:: 24 : A MYSTERIOUS GIFT ::

248 24 7
                                    

Jake menggaruk tengkuknya bersambung-sambung dengan tubuh kelusuh-kelasah tak menentu di atas tempat tidur. Sedari kembali bimbingan, ia tampak bimbang dengan upaya berkembang mengorek penjelasan yang sekiranya tertinggal jauh dan belum senggang dicerna. Menurut Jake, sejauh ini tak ada satupun hal yang tertinggal saat pemahamannya bergiat memeriksa rinci jadi, apa yang membuat semua ini tampak aneh?

Sunghoon yang sedang duduk mengelamun dengan pandangan menyorot keluar jendela memasabodohkan. Ia membiarkan segala perangai Jake tanpa berkeinginan menegur sebentar sebagai bentuk menyoal formalitas. Perasaan Sunghoon sedikit terusik sampai membuatnya merenung serius, mereka sama-sama bertekun di kegiatan masing-masing sebelum suara selimut merebak dihempaskan keras.

"Hoon."

Suara Jake mengusik ketenangan yang sedari tadi menyelangkupi selingkung kamar. Ia sedikit memiringkan tubuh guna beralih atensi pada Sunghoon yang masih tenggelam dengan dunianya sampai menghiraukan ansietas yang lain. Sampai saat ini Jake tak pernah mengerti apa faedah dari melamun yang kerap sang adik langsungkan, kerutinan tersebut sudah bertambah kian akut setiap harinya karena hampir menguasai dunia nyata.

"Hmmm?" Dari tempatnya melungguh, Sunghoon menanggapi ringkas tanpa berancang menengok.

"Hari ini hari apa?"

Sekejap kemudian Sunghoon tercenung, kepalanya lekas menengok ke arah sang kakak dengan kerutan samar di dahi. "Hari...Senin?"

"Oh, pantes aja hawanya nggak enak, hari keramat." Selepas bertutur, Jake kunjung merebahkan tubuhnya kembali dengan amatan yang mengamati langit-langit kamar.

"Tapi kayaknya hari ini hari yang spesial nggak sih?" Tutur Sunghoon menyinambung pembicaraan.

"Hari spesial gimana?"

"Nggak tau, gue kayak ngerasa ada sesuatu di hari ini atau besok."

Jake berpaling pantauan pada Sunghoon yang masih teguh duduk di kursi untuk menerima keadaan berangin sepoi. Selintas kemudian ia merasa janggal dan turut berasumsi namun tak senggang terucap, semua ini diperburuk oleh perasaan menggerogoti yang bersumber dari perutnya. Sialnya sekarang Jake ingin makanan sejenis flaky untuk dijadikan makanan kecil sebelum menuju makan malam.

"Emang dasar tempat aneh." Cakap Jake jengkel sembari beranjak bangun. "Di dapur ada camilan apa ya? Gue laper."

"Palingan daging. Ini tempat kan kelebihan daging."

Setelahnya Sunghoon tampak menciut saat memikirkan perkara makan malam yang membuatnya benci tiap kali jadwal tersebut sampai. Bohong jika ia tak merasa guncangan tiap kali dihadapkan dengan perkara serupa, Sunghoon lebih memilih mencadangkan makan siangnya untuk di makan kembali saat makan malam karena sejauh ini menu tersebut lebih meyakinkan dari yang lain.

Pola makan Sunghoon tak terjaga selama di sini, ia hanya takut transfigurasi nya sedikit memengaruhi berujung kelak Jennifer tak bisa mengidentifikasi dan memutuskan membuang Sunghoon di sini. Memangnya, apa yang lebih mengerikan selain terperangkap di tempat ini selamanya? Sudah begitu si bungsu ini tak ahli melapor dan memilih bungkam, padahal keterangannya bisa mengakomodasi perkara berikutnya.

Sunghoon berpikir, mungkinkah ia harus melapor demi keterusterangan perkara? Sejujurnya ia juga ingin terbebas dari segala kehingarbingaran di tempat ini namun, ia takut untuk memulai pasca rangkaian peristiwa abnormal yang berlangsung. Semestinya dua kakaknya harus mengetahui apa yang sudah Sunghoon langkaui selama ini karena sebetulnya semenjak bersemayam di sini mereka terbatas dalam bercerita terlebih selepas ia sakit.

"Jake-eh, mau kemana?"

Sunghoon terperanjat kecil saat Jake tahu-tahu bergeser cekatan sebelum ia berhasil melaporkan pemberitahuan yang sudah lama tersembunyi. Ia mengejapkan mata beberapa kali, berkeinginan supaya sang kakak tak pergi dari kamar karena perkara penting hendak diadukan.

ASRAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang