"Gue mau wawancara masih bisa kan?" Tanya Joy kepada Arzetta yang masih duduk di kursi tempat wawancara.
Arzetta menatap dingin wajah Joy sehingga suasana pun menjadi agak horor,Joy tersenyum sambil mencairkan suasana yang sangat mencengkam ini. Joy telat wawancara karena harus menyelesaikan makan siangnya terlebih dahulu.
"Gak bisa". Jawab singkat namun sangat menyakiti hati Joy karena Arzetta bahkan tidak memberinya kesempatan.
Kevin Keanandra yang menjabat sebagai wakil ketua OSIS pun berbisik kepada orang yang berada disebelahnya yaitu Arzetta. "Zett kasih kesempatan buat Dia,siapa tau Dia cocok sama kriteria Kita cari,selama wawancara tadi gak ada yang cocok sama sekali kan?".
Arzetta pun berfikir sejenak lalu mengangguk,benar apa yang di ucapkan Kevin barusan bahwa selama wawancara tadi,tidak ada yang masuk kriteria anggota baru untuk OSIS.
"Oke Lo bisa ikut wawancara kali ini". Final Arzetta Lalu membaca formulir yang di serahkan oleh Joy. Wawancara selesai dengan jangka waktu 15 menit,Joy benar-benar tegang karena tatapan wajah Arzetta dan pertanyaan-pertanyaan seputar OSIS.
Joy keluar dari ruang OSIS dengan menarik nafas dalam-dalam,sepertinya ruang OSIS benar-benar minim oksigen sehingga saat di dalam tadi Joy sangat khawatir tidak bisa menjawab pertanyaan dan tidak lolos untuk menjadi anggota OSIS.
"Makasih Papa Ardi tersayang udah pernah paksa Aku buat ikutan OSIS waktu SMP,jadi gak bego-bego amat lah seputar OSIS ". Joy sudah merasa optimis dengan jawaban pertanyaan yang di tanyakan oleh Arzetta dan Kevin tadi.
Joy kembali ke kelas dengan suasana hati yang berbunga-bunga karena sudah menjumpai pujaan hati meski suasana ruang OSIS yang sangat menegangkan. Kedua sahabatnya yaitu Bryan dan Lea sudah menunggunya di bangku.
"Kemana aja sih Joy?". Tanya Lea yang sedikit khawatir kepada Joy.
"Iya ih,Lo mau pergi gak bilang mau kemana. Tiba-tiba ngilang gitu aja". Saut Bryan.
"Maafin Gue yah Dillo,Lele. Gue kelupaan tadi,jadi Gue buru-buru ke ruang OSIS buat wawancara". Jawab Joy dengan senyuman yang tidak luntur di wajahnya.
Bryan dan Lea menghela nafasnya bersamaan dengan menggelengkan kepalanya. Joy benar-benar tidak main-main dengan ucapannya bahwa Ia menyukai Arzetta secara terang-terangan.
"Kalian kenapa sih?". Heran Joy melihat kedua sahabatnya tiba-tiba membisu.
"Gapapa kok,lanjutkan perjuanganmu". Bryan mengangkat tangannya lalu mengepalkannya untuk memberi semangat kepada Joy.
"Semangat yah Joy". Lea yang memeluk Joy sekilas dengan senyumannya.
Joy terharu karena disemangati oleh Bryan dan Lea,benar-benar sahabat sejati itu lah isi pikiran Joy.
"Makasih yah bestie-bestie ku yang baik,kalian mau di traktir apa?". Itu lah ucapan yang ingin sekali di dengar oleh Bryan dan Lea disaat akhir bulan seperti ini.
Btw Bryan dan Lea tidak matre yah,cuma lagi akhir bulan aja jadi isi dompet mereka menipis entah perginya kemana,xixixi.
*****
Arzetta dan kedua sahabatnya yaitu Faresh dan Ditto sedang berada di salah satu cafe dekat sekolah untuk mengerjakan tugas,mereka yang sejurusan dan sekelas sehingga sering belajar bersama. Biasanya rumah Faresh yang sering digunakan sarana pembelajaran setelah pulang sekolah,namun mereka sesekali mencari suasana baru dengan belajar di cafe.
"Lo gak jemput kakak Lo pulang kerja Zett?". Tanya Ditto.
Arzetta yang sedang membaca pun menatap sekilas wajah Ditto lalu menggelengkan kepalanya setelah itu Ia melanjutkan membacanya dengan fokus.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELEBGRAM & KETOS
Teen FictionJoy melihat punggung Arzetta yang semakin jauh dari pandangannya. "Tenang saja Arzetta,gue akan mengejar lu secara ugal-ugalan". Ucap Joy sambil tersenyum penuh arti. Di lain sisi Arzetta sedang berjalan menuju kelasnya. "Duh apaan nih telinga gue...