Chapter 28 : The Only Hope

225 29 4
                                    

.Chapter 28.

.The Only Hope.


Pilu bagi Ratu Park saat melihat putranya menangis dihadapannya karena seorang gadis. Namun Ratu Park tidak bisa melakukan hal lain selain berharap bahwa penderitaan putranya akan segera berakhir.

Sooji meneteskan air matanya dalam diam saat mendengar suara pilu Lee Geum. Perlahan keraguan mulai menyelimutinya, apakah ia terlalu kejam pada pria itu? Tetapi jika ia tidak bersikap kejam, pria itu tidak akan pergi dari hidupnya meski ia usir sekalipun.

"Geum-ah, kau tidak boleh menyalahkan dirimu seperti ini . . . aku yakin, Sooji tidak pernah menyalahkanmu" bisik Ratu Park lembut pada putranya yang telah menangis.

"meski aku tahu orang-orang jahat itu yang melakukannya, aku sebagai Putra Mahkota Negara ini pun tidak mampu melakukan apapun. Aku tidak mampu melindungi rakyatku. Aku sungguh tidak berguna ibu" tangisan Lee Geum semakin pecah.

Sooji terdiam seketika. Sekujur tubuhnya menjadi kaku saat mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan oleh Putra Mahkota. Sooji mulai mengepalkan tangannya, matanya kembali meneteskan air mata.

Tiba-tiba kalimat yang Ratu Park lontarkan sebelumnya terngiang dalam telinga Sooji.

"saat hanya tinggal selangkah lagi sampai kau memegang tahta itu, keserakahan orang-orang tak bertanggung jawab justru menjatuhkan keluargamu ke jurang yang paling dalam."

"aku sudah menjadi Ratu di Negara ini lebih hampir 20 tahun . . aku menemani Jeonha juga sudah lebih dari 20 tahun, bagaimana mungkin aku tidak tahu intrik dalam istana? Posisiku bagaikan harta yang diincar setiap penjuru. Aku sudah lelah dengan perang yang memakan banyak korban oleh orang-orang disekelilingku" ungkap Ratu Park dengan tatapan lembutnya pada Sooji.

Tiba-tiba sebuah pikiran terbesit dalam benak Sooji. Intrik politik, bagaimana jika ayahnya pergi bukan karena diserang Dinasti China? Bagaimana jika ada unsur politik didalamnya? Bagaimana jika ayahnya justru mati karena orang-orang yang mengincar posisinya?

Tangan yang terkepal itu perlahan mengepal semakin kencang. Mata yang sebelumnya meneteskan air mata itu mulai kering berganti dengan tatapan membara yang bahkan bisa mengeringkan lautan.

"Geum-ah, semua yang terjadi adalah kehendak Langit, kita sebagai orang tidak mampu melakukan apapun. Sekarang, yang harus kau lakukan adalah berhenti menyesali apa yang telah terjadi dan bukalah lembaran baru. Sejak Putri Mahkota-mu telah terpilih, maka hargai lah dia sebagai istrimu." Tutur Ratu Park dengan tatapan lembutnya pada putranya.

"kalau begitu, aku tidak akan mengganggu watu istirahat ibu. Aku pamit undur diri" hormat Lee Geum.

Baru tiga langkah Lee Geum melangkah, indra penciumannya seperti menangkap harum yang begitu familiar baginya. Apa Lee Geum terlalu merindukan gadis itu sampai indra penciumannya pun mulai berhalusinasi akan sosok gadis itu.

Lee Geum tersenyum getir dan melanjutkan langkahnya untuk meninggalkan Gyotaejeon. Moon Sanggung bergegas menghampiri Sooji, tapi Sooji sudah tidak ada disana.

"Jungjeon mama" Moon Sanggung menghampiri Ratu Park untuk melaporkan hal tersebut.

"Jungjeon mama" suara Sooji dari luar ruangan Ratu Park berhasil mengalihkan perhatian Moon Sanggung dan Ratu Park.

"masuklah" ucap Ratu Park.

Tak lama Sooji masuk ke dalam kediaman Ratu Park dengan semangkuk obat dinampan yang diangkatnya. Sooji mendekati Ratu Park dan segera mengangkat jarum perak yang memang ia letakkan disamping mangkuk tersebut untuk mengetes keberadaan racun.

Frost Flower in the PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang