1. What's the point of anything?

4.2K 194 51
                                    

Bertahan lamanya suatu hubungan, tidak menjamin bahwa insan di dalamnya merasa cukup. Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi mereka berdua entah itu untuk saling mengenal ataupun memahami. Terlebih, kini keduanya tinggal di bawah atap yang sama selama dua tahun terakhir.

Namun seiring berjalannya waktu, masalah kian muncul layaknya pembeli di sebuah toko. Ya, terkadang datang dengan berbondong-bondong atau bahkan tidak datang sama sekali.

"Kamu mau kemana?? Ini udah malem banget."

"Cari angin. Kamu tidur duluan aja, gak usah nungguin. Takutnya aku pulang besok pagi."

Gadis itu menghela nafas. 'Cari Angin' sudah jelas hanyalah perumpamaan belaka yang digunakan sang kekasih.

Thalasya Lisna, gadis berwajah cantik itu sudah tak aneh dengan apa yang sering dilakukan oleh Aranka Dylan, kekasihnya.

Keluar malam dengan pakaian rapi, bukanlah tanpa alasan Aran lakukan. Gadis itu tak pernah mengatakan secara harfiah tentang apa yang dilakukannya. Saat ia keluar rumah, lalu kemudian tanpa atau dengan sengaja bertemu gadis lain, mereka bisa saja berakhir di ranjang.

Tidak, itu tidak Thala anggap sebagai perselingkuhan. Aran gadis yang baik menurutnya. Selagi Aran tetap mencintainya, maka Thala tak masalah. Gadis itu akan maklumi.

Lagi dan lagi.

"Aku pergi dulu ya, sayang." Aran kecup pucuk kepala kekasihnya itu. "Kamu mau nitip jajanan atau apa gak?"

Thala menggeleng seraya tersenyum. "Enggak. Yang penting kamu hati-hati aja."

"Oke." Knop pintu pun mulai Aran buka.

"Sayang..."

Aran kembali menoleh ke belakang. "Iyaa??" Tanyanya lembut.

"Um... Aku gak apa-apa sih, tapi kalo bisa...pulangnya jangan besok pagi, ya?"

"Kenapa?"

"Aku...cuma pengen malem ini tidur sama kamu dan besok pagi kita bangun bareng."

Aran tersenyum. "Iya, liat nanti, yaa! Aku usahain cepet pulang."

Dan Thala balas senyuman itu. Kalimat Aran itu tidak bisa ia anggap sebagai janji, melainkan hanya kalimat penenang sesaatnya saja. Tapi itu tidak masalah. Thala tetap senang karena Aran mengatakan akan pulang cepat walaupun itu sebatas dusta.



🤍🤍🤍


Tuk!

Aran menaruh gelas kecil kosong yang sebelumnya terisi Vodka ke atas meja. Gadis bertato cukup banyak itu, kembali menghisap rokoknya sembari menyandarkan tubuh pada sofa yang tengah di dudukinya.

"What's your name again?"

Kepalanya ia tolehkan pada gadis di sampingnya yang memakai bodycon dress di mana itu memperlihatkan dengan jelas bagaimana lekuk tubuhnya.

"Kenapa gak jawab??"

Pandangan Aran perlahan turun menjelajahi tubuh gadis itu. "Don't you know that I have to punish people when they forget my name?"

Gadis bertubuh seksi itu--sebut Cassey, kini tersenyum. "Then do it. Aku bener-bener gak inget nama kamu. Sama sekali gak inget."

Aran terkekeh. "Kamu mau hukuman apa, cantik?"

"Anything. Kamu bisa hukum aku apapun itu. Aku bakal terima." Senyumnya menggoda.

Rokok yang berada di tangan kanannya segera ia matikan dan dibuang ke dalam asbak yang berada di meja itu. Kemudian, tangannya pun mulai menarik pinggul Cassey agar lebih dekat dengannya. Diciumnya ceruk leher gadis itu seraya menghirup aromanya dalam-dalam. "White musk, huh?"

Tox(shit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang