Bab 13: Penantian Tak Berujung

22 6 0
                                    

Nila tidak akan pernah kembali, begitu pula dengan Hoshi, maupun makhluk-makhluk sejenis lainnya yang pernah Morka bantu untuk melepaskan bebannya di dunia. Morka menghela napas. Ia turun dari ranjang, berjalan mendekati cermin, menatap pantulan dirinya sendiri.

Pandangan Morka kembali terdistraksi. Anak itu memejamkan mata, merasakan denyutan pada kepalanya. Morka perlahan membuka mata, kembali mendapati dirinya sendiri di cermin, tetapi dalam versi yang berbeda, membuatnya sedikit tercengang. Akan tetapi, tidak butuh waktu lama bagi Morka untuk bisa mengendalikan segalanya dengan baik.

"Apakah sudah selesai perjalanan masa lalunya, Morka?"

Morka bergeming di tempat, masih menatap pantulan dirinya di cermin. Suara itu tidak berubah, meski delapan tahun telah berlalu.

"Ya," balas Morka. Ia berdeham begitu mendapati perubahan pada suaranya. Rupanya, ia belum seratus persen melakukan penyesuaian.

Morka kembali terdiam dan suara anak itu juga tidak lagi terdengar. Morka tidak berminat untuk berbalik, mencari tahu alasan mengapa anak itu diam saja. Pantulan dirinya pada cermin tentu lebih menarik baginya saat ini. Morka tidak pernah sadar, sejak kapan tubuhnya menjadi sebesar ini. Tidak sebesar orang dewasa, tetapi cukup jauh lebih besar daripada anak-anak. Wajah lucu dan lugu itu, kini telah tergantikan oleh garis-garis tegas yang kian hari kian menguat, menandakan usia yang terus bertambah.

Tersadar akan sesuatu, Morka berbalik. Seorang gadis kecil, setinggi perutnya, tengah menatapnya sambil memajukan bibir.

"Auva?"

"Kau lihat, Morka? Kau sangat polos sewaktu kau masih sebesar diriku. Kau bahkan tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak," sela Auva. Gadis kecil itu kemudian bergerak pelan dan menurunkan tubuhnya tepat di atas ranjang Morka.

Morka tersenyum. Ia mengedarkan pandangan sekilas. Tidak banyak yang berubah selama delapan tahun terakhir. Tatanan kamarnya masih sama. Tidak ada yang berubah drastis. Hanya saja, makhluk-makhluk dengan ekspresi aneh itu berkurang dan bertambah seiring dengan bergantinya waktu.

Akan tetapi, hal itu tidak menjadi masalah bagi Morka.

Selama Auva ada bersamanya, semua akan baik-baik saja.

Auva, sosok gadis kecil itu, telah menemani Morka selama 15 tahun hidupnya. Sosok gadis kecil itu yang menjadi saksi atas perubahan-perubahan besar yang terjadi dalam hidup Morka. Sesuai harapan remaja itu, Wilis akhirnya mampu mengubah sikap. Pria keras itu akhirnya bisa menerima Morka. Pria itu memang masih kaku dalam memperlakukan Morka. Kecanggungan akan memenuhi atmosfer begitu ayah dan anak itu berbicara satu sama lain. Akan tetapi, Morka tahu bahwa sang ayah kini telah menyayanginya. Pria itu kerap membelikan sesuatu untuknya dan diam-diam mengkhawatirkannya. Di sisi lain, Wilis pun menjadi sangat lembut dalam memperlakukan Magenta. Hal itu membuat Morka sadar bahwa sang ayah sebenarnya adalah orang yang baik.

Segala hal membaik tatkala Morka semakin ahli dalam mengendalikan dirinya. Morka tidak serta-merta terlarut dalam apa yang dilihatnya atau bersikap pasrah ketika rangkaian masa lalu itu membawa pergi jiwanya. Ia tahu, kapan dirinya harus menjelajahi masa lalu dan kapan dirinya harus tetap hidup pada kenyataan. Morka benar-benar bisa mengendalikannya dengan baik. Setelah menghabiskan masa sekolah dasar dengan home schooling, Morka akhirnya bersekolah normal seperti anak-anak lainnya. Ia duduk di bangku kelas, belajar, bermain, dan berteman.

Benar, Morka berhasil menjalin pertemanan.

Jika Morka bisa mendatangkan versi kecilnya saat ini, maka Morka kecil tidak akan percaya bahwa dirinya memiliki teman yang cukup banyak. Bahkan, beberapa di antara mereka menjadi teman terdekat, atau orang-orang menyebutnya sebagai sahabat. Mengingat segalanya, membuat Morka sontak tersenyum.

MORKA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang