Lima menit terakhir ini, Thala terus menatap knop pintu di depannya. Tangannya bergetar tiap kali akan memasukkan password ke dalam smartlock di sana. Ia ragu, tapi penasaran. Entah apa yang membuatnya penasaran, tapi ia ingin memasuki rumah itu lagi.
Menghela napas sejenak, akhirnya Thala pun mulai mengangkat tangannya kembali. Ia coba tenangkan dirinya sebisa mungkin walaupun rasa gelisah kian meningkat kala ia menekan angka demi angka di sana.
Ceklek.
Ada rasa tak menyangka saat tahu bahwa password itu belum berubah. Masih sama saat pertama kali mereka pindah ke sini. Password dengan angka tanggal dimana mereka memulai sebuah hubungan.
Dengan langkah pelan, Thala masuk ke dalam rumah itu. Pemandangannya sungguh tidak sedap di pandang mata. Gelap, berantakan, dan nampak berdebu. "Dia bener-bener gak pulang...?"
Setiap langkah yang diambil, membuat Thala semakin gelisah. Keringat dingin juga mulai membasahi keningnya. Bahkan sedari tadi, tangannya tak berhenti bergetar. Gadis itu ingat betul bahwa rumah ini menjadi tempat di mana dirinya sering dimarahi, dikasari, dan disiksa. Tak ada kenangan baik yang memasuki pikirannya selain perlakuan buruk Aran.
Rasanya, Thala semakin tidak bisa menahan diri dan akhirnya menggapai tembok untuk menahan tubuhnya agar tidak terjatuh. Gadis itu menarik napas beberapa kali sembari memegang dada untuk menenangkan debaran jantungnya yang hebat.
"It's okay... It's okay... Fuhh....."
Thala pun kembali berusaha untuk berdiri tegak dan memasuki ruangan lain. "Aku cuma mau ngambil barang yang ketinggalan, habis itu pulang. Udah. Cukup." Ucapnya walaupun ia tahu, bukan itu tujuan sebenarnya datang kemari.
Saat memasuki kamar, gadis itu kembali merasa tak tenang. Di sana, nampak banyak barang-barang rusak yang berserakan. "Dihancurin semuanya...?" Dan matanya menangkap sebuah pigura di dekat sudut tembok. "Even that photo...?"
Tidak ingin berlama-lama lagi, ia pun segera mencari barang miliknya yang sekiranya penting untuk dibawa pulang.
Setelah selesai, Thala langsung keluar dari kamar itu. Ia tidak ingin lebih banyak memikirkan hal buruk yang sudah dialaminya saat bersama gadis itu.
Ruangan-ruangan yang kini dilewatinya, tidak Thala perhatikan sama sekali dan tetap berjalan menuju pintu depan. Segera saja ia membuka knop pintu itu agar bisa keluar dari rumah ini.
Namun, belum sempat tangannya terangkat, pintu itu sudah mengeluarkan suara yang berasal dari smartlock lalu terbuka di detik berikutnya.
Yang Thala lakukan saat ini, hanyalah diam mematung dengan debaran jantung yang kembali meningkat menjadi lebih cepat daripada saat ia memasuki rumah ini tadi. Tangannya juga kembali bergetar bahkan lebih kencang.
Berbeda halnya dengan orang yang tadi membuka pintu dari luar itu. Walaupun ia juga terdiam karena terkejut ada Thala di sana, tapi tak ada rasa panik atau gelisah yang mengganggunya. Hanya perasaan tak menyangka sekaligus bingung.
"A-aku pergi dulu." Ditabraknya tubuh orang yang berdiri di ambang pintu itu.
"Wait!" Tentu saja Thala tidak dibiarkan untuk melewatinya.
"Lepasin...." Thala tarik tangannya dari genggaman gadis itu. "Please, Aran, lepasin!"
"Kamu kemana aja? Kenapa baru ke sini? Aku kangen..."
"Ihhh lepasin!!!"
Dengan meningkatnya nada bicara Thala, Aran pun akhirnya melepaskan tangan itu. "Maaf..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tox(shit)
Romance(Completed) Ini bukan kisah bagaimana perjuangan mereka untuk bersatu. Tapi, ini kisah bagaimana mereka memperjuangkan cinta yang sudah bersatu. SENSITIVE CONTENT!!! #GXG