9. Open the eyes

863 93 8
                                    

Ingin bertanya, tapi Thala terlalu takut. Alhasil, ia hanya diam dengan rasa penasarannya itu. Mungkin, Aran memang benar-benar sudah merenungi dan menyadari kesalahannya saat keluar tadi.

"Kamu mau maafin aku, kan?? Aku beneran minta maaf... Mana tadi kamu lagi pusing sama mual... Tapi aku malah kayak gitu... Maaf yaaa..."

"Ini beneran minta maafnya?"

"Ya beneran, sayang."

"Okay... Tapi aku minta maaf juga, aku marah dulu." Lantas, Thala membalikkan tubuhnya membelakangi gadis itu.

Hal tersebut sukses membuat Aran mengerutkan alisnya bingung. "Marah?"

"Iya, aku marah dulu bentar. Jangan peluk aku. Pokoknya jauh-jauh dulu."

Di belakang sana, Aran terkekeh pelan. Tidak tahu saja ia bahwa Thala tengah merasakan was-was karena sikapnya sendiri.

"Aku...marahnya bentar aja." Lanjutnya agar Aran tak kesal.

"Berapa menit? Aku tungguin." Suara Aran terdengar bergetar karena menahan tawa.

Thala pun akhirnya kembali membalikkan badan demi bisa melihat ekspresi gadis itu. Dan benar saja, Aran tengah tersenyum padanya. "Aku lagi marah loh ini."

"Iyaa. Terus kenapa? Aku tungguin sampe marahnya selesai."

"Kamu...gak mau ikut marah juga?"

"Kan sekarang yang salah aku, kenapa aku ikut marah?"

Dahinya mengernyit heran menatap Aran. "Oh yaudah, aku aja yang marah sekarang." Ia pun kembali membalikkan tubuhnya membelakangi Aran walaupun dengan perasaan bingung. "Pokoknya aku beneran lagi marah karena kamu habis buat kesalahan."

"Yes, Ma'am. I apologize."

Perlahan, Thala pun menggulum senyum. Rasa marah memang benar gadis itu rasakan. Lagipula siapa yang tak kesal jika dirinya disakiti seperti itu? Tapi, lagi-lagi Thala akan terima jika Aran melakukan hal tersebut. Karena apa? Aran tidak akan marah tanpa alasan. Jika Aran marah, tentu itu karena ia telah berbuat kesalahan. Dapat disimpulkan, masalah dalam hubungan mereka terjadi karena ulahnya sendiri yang tidak menurut.

Intinya, Aran menyayanginya. Untuk itulah sedikit pelajaran selalu ia dapatkan agar dirinya bisa lebih mengerti.

Itu yang selalu Thala pikirkan.

Sebelumnya...

Aran tengah berada di dalam mobil menuju pulang dari rumah Tiara. Sepanjang perjalanan, pikiran gadis tak mau fokus, seolah ada sesuatu yang tengah mengganjalnya.

Saat lampu merah, Aran pun hendak mengambil tisu basah di dalam dassboard. Namun, apa yang ditemukannya justru semakin mengusik pikiran gadis itu. Ia pun mengambil benda tersebut dan menatapnya lama.

Sebuah buku kamus keluaran lama dengan beberapa bagian halaman yang sudah terlepas. Ya, kamus Bahasa Inggris pada umumnya. Itu milik Thala. Gadis itu sengaja membawanya saat mereka pindah rumah. Namun, seperti tertinggal di sini.

Saat awal-awal menjalin hubungan, tepatnya ketika meraka masih SMA, kekasihnya itu pernah bercerita bahwa saat dirinya masih sangat kecil, ia dipaksa untuk bisa lancar berbahasa Inggris oleh ibunya. Dan kamus tersebut, didapatkannya saat ulang tahun ke-4.

Saat itu, Thala mengatakan bahwa ia sampai menangis karena mendapatkan hadiah ulang tahun berupa kamus yang tidak menarik baginya. Dengan sangat terpaksa gadisnya itu membaca kamus tersebut. Hal itu tentu membuat Aran gemas saat mendengarkan cerita masa kecil sang kekasih. Namun, ada satu cerita yang saat ini kembali muncul dalam ingatannya.

Tox(shit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang