[Alex] Masa lalu

194 13 0
                                    

Pukul 12.25.

Alex baru aja duduk di kantin kantornya setelah sebelumnya mesen makanan. Sembari nunggu, dia ngeluarin ponsel buat ngilangin bosen sekalian ngecek apa ada pesan penting yang masuk. Karena tadi ponselnya dia silent waktu meeting, dan baru sekarang dia pegang lagi.

Ternyata ada pesan baru di WA, bahkan panggilan juga.

Dari Sofi, tunangannya. Sekitar satu jam yang lalu.

❤️Sofi❤️

|Al, kamu udah istirahat?
|Ke kantorku dong, anter aku ke tempat Dina bentar. Ada file yang harus aku ambil nih.
|Kalo pake motor kamu kan cepet.
11.35

Panggilan suara tak terjawab pukul 11.40

Panggilan suara tak terjawab pukul 11.41

|Kamu masih sibuk ya Al?
|Yaudah aku pake ojol aja ke tempat Dina.
11.42



Selesai membaca pesan itu, Alex langsung menghubungi nomor Sofi.

Keningnya berkerut sewaktu panggilannya tak kunjung diangkat. Bahkan sampai panggilan yang ketiga, panggilan masih belum diangkat.

Berpikir cepat, Alex coba nelepon Dina. Kebetulan Alex punya nomornya karena emang Dina temen deketnya Sofi.

"Napa Lex?" Suara Dina langsung masuk telinga setelah nada panggilan pertama.

"Sofi udah ke tempat lo Din?"

"Iya dia tadi bilang mau kesini, tapi sampe sekarang belum nyampe. Kenapa?"

"Serius lo?"

"Iya, serius. Kenapa sih?"

"Nggak apa-apa. Gue cuma mau mastiin aja."

Alex merasa gelisah karenanya. Apa mungkin masih di jalan, pikirnya.

Mencoba berpikir positif dan berusaha tenang, Alex akhirnya menyantap soto di depannya yang baru aja datang.

Namun baru dua suap, entah kenapa dirinya tiba-tiba merasa nggak tenang. Kalo gini ceritanya dia agak nyesel kenapa tadi selesai meeting dia ga pegang hape dan ngilangin silent mode nya dulu. Dan nyesel karena tadi masih di gudang ngurus packingan barang yang salah sewaktu jam istirahat udah masuk, yang berimbas dia sekarang telat makan siang dan baru baca WA nya Sofi. Padahal sebagai kepala gudang dia bisa nyuruh anak buahnya yang ngurus.

Alex beranjak dari duduknya. Nafsu makannya tiba-tiba hilang. Menghabiskan teh angetnya dulu, baru setelah itu kakinya bertolak menuju parkiran. Lima menit selanjutnya motor Alex sudah melesat di jalan.

Lima belas menit Alex udah sampe di kantor WO nya Sofi. Gila, dia ngebut. Soalnya kalo motoran pake kecepatan biasa setengah jam nyampenya. Mana rame juga kan jalan rayanya.

Tanpa babibu Alex langsung masuk dan nanya apa Sofi ada di sana. Dia mastiin dulu siapa tahu Sofi nggak jadi ke tempat Dina. Tapi hatinya mencelos sewaktu Nindi, sang resepsionis, bilang kalo Sofi udah keluar dari tadi dan sampai sekarang belum balik.

Lagi, Alex coba nelepon Sofi.

Masih nihil jawaban.

Bergerak cepat, Alex memutuskan buat ke tempat Dina. Jarak waktu dari kantor Sofi ke kantor Dina cuma 15 menit kalo motoran. Iya lebih cepet soalnya daerah ke kantor Dina banyak jalan satu arah yang di beberapa jalur, mobil nggak dibolehin lewat situ. Cuma motor aja yang bisa.

Sekitar 10 menit Alex jalan, laju motornya perlahan melambat saat beberapa meter di depan sana ada banyak orang yang memenuhi sebagian jalan. Kalo lihat sikon kayaknya ada kecelakaan. Dan hipotesis Alex soal kecelakaan itu menjadi benar saat mobil ambulans baru aja ngelewati dia.

Seiring Alex mendekati kerumunan, semakin cepat pula degup jantungnya berdetak. Dalam hati dia terus berdoa semoga bukan kekasihnya yang jadi bagian dari kecelakaan itu.

Namun doa Alex terhenti saat dia melihat tas yang sangat dia kenal tergeletak di tengah jalan. Isinya berceceran di antara puing-puing motor yang berserakan. Buru-buru dia memarkir motornya di tepi jalan, dan instingnya membawa kakinya berjalan ke arah ambulans.

Menembus gerombolan orang yang sedang menolong korban tak sadarkan diri, akhirnya mata Alex membola tak percaya.

Di sana, dia melihat perempuan yang tak lain adalah Sofi, terlihat mengenaskan dengan darah di sekujur tubuhnya.

"SOFIIIIII!!!"

***

Alex bangun tidur dengan napas tersengal-sengal.

Kejadian tiga tahun lalu masih membayanginya sampai sekarang, dan selalu jadi mimpi buruknya.

"Kak?"

Alex menoleh ke arah pintu kamar yang dibuka adiknya. Pasti tadi dia teriak sewaktu tidur.

"Mimpi buruk?"

"Iya, Vin. Biasa."

Davin hanya mengangguk paham. "Bangun, udah pagi. Kerja kan lo?"

"Iya iya. Bawel lo."

Setelah Davin menutup pintu, Alex masih terduduk di kasurnya.

Rasa bersalah itu datang lagi. Banyak kalimat yang diawali 'seandainya' muncul di kepalanya, seiring air matanya perlahan menetes.







 Banyak kalimat yang diawali 'seandainya' muncul di kepalanya, seiring air matanya perlahan menetes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alex Eka Pratama

X

Sofi Aulia

Special Love || XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang