[Iwan] Move on

103 8 2
                                    

"Septian?"

Iwan yang lagi sibuk ngunyah kentang goreng sambil ngawasin Kenan dan Kio menoleh. Ira yang duduk di sebelahnya pun ikut menoleh juga.

Iwan agak terkejut disamperin seseorang yang dia kenal itu di sini. Seseorang yang manggil dia 'Septian' bukan 'Iwan', seseorang yang membuat dia ingat sebuah memori masa lalu.

"Nimas?" Ucap Iwan menyebut sebuah nama dengan suara pelan.

Nimas, perempuan yang berdiri di depan Iwan dan Ira. Tau Iwan inget dia, Nimas jadi bersemangat buat lanjut ngobrol. "Lama banget nggak ketemu ya. Kesini sama siapa?"

"Ponakan," jawab Iwan sambil nunjuk pake dagu di mana Kenan berada di kolam bola.

"Wah udah besar ya, Kenan." Lalu atensi Nimas beralih ke Ira, saat itulah Iwan bisa liat mata Nimas mengerling ke arah Iwan setelah liat Ira. "Trus ini siapa? Pacar baru kamu ya? Ceritanya udah move in nih dari aku."

Sumpah, Iwan udah wanti-wanti Nimas bakal ngomong gitu. Dia rada kikuk saat tatapannya bertemu sama Ira yang bingung minta penjelasan. Baru buka mulut mau ngejelasin kalo Ira bukan pacarnya, suara Kio menggelegar menginterupsi ucapan Iwan.

"PAPAAAA! MAMAAA! WAAAAA"

Tiga orang dewasa di situ kompak noleh ke arah Kio. Bocah itu jejeritan soalnya Kenan usil masukin bola ke dalem baju Kio. Ira sigap langsung menghampiri kedua bocah itu dan melerai Kenan dan Kio.

Pemandangan itu membuat Nimas agak cengo. "Eh? Papa? Kamu udah nikah?"

Duh kan, makin runyam. Tapi gara-gara Nimas ngomong begitu Iwan jadi kepikiran ide. Ide buat mengiyakan ucapan Nimas.

"Iya," jawab Iwan singkat.

"Kapan nikahnya? Kok aku nggak diundang? Jahat ih."

Iwan menghela napas dulu sebelum berujar. "Lo bisa datang aja gue nggak yakin. Emang suami lo ngebolehin? Kayaknya nggak bakal deh."

Nimas nyengir aja waktu Iwan ngomong begitu, seketika ngerasa nggak enak. Sebelum ini beberapa kali mereka sempat berpapasan dan selalu canggung kalo suami Nimas ada di sekitar mereka. Namun bagi Iwan lebih nyebelin kalo Nimas sendirian. Ya kayak sekarang ini.

"Ya udah kalo gitu. Aku duluan ya, Septian." Nimas pun berlalu.

Atensi Iwan beralih ke Ira yang gendong Kio, sementara Kenan ngekor di belakang Ira. Dua bocah itu kelihatan capek habis mandi bola.

"Tadi siapa?" Ira langsung nanya ke Iwan saat sudah duduk di sebelahnya.

Iwan nggak langsung jawab, dia sibuk bukain botol minum punya Kenan dulu.

"Mantan gue."

Jawaban Iwan cuma direspon 'oh' sama Ira.

"Oh ya, gue mau bilang sori," lanjutan omongan Iwan bikin Ira berhenti ngelap bibir Kio yang belepotan makan donat, lalu menoleh ke Iwan.

"Sori kenapa?"

"Tadi gue nge-iya-in omongan mantan gue kalo lo istri gue." Iwan bisa lihat kekagetan di mata Ira pas dia ngomong begitu. Akhirnya dia menoleh ke arah lain lalu ngasih penjelasan ke Ira kenapa begitu. "Nggak tau kenapa habis putus dia malah jadi nyebelin. Gue sebel kalo pas ketemu dia selalu diledekin. Dibilang belum move on mulu. Trus tadi gara-gara Kio manggil 'Papa' dikiranya itu anak gue. Gue nggak bilang secara langsung sih kalo lo istri gue, tapi nggak perlu dijelasin juga pasti dia ngiranya gitu. Sori Ra."

Iwan menghembuskan napas panjang. Waktu dirasa nggak ada tanggapan apa-apa dari Ira, Iwan akhirnya menoleh. Dia agak bingung waktu lihat Ira malah terkekeh, yang lama-lama menjadi tertawa lepas.

"Ada yang lucu?" tanya Iwan.

"Iya. Muka lo lucu waktu lo cerita tentang mantan lo tadi," jawab Ira di sela tertawa. "Emang pas putus nggak baik-baik ya?"

"Iya sih. Dia aslinya udah dijodohin sama orang tuanya, tapi dia nggak mau. Dan gue juga posisinya nggak tau menahu soal itu. Makanya dulu gue maju aja waktu ada rasa ke dia. Dia temennya temen gue, btw. Kita pacaran setahun. Trus nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba dia minta putus. Dia nggak ngasih alesan kenapa. Gue bingung dong, akhirnya gue coba nanya ke temen gue, dan jawaban itu akhirnya dateng waktu temen gue ngasihin undangan nikahan mantan gue ke gue. Anjir banget. Temen gue akhirnya ngasih tau kalo ternyata gue dijadiin pelarian mantan gue aja. Ngenes banget nggak tuh."

Pada akhirnya Iwan menceritakan masa lalunya ke Ira. Ira yang tadinya masih ketawa akhirnya terdiam setelah mendengar cerita masa lalu Iwan.

"Trus, lo dateng nggak ke nikahannya?" tanya Ira kepo.

"Nggak. Males banget."

"Karena lo beneran belum move on?"

"Ya, dulu sih iya. Tapi sekarang udah nggak. Rasa sakitnya udah gue kubur. Gue sekarang udah biasa aja sama dia."

Ira ngangguk-ngangguk. "Gue baru tau sisi lain hidup lo yang ini. Semangat Iwan, lo pasti dapet cewek yang lebih baik dari mantan lo itu. Move on dong, beneran cari cewek sana."

"Ya udah, move on sama lo aja gimana?"

"Uhuk!"

Iwan sengaja asal nyeletuk nanya kayak gitu, tapi dia nggak ngerti sikon kalo Ira lagi minum. Batuk deh si Ira gara-gara kaget.

"Gila lo. Gue nggak mau," ucap Ira setelah batuknya reda.

"Yah, gue ditolak nih?"

Ira ketawa kecil liat ekspresinya Iwan. "Jangan keliatan ngenes gitu dong. Gue jadi ngerasa nggak enak kan."

"Trus kenapa lo nolak gue? Padahal kita berdua seumuran."

"Oh ya? Tau dari mana kita seumuran? Perasaan gue belum pernah ngasih tau lo umur gue deh."

"Gue tau pas liat KTP lo, yang waktu itu disebar sama Kio. Gue nggak nyangka juga sih, gue kira lo seumuran kayak abang gue."

"Oh."

"Ini kenapa jadi ngomongin umur sih. Lo belum jawab pertanyaan gue. Lo kenapa nolak gue?"

"Lagian dari semua cewek, kenapa harus gue coba?"

"Ya emang kenapa? Lo nggak ada gitu keinginan buat nikah lagi? Atau seenggaknya pacaran?" Pertanyaan Iwan bikin Ira termenung sesaat. Iwan nanyanya santai sih, tapi pertanyaan macam begitu deep banget kalo mau dibahas. Dan Iwan emang sengaja kayaknya, soalnya tadi kan mereka bahas-bahas soal move on, jadi dia sekalian aja nanya hal itu ke Ira.

"Soal itu... kayaknya nggak sekarang deh. Soalnya fokus gue saat ini cuma Kio. Sori ya Wan."

Iwan menipiskan bibir mendengar jawaban Ira. Kemudian sibuk mengambil tisu saat Kenan juga belepotan makan donat, lalu disekanya sekitar mulut Kenan dengan tisu itu.

Iwan menyembunyikan senyum pedihnya. Belakangan dia merasakan hal asing yang masuk ke dalam hatinya tanpa permisi. Hal asing seperti perasaan senang dan berdebar saat di dekat Ira. Agaknya dia harus mengubur lagi perasaan menyenangkan itu. Bahkan saat dia belum memulai.













Author's Note:
- Ada yang request nggak kira2 sehabis Iwan kisahnya siapa yang mau di up?? Soalnya part Iwan kurang satu chapter lagi selesai.
Kalo ada yang minta, tulis aja di komen ini ➡️

- oh iya, aku lagi seneng nih. Lee Suji, cewek yang jadi face claim Ira di sini baru2 ini aku tau kalo dia mau nikah. What a good news.

Special Love || XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang