Tanggal foto produk yang bukan hari ini, sedikit kemerahan di bagian leher depan, serta aroma parfum wanita yang sangat lembut, tidak seperti parfum yang biasa Aran gunakan.
Dalam keadaan mengantuk pun Thala bisa menyadari kejanggalan itu. Tinggal bertahun-tahun dengan Aran, tentu membuat gadis itu mengenali sang kekasih dengan baik.
"Sayang! Kok masih di sana? Ayo tidur!" Teriak Aran dari dalam kamar.
Dengan perasaan kesal yang masih coba Thala tahan, gadis itu pun akhirnya berjalan menuju kamar.
🤍🤍🤍
Sudah 10 menit Thala duduk di bangku batu dekat parkiran. Pada pukul 6 sore ini, gadis itu baru selesai dengan kelasnya. Sebelum masuk tadi, Aran memang menyuruhnya untuk menunggu di sini saat kelas sudah selesai.
Namun sudah dihubungin berkali-kali, Aran masih belum mengangkatnya. Gadis itu semakin jengkel karena hari juga sudah sangat gelap.
"Katanya janji bakal jemput! Kalo tau gak bisa, kenapa gak nyuruh temennya lagi, sih?!" Ia terus menggerutu kesal. "Giliran pulang sendiri atau pesen ojol, gak boleh! Lagaknya sok khawatir, tapi jemput aja susah!"
Thala pun mencoba untuk menghubungi gadisnya itu sekali lagi. Bahkan, berpuluh-puluh chat juga sudah ia kirimkan. "Ih lagi apa sih?!"
"Thala."
Pandangan yang semula terarah pada ponsel, kini beralih ke arah tanah di depannya. Nampak ada sepasang kaki yang menggunakan sepatu boots di sana. Lantas, Thala pun menengadah, melihat ke arah gadis yang memanggilnya itu.
"Gua emang bilang gak mau berurusan lagi sama lu setelah kejadian minggu kemarin. Tapi, gua minta lu ikut gua sekarang. Ada yang harus lu liat."
"Gak bisa. Gua lagi nunggu Aran." Pandangannya pun kembali ia alihkan pada ponsel yang masih menunjukan room chat kekasihnya itu.
Sesungguhnya, melihat Yuna ada di sini, membuat kekesalan gadis itu kian meningkat. Mana bisa ia melupakan bahwa orang yang ada di hadapannya ini telah berhubungan dengan kekasihnya tempo hari? Walaupun terpaksa, ia tahu bahwa Yuna akhirnya menikmati. Suara-suara itu masih terngiang di kepalanya dan membuat ia semakin tak suka.
"Ikut gua." Tak ingin menunggu jawaban, Yuna tarik tangan Thala hingga gadis itu terkejut. "Cepet."
"Apasih?! Mau gua bilangin ke Aran?! Lu gak kapok?"
"Gua gak peduli." Ditariknya dengan paksa tangan itu dan di bawanya pergi ke suatu tempat. Cukup jauh dari pelataran parkir.
"Lepasin!!!" Panik, Thala pun berontak kala Yuna terus menariknya. Ia takut bahwa Yuna akan semakin berani dan berbuat macam-macam padanya untuk membalas apa yang Aran lakukan. "Ihh!! Apasih! Gua teriak, sumpah!!"
"Sshh!! Liat!" Yuna menghentikan langkahnya saat mereka tiba di dekat gerbang samping kampus. Jarang orang memakai jalan ini karena dinilai terlalu jauh. Lagi pun, gerbang di sana sangat jarang dibuka jika tidak ada acara yang mengharuskan banyak orang luar untuk datang ke kampus itu.
Thala menarik tangannya kasar dengan eskpresinya yang masih kesal.
"Lu nungguin orang kayak gitu?"
Pandangan pun ia alihkan ke area luar kampus sesuai dengan yang ditunjuk oleh Yuna. Dengan pencahayaan minim, nampak di depan sana ada Aran dan seorang gadis tengah asyik berbincang. Walaupun tidak terlalu jelas, tapi Thala bisa lihat bahwa tangan Aran merangkul pinggul gadis itu.
"Fyi, waktu itu gua denger kalian berantem sampe hampir mau putus. Gua gak berani keluar dan milih buat pura-pura gak tau aja. And, apa kata dia? Gak akan mukul lagi? Gak akan emosi lagi? Gak akan...main sama cewek-cewek lagi??? Kalo gua gak tau dia ngomong gitu, gak akan gua bawa lu ke sini. Mungkin gua bakal nganggep kalo lu... ya masih tolol. Mau nerima dia yang kelakuannya kayak binatang itu."
Thala kembali menatap Yuna di sana dengan matanya yang nampak berkaca-kaca.
"Terserah kalo lu masih mau ada di pihak dia. Toh yang rugi lu sendiri."
"Kalo gitu, kenapa lu masih ikut campur? Katanya gak mau berurusan lagi sama gua. Kenapa lu sok-sok an bawa gua ke sini buat nunjukin ini?"
Perkataan Thala sukses membuat Yuna menganga dengan alis yang berkerut dalam. "Hello, girl??? Lu beneran masih tolol ya ternyata? Look, cewek lu itu sekarang lagi mesra-mesraan sama cewek lain. Dia udah langgar janjinya lagi. Dan lu--"
"Okay, gua tau. Lu gak nunjukin ini pun gua udah tau."
Semakin berkerut saja kedua alis Yuna.
"Dia tetep dia. Emangnya ada manusia yang berubah secepet itu?"
"So??? Lu nganggep semuanya biasa-biasa aja dengan masih nerima dia??"
Rahang Thala nampak mengeras. Gadis itu terus menahan dirinya dari ledakan yang kemungkinan akan terjadi. "Thanks udah bawa gua ke sini, tapi sekarang mending lu pergi dan gak perlu ikut campur lagi soal gua."
"Thala...?"
"Pergi aja. Lu harus inget kalo gua masih gak suka sama apa yang udah lu lakuin. Lu juga jadi alesan kenapa waktu itu ada masalah kayak gitu."
"Soal itu emang gua yang salah. Gua yang mulai duluan. Tapi please, di luar itu lu harus dengerin gua..."
"Gua gak mau kita ribut di sini dan malah ketauan sama mereka." Thala mulai melangkahkan kakinya pergi dari tempat itu.
"Thala!"
Sadar akan sesuatu, Thala pun kembali membalikkan badannya menatap Yuna yang masih berdiri di sana.
"Lu mau dengerin gua?"
Bukannya menjawab, Thala justru kembali berjalan ke arah gadis itu. Kemudian, ia tatap Yuna di sana dengan sangat lekat.
"What?" Tentu Yuna merasa heran akan sikap gadis di hadapannya itu. "Lu kenapammphh-"
Dengan bibir yang kini saling menempel, Thala usap pipi Yuna dengan lembut. "Just a minute."
🤍🤍🤍
Next
Ntar dabel ap
KAMU SEDANG MEMBACA
Tox(shit)
Romance(Completed) Ini bukan kisah bagaimana perjuangan mereka untuk bersatu. Tapi, ini kisah bagaimana mereka memperjuangkan cinta yang sudah bersatu. SENSITIVE CONTENT!!! #GXG