[Iwan] Pertemuan Kedua

68 8 2
                                    

Entah kenapa, pertemuan Iwan dengan Ira selalu dramatis.

Setelah ngegep Ira nyuri susu di Indomei, hari-hari setelah itu Iwan nggak ketemu Ira lagi. Iwan pun nggak mikirin juga untuk bisa ketemu lagi sama ibu satu anak itu. Pertemuan mereka cukup membekas. Iya, membekas di ingatan Iwan untuk waspada kalo lihat Ira di keramaian dan melakukan hal nekat kayak kemarin.

Seminggu setelah itu, Tuhan membuat takdir untuk Iwan ketemu sama Ira lagi. Dan kali ini posisi Ira lebih pelik dari sekadar nyuri sekaleng susu.

Ira hampir diperkosa seseorang.

Malem itu seperti biasa, Iwan pulang kerja pake motor Revonya. Dia selalu ngelewatin Indomei tempat dimana dia ketemu Ira, karena emang searah sama jalan pulangnya. Dan malem itu Iwan mampir ke Indomei tersebut buat beli rokok.

Entah kebetulan atau emang udah malem, kondisi sekitar Indomei saat itu sepi banget. Iwan yang udah mau stater motor jadi urung karena telinganya denger sayup-sayup orang minta tolong. Kondisi sepi itu makin memperjelas suara yang Iwan tangkep.

Rasa kepo dan waspada menuntun Iwan turun dari motor, lalu jalan pelan ke arah sumber suara, yang kalo ditelusuri kayaknya dari gang sempit di sebelah Indomei.

Dan ya, mata Iwan menangkap siluet seorang laki-laki yang memojokkan perempuan di tembok. Tangan laki-laki itu berusaha membuka baju yang dipakai perempuan itu, sedangkan perempuan itu berusaha menahan sang lawan dengan tenaga kecilnya.

Bak pahlawan kemaleman--ya, karena itu udah malem kan, Iwan bergegas mendekat dan tangannya menarik laki-laki itu supaya berhenti melakukan hal tak senonoh lebih jauh. Kini giliran Iwan yang mengunci tangan laki-laki itu di belakang dan memojokkannya menghadap tembok.

Laki-laki itu berontak sambil bentak Iwan. "Heh! Jangan ganggu urusan gue!"

"Bang! Sebenernya gue nggak mau ikut campur, tapi kalo urusannya mau perkosa orang gue bisa laporin lo ke polisi. Atau minimal gue panggil warga sini biar lo diamuk massa. Mau?!"

Tangan Iwan akhirnya melepas pergelangan sang lawan ketika dirasa udah nggak ada perlawanan. Sebelum pergi laki-laki itu bicara pada satu-satunya perempuan di sana dengan nada mengancam.

"Urusan kita belum selesai. Lo nggak bisa lari dari gue."

Usai laki-laki itu pergi, baru Iwan noleh dan menyadari kalo perempuan itu adalah Ira.

"Ira?"

"Elo?" Ira juga baru sadar kalo penyelamatnya adalah Iwan. Namun Ira hanya bisa bilang 'elo' karena memang dulu Iwan tidak mengenalkan dirinya.

"Lo nggak apa-apa? Lo ada masalah sama orang tadi?"

Ira menggeleng pelan. "Gue bisa minta tolong sama lo?" Ira mengesampingkan pertanyaan Iwan dan bertanya hal lain.

Kali ini tanpa berpikir dua kali Iwan mengangguk. "Apa?"

"Izinin gue numpang di tempat lo. Malem ini aja. Please?"

Iwan mengangguk lagi. "Oke." Melihat ketakutan di mata Ira membuat Iwan kasihan padanya. Iwan pikir, pasti Ira takut kalo-kalo orang tadi dateng lagi nyamperin Ira di kosan.

"Makasih--nama lo siapa?"

"Gue Iwan."

"Makasih Iwan. Tapi bisa nggak sebelum ke tempat lo, anterin gue dulu ambil anak gue? Gue titipin ke temen gue. Nggak jauh kok dari sini."

"Iya, nggak apa-apa. Ayok."







"Lo tinggal sendiri?"

Iwan yang baru ngunci pintu depan langsung disodori pertanyaan sama Ira. Ira sekarang lagi duduk di ruang tamu sambil memeluk anak laki-laki nya yang terlelap. Di sebelahnya terlihat sebuah tas besar yang kemungkinan besar berisi baju-baju Ira dan anaknya.

Special Love || XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang