Chapter 7 : The Blooming Time

608 111 39
                                    

Chapter 7

The Blooming Time


"jawaban ini sungguh tidak tertebak, Jungjeon benar, mungkin . . anak ini memiliki alasan kenapa ia memilih tongkat kayu sebagai jawabannya?" ungkap Raja dengan wajah berusaha menatap sosok dibalik pembatas itu.

"apa kau tidak dengar? Jeonha sedang memintamu menjelaskan pilihanmu" tegur Ratu Park dengan lembut sembari menatap gadis muda itu.

"hamba memberi hormat kepada Yang Mulia! Hamba menjawabnya sebagai tongkat kayu karena tongkat kayu adalah benda yang paling penting bagi seorang Tukang Kayu. Tanpa tongkat kayu-nya, perkakas apapun yang ia miliki tidak akan bisa digunakan." Jelas Sooji dengan menunduk hormat.

Ibu Suri terdiam, ratu Park diam-diam melirik Raja untuk melihat ekspresi suaminya. Raja tampak tersenyum bangga mendengar hal itu, Selir Han tampak sedikit tertegun mendengar jawaban cerdas anak itu.

"jika seperti itu . . bukankah keberadaan Tukang Kayu menjadi lebih penting?" tanya Raja menatap Sooji dengan tatapan penasaran, ia ingin tahu pemikiran mengejutkan apa lagi yang dimiliki oleh gadis muda ini.

"keberadaan Tukang Kayu adalah pusat dari segalanya, alat perkakas manapun tidak akan bisa bekerja tanpanya, tetapi bukan berarti Tukang Kayu itu adalah yang terpenting karena tanpa alat perkakasnya yang harus dilengkapi oleh tongkat kayu, Tukang Kayu tidak akan bisa menjalankan pekerjaannya dengan benar" jawab Sooji dengan berani.

"bisakah kau membuatnya dengan lebih sederhana?" tegur Selir Han. Ibu Suri, Ratu Park dan Raja hanya menunggu penjelasan Sooji.

"maafkan hamba Yang Mulia, jika hamba menggunakan Yang Mulia sebagai contoh sederhana, apakah Yang Mulia akan menyalahkan hamba?" ungkap Sooji dengan berani, masih dalam posisi yang menunduk.

"keterlaluan!?!" tegur Ibu Suri marah menatap Sooji.

"Jung Sanggung! Bawa gadis ini dan berikan hukuman agar ia menyadari tempatnya bicara?!" tegas Ibu Suri.

"tunggu!" tahan Raja. Ibu Suri terkejut, ia menatap Raja dengan tatapan tak senang.

"Jusang! (panggilan Ibu Suri untuk anaknya yang merupakan Raja)" tegur Ibu Suri. Ratu Park hanya diam tak berani berkomentar, begitu juga dengan Selir Han yang turut diam saja.

"Daebi-mama, dia adalah anak dari Mentri Pertahanan Bae, kelak ia akan menjadi pendamping Seja, jadi . . aku ingin mendengar mengenal calon menantuku dengan lebih baik . . " ucap Raja dengan pelan berusaha meyakinkan ibunya.

"baiklah" akhirnya Ibu Suri menghela napas, namun ia tetap menatap gadis itu tak senang.

"aku mengizinkanmu" ucap Raja.

Ratu Park terkejut, ia menatap suaminya yang tampak serius seakan siap mendengarkan pendapat anak itu. Selir Han juga ikut terkejut, meski anak ini adalah putri Mentri Pertahanan Bae yang begitu ia percayai tetapi seharusnya Raja tidak memperlakukannya dengan se-istimewa ini.

"maafkan jika hamba lancang" ucap Sooji. Joohyun tampak tegang, ia menatap adiknya dengan tatapan seakan memohon agar adiknya tak membuat kesalahan apapun.

"Menurut hamba . . Tukang Kayu itu adalah Jeonha dan perkakas-perkakas itu adalah pejabat Negara yang membantu Yang Mulia dalam memimpin sebuah Negara, namun pejabat negara tidak akan bergerak dan bekerja sesuai yang seharusnya tanpa tongkat kayu dari Yang Mulia. . menurut Yang Mulia, apa makna tongkat kayu tersebut?" ungkap Sooji dengan berani.

Ratu Park pucat mendengarkan perumpamaan berani dari anak berusia 15 tahun itu. Selir Han menatap gadis muda itu tak senang sementara Ibu Suri berusaha menahan amarahnya. Raja menatap gadis itu dengan alis berkerut sembari berpikir keras.

Frost Flower in the PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang