19. Final chapter

1.3K 92 22
                                    

"Wah?? Tau dari mana? Bukannya udah gak berhubungan lagi sama dia?"

"Pengennya, enggak. Tapi ada orang yang mau gak mau bikin gua ngehubungin dia lagi."

Kemarin...

"Kenapa baru bilang, Vi???!!"

"Aku takut, Kak... Gak berani bilangnya..." Gadis itu terus menangis. "Aku gak pernah kayak gitu... Aku takut..."

Thala menggigit kukunya tak tenang. Pasalnya, Vivian sepupunya sendiri tengah merasa terpuruk dan ketakutan selama satu minggu terakhir ini karena mendapat perlakukan tak senonoh dari orang yang dikenalnya.

Ya, mantan kekasih dari Thala itu dengan berani sudah menyetubuhi Vivian--gadis kelas 2 SMA yang mempunyai sifat sangat tertutup, pendiam, dan cenderung lugu. Vivian tidak pernah membayangkan, bahwa ketika ia pulang sekolah saat itu, Aran menjemputnya dengan alasan Thala yang menyuruh.

Aran mengatakan, bahwa Thala mengundang dirinya untuk kumpul bersama sepupu lain di rumahnya. Vivian jelas percaya dan tidak banyak bertanya karena sifat pendiamnya itu. Lagi, gadis itu juga belum mengetahui apapun tentang hubungan Thala dan aran yang sudah beberapa hari itu selesai.

Saat sudah sampai rumah, kejadian itu pun akhirnya terjadi. Entah apa motif jelas dibalik perlakuan Aran padanya. Tapi ia dapat menyimpulkan, bahwa saat itu Aran tengah marah dan menjadikan dirinya sebagai pelampiasan.

Ada beberapa kalimat yang Vivian ingat keluar dari mulut Aran saat dirinya berontak memaksa untuk melepaskan diri.

"TUTUP MULUT ATAU GUA DATENG TIAP HARI?!"

"BILANG SAMA DIA, SURUH BALIK!"

"Suka gua cewek yang gak bisa ngelawan kayak gini."

"Gak ada dia pun, gua bisa pake lu ahahaha!!!"

Mengingat kejadian itu, membuat Vivian terus ketakutan. Rasanya, setiap hari ia merasa terancam. Terlebih, gadis itu tidak pernah mengatakan hal ini pada siapapun dan tetap menjalani kehidupan seperti biasanya. Berangkat sekolah, pulang sekolah, pergi kursus, dan lain-lain layaknya anak sekolah pada umumnya.

Bukannya Vivian ingin terus diam. Jelas ia ingin menceritakan hal ini pada orang tuanya, terutama Thala yang mungkin bersangkutan. Tapi rasa takut itu terus menghantui. Ia tak ingin Aran mendatangi dan melakukan hal itu lagi padanya jika ia buka mulut.

Bagaimana pun cara orang normal berpikir, pasti semuanya dirasa buram saat rasa takut lebih mendominasi.

Tapi ternyata, dengan diam tidak menyelesaikan apapun. Ia tetap merasa tidak aman dan justru mendapat info yang beredar dari teman-teman di sekolahnya, bahwa beberapa anak di sana juga pernah melakukan hubungan serupa dengan gadis itu.

Tapi, kenapa mereka nampak tidak seperti dirinya yang ketakutan?

Dan seperti itulah alasan Vivian akhirnya berani memberitahu Thala.

"Maafin aku, Kak..."

Dengan segera Thala menoleh pada gadis itu dan mengusap pipinya lembut. "Kamu jangan minta maaf! Harusnya aku yang minta maaf... Gara-gara aku juga dia malah ngincer kamu."

"Terus aku gimana, Kak, sekarang? Makin diinget makin--" Sontak Vivian memeluk tubuhnya sendiri dengan erat. "Sakit, Kak... Dia kasar... Aku gak berani pergi sendiri lagi... Aku gak kuat selalu ngerasa was-was tiap keluar... Takut aku, Kak..." Tangisannya semakin kencang. Sebelumnya, Vivian tidak pernah sampai sebegininya dalam menyalurkan emosi atau apa yang tengah dirasakannya. Namun hal ini benar-benar sudah mengusiknya, sehingga kata-kata tersebut dengan mudah lolos dari mulutnya.

Tox(shit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang