Part 2

936 84 54
                                        

Pukul 13:40 Singto bangun dari tidurnya, ia duduk di ranjang sembari terus menguap karna masih merasakan ngantuk, setelah nyawanya terkumpul, Singto langsung beranjak dari ranjang dan pergi ke kamar mandi.

Setelah mandi dan berpakaian lengkap, Singto keluar dari kamarnya berjalan menuju dapur untuk makan siang.

Singto memang tak mempunyai kegiatan lain, dia seorang pengangguran dan setiap harinya hanya berdiam diri di rumah, jika dia bosan di rumah, Singto akan pergi main ke tempat temannya atau membeli para jalang di club untuk di jadikan mainan satu malamnya.

Di meja makan, Singto bertemu dengan papanya yang tengah makan siang, dia memang hanya mempunyai papa, sedangkan mamanya sudah lama meninggal dunia.

"Dimana mobil mu?" Tanya Tuan Richard saat melihat kedatangan anaknya.

"Di ambil Tay." Ucap Singto sembari duduk di sebuah kursi hadapan papanya.

Singto mengambil makanan yang sudah tersedia di atas meja dan memulai makan siangnya.

"Apa kamu balapan lagi!?" Tanya Tuan Richard.

"Hmm, aku kalah taruhan semalam." Ucap Singto seakan tak takut sedikitpun dengan papanya sendiri.

"Sampai kapan kamu akan seperti ini, Sing!! Usia mu sudah 29 tahun, berhenti bermain-main!! Lihat Namtan, dia adik mu tapi dia sangat mandiri tak seperti kamu!!"

"Aku dan Namtan berbeda, pa! Jangan samakan kami. Lagipula tanpa aku bekerja, papa sudah kaya, kan?"

"Tapi siapa yang akan mengambil alih perusahaan papa nanti jika kamu tak belajar bekerja dari sekarang?"

"Ayolah, papa mempunyai dua anak, jika aku tak mau, suruh Namtan saja. Bukankah dia anak papa yang paling mandiri?"

"Tapi Namtan wanita, lagipula dia sudah mempunyai usaha sendiri."

"Ckk! Aku benar-benar malas membahas ini!" Ucap Singto.

"Papa akan menjodohkan mu dengan salah satu anak rekan bisnis papa."

"Tidak! Aku tak ingin menikah, aku bahkan tak percaya apa itu cinta, aku tak ingin berkomitmen dengan siapapun, aku ingin seperti ini, tanpa aku menikah, aku sudah mendapatkan semuanya, uang bisa membeli kebahagiaan dan membeli banyak wanita untuk ku tiduri." Ucap Singto.

Tuan Richard meremas tangannya mendengar itu, Singto benar-benar keras kepala.

Ponsel Singto berdering, ia melihat panggilan masuk dari Tay, kemudian ia mengangkat panggilan tersebut.

"Hmm?"

"....."

"Baiklah." Ucap Singto kemudian ia mematikan panggilannya.

Singto beranjak dari duduknya, memilih untuk pergi dari sana.

Beberapa menit di perjalanan akhirnya Singto tiba di tempat tujuan, sebuah kafe yang sangat mewah dengan ramai pengunjung. Singto berjalan masuk ke dalam sana mencari keberadaan teman-temannya.

"Kenapa harus bertemu di sini!" Keluh Singto sembari duduk di samping Off.

"Bukankah ini kafe adik mu? Kita bisa minum gratis di sini." Ucap Tay sambil terkekeh kecil.

"Aku memperhatikan kalian! Jangan membuat keributan di kafe ku!!" Ucap Namtan tajam.

"Siap, cantik." Ucap Tay sembari mengedipkan sebelah matanya.

Tak lama seorang waiter datang dengan membawa nampan berisi minuman pesanan Off dan Tay tadi, namun saat Krist menyimpan gelas kopi di atas meja, ia tanpa sengaja menumpahkan kopi itu sehingga mengenai baju Singto.

"Apa kamu tak bisa bekerja dengan benar!!" Ucap Singto marah.

"M-maaf, Phi." Ucap Krist.

*Plak... Satu tamparan mendarat di pipi Krist dari Singto sehingga membuat banyak pelanggan menatap ke arah mereka.

"Namtan!!" Teriak Singto, Namtan yang mendengar teriakkan Phinya langsung berjalan mendekati sumber suara.

"Jangan berteriak, Phi!! Ada apa!!" Ucap Namtan kesal.

"Lihat pelayan bodoh mu ini! Dia menumpahkan minuman di baju ku!!"

Namtan melihat Krist yang hanya mampu terdiam sambil memegang pipinya.

"M-maaf, aku benar-benar tak sengaja." Ucap Krist.

"Apa kamu baik-baik saja, Krist?"

Namtan sangat khawatir saat melihat pipi Krist memerah.

"Ya, aku baik-baik saja. Aku pantas mendapatkannya." Ucap Krist.

"Phi Sing benar-benar keterlaluan, kenapa harus menamparnya!?"

"Dia tak becus bekerja!!"

Tay dan Off hanya diam memperhatikan mereka semua. Hey.. Singto memang mengerikan jika sedang marah, ini bukan kali pertama Singto menampar seseorang, saat di club, jika ada yang tanpa sengaja menyenggol dirinya pasti Singto akan mengamuk, itu sebabnya mereka tak heran lagi dengan Singto yang mengamuk pada Krist sekarang.

"Pecat dia!!" Ucap Singto sembari menunjuk ke arah Krist.

"T-tidak bisa, Phi! Lagipula Krist melakukannya tanpa sengaja." Ucap Namtan membela Krist.

"Phi Sing, aku benar-benar minta maaf." Ucap Krist.

"Krist, abaikan Phi Sing, sebaiknya kamu ke belakang sekarang." Ucap Namtan lembut.

"Baik."

Krist berjalan pergi dari sana sehingga membuat Singto semakin bertambah kesal sekarang.

"Pecat dia, Nam!!"

"Sudahlah, Phi. Aku tak akan memecat Krist, di ruangan ku ada baju ganti, ayo ke ruangan ku untuk mengganti baju Phi."

Tanpa mendengar jawaban dari Singto, Namtan langsung berlalu pergi dari sana.

"Kamu tak akan bisa membuat Krist di pecat, apa kamu tak menyadari itu? Adik mu menyukai Krist." Ucap Off.

"Ups... Jika Krist dan Namtan menikah, dia akan menjadi adik ipar mu, Sing." Ucap Tay sambil tertawa terbahak-bahak.

"Aku tak akan membiarkan itu terjadi!!! Aku membenci Krist!! Dia tak boleh menikah dengan Namtan!!" Ucap Singto dengan emosi yang menggebu.

"Jika mereka saling mencintai kamu bisa apa?" Ucap Off.

"Lihat apa yang akan ku lakukan nanti!!" Ucap Singto.
















Tbc.

Mr. AnnoyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang