10. Let her feel what she feels

815 89 3
                                    

"Oh ini tadi pas aku suguhin dia minum, gak sengaja tumpah ke bajunya. Sekarang bajunya lagi dijemur dulu. Aku udah suruh dia pake baju aku atau kamu dulu, tapi gak tau nih, gak usah katanya." Aran tertawa seraya menoyor pelan kepala temannya itu.

"Apasih, Ran, hahaha! Sorry ya gue agak terbuka gini. Tapi gue gak mau bikin baju kalian kotor kalo gue pake. Lagipula ini bra-nya agak nutup kok, jadi jatohnya kayak tank top kekecilan aja hahaha!"

"Oh.." Thala mengangguk.

"Btw siapa nama lu? Temen Aran juga, ya? Sini gabung aja! Kita lagi bahas hal random, kok! Iseng doang!"

Tubuh Thala masih berdiri di sana, seolah enggan melangkah meninggalkan tempatnya berdiri saat ini.

"Itu Thala, cewek gue. Enak aja temen!"

Gadis itu menutup mulutnya terkejut. "Ooow sorry... Pantesan tadi lu bilang ke dia baru pulang. Gue ambil baju dulu deh, kayaknya udah kering."

"Gak mungkin udah kering, orang dijemunya baru, kan?"

"Tapi gue ini gak enak ama pacar lu. Malu ah!"

"Udah gak apa-apa, sama-sama cewek ini." Pandangannya kembali ia alihkan pada Thala. "Sini, sayang. Kenapa berdiri di situ terus?"

Dengan langkah pelan, Thala pun mendekati sofa di mana kekasih dan temannya itu berada. Selama berjalan, kedua tangannya juga terus menggenggam tali tas selempangnya.

"Thala kan ya tadi namanya? Kenalin, gue Kinay. Gue temen satu jurusan Aran, tapi emang beda kelas. Kebetulan aja lagi kosong, jadi mampir sini." Gadis itu mengangkat tangan menunggu Thala untuk menjabatnya balik.

Thala menatap tangan Kinay selama beberapa detik, lalu kemudian ia alihkan pada Aran.

Di sana, Aran hanya tersenyum tanpa berkata apa pun.

"Iya, salam kenal." Dengan singkat, Thala pun akhirnya menjabat tangan itu. "Um...kalian kalo mau ngobrol silahkan aja."

Melihat Thala yang hendak pergi, Aran pun langsung bersuara, "Gak mau gabung, sayang?"

"Aku mau mandi." Lalu, ia pun meleos pergi memasuki kamarnya.

Beberapa kali Kinay menyikut lengan Aran dengan alis yang berkerut. "Kayaknya lagi bete. Apa dia gak suka ya ada gue di sini?"

"Gak mungkin, lahhh. Dia bukan tipe orang yang bakal ngambek cuma gara-gara begitu. Lagian, tadi juga kita gak ngapa-ngapain." Aran menghela napas lalu bangkit dari duduknya. "Bentar deh, gue cek dulu." Berjalan lah gadis itu menuju kamar dan mendekati pintu kamar mandi.

Tidak terdengar suara apapun dari dalam sana. Ini belum lama sejak Thala memasuki kamar mandi. Sepertinya, gadis itu belum memulai acara mandinya.

Tok tok tok!

Ceklek...

Thala membuka pintu dan mendapati Aran di sana dengan lengan yang bersandar pada dinding. "Ada apa?"

"Kamu kenapa?"

"Gak apa-apa."

"Katanya mau mandi, kenapa bajunya belum dibuka?" Ditatapnya Thala dari atas sampai bawah dengan raut heran.

"Habis cuci muka dulu. Ngapain ke sini? Aku mau mandi sekarang." Pintu hendak ditutup kembali oleh Thala, namun dengan cepat Aran pun langsung menahan pintu itu. "Ih apa???"

"Just tell."

Dengan pelan, Thala mendengus. "Tadi kamu bilang gak bisa jemput aku karena ada kegiatan organisasi. Tapi, pas aku pulang ternyata kamu lagi santai ada di rumah. Kenapa bohong? Kamu gak mau jemput aku?" Pipinya menggembung lantaran kesal.

Tox(shit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang