasang dikedua telinganya. Zanneta melihat mobil yang dikenal nya terpakir didepan gerbang yah orang itu Abyaz sedang bersandar dikap mobil, pemandangan itu membuat semua siswi yang pulang berakhir berteriak kagum dan ada juga yang berbisik ketemannya.
Abyaz yang tadi fokus ke handphone kini memandang semua murid sambil memasukkan benda itu ke saku celananya. Pandangan Abyaz beralih ke Zanneta yang berdiri didepan gerbang, ekspresi terkejut Zanneta membuat sudut bibirnya tertarik keatas dengan langkah senangnya ia berjalan 20 langkah kearah Zanneta berada.
"Aku udah bilangkan mau jemput kamu." Ucap Abyaz masih dengan senyum lebar, tangannya melambai didepan Zanneta saat sang empu tidak bergeming sampai Abyaz tidak menyadari jarak antara gadis didepannya hanya sejengkal.
Zanneta merasakan angin menerpa wajahnya, ia terkejut untuk kedua kalinya karena pria didepannya berjarak sangat dekat. Setelah tersadar buru-buru ia melangkah mundur selangkah dan berjalan mengabaikan Abyaz, ia merasa semua murid pasti akan membicarakannya dan yang ia pikirkan hanya menjauh dari dia dan mereka semua.
Melihat Zanneta mengabaikannya membuat Abyaz kecewa, muka yang tadi ceria berakhir datar kembali memandang punggung Zanneta yang melangkah cepat.
Mengabaikan perasaan yang kecewa ia menyusul Zanneta sebelum gadis itu menaiki angkutan umum.

KAMU SEDANG MEMBACA
ABZAN
Ficção AdolescenteIni adalah Akhir Cerita dari seorang gadis yang jatuh hati sejak bertemu dengan kakak kelas nya yang cuek. Kisah tanpa sebuah perkenalan rasa suka dan tanpa komitmen tapi hanya sekedar dua orang yang selalu berpapasan. Seorang gadis yang memendam c...