:: 30 : THE FINAL DECISION ::

154 17 6
                                    

Lelaki itu menghempas cengkraman tangan Kai dari tubuhnya dengan pandangan kacau-balau yang masih kukuh terpantul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelaki itu menghempas cengkraman tangan Kai dari tubuhnya dengan pandangan kacau-balau yang masih kukuh terpantul. Jay terserempak kesulitan bernapas, udara di sekitar terasa mengikis setiap kali ia mencoba mengambil oksigen. Darah yang berderai dari dahinya ia hiraukan, berusaha mendekati kembali pintu asrama jikalau Kai tidak segera menghentikan.

Apa yang terjadi? Dan bagaimana bisa?

Ia hampir meraung lantang selepas mendapati insiden sebelumnya. Tentang keadaan Jake yang terkapar pejar di bawah meja makan kemudian bagaimana cara Taehyun dan Minhee yang berebut-rebutan saling mencelakakan─oh ya ampun, Jay nyaris bertukar akal terlebih-lebih saat belum juga menjumpai eksistensi Sunghoon.

Jika keadaan Jake saja seperti itu lantas, bagaimana keadaan Sunghoon?

"Adik gue," Lirih Jay sembari menarik langkah kembali namun Kai kunjung melarang berakibat tubuhnya ambruk ke bawah.

"Adik gue...adik gue masih di dalem."

Kai menggeleng kukuh. Terus-menerus menahan tubuh Jay yang ingin menerabas ke dalam tanpa mengindahkan bahwa ia sudah selangkah menuju kebebasan. Kai menyentak tubuh gemetar Jay, berusaha menarik atensi lelaki tersebut namun pandangan kosong yang tersorot segera membuatnya bimbang.

Tidak seharusnya lelaki itu membuang waktu yang bahkan sudah hampir menunjukkan pagi buta.

"Adik gue, adik gue, adik gue!" Racau Jay sembari memukul-mukul kepalanya.

Daya pikir Jay terserempak buruk, menumpuk berlipat-lipat saat kesudahannya kembali mengingat keadaan Jake yang terkapar mengenaskan di lantai ruang makan asrama dengan busa yang keluar dari bibirnya. Sungguh, ia hampir hilang akal dengan semua insiden saat ini apalagi ketika dua orang di sana tak sigap menyelamatkan Jake yang betul-betul mengharap bantuan.

"Lepasin gue, Kai!"

Sayangnya Kai kembali menggeleng sebagai bentuk perlawanan saat Jay lagi-lagi memberontak paksa. Menghentikan gerakan Jay yang masih ingin mendesak masuk ke dalam asrama, tak lama kemudian Minhee keluar terburu-buru dari bangunan reyot tersebut dengan luka serius di sebagian tubuhnya. Ia terus-menerus berseru keras tanpa ada seseorang yang ikut membuntutinya keluar dan hal itu sedikit membuat harapan Jay lenyap.

"Pergi," Instruksi ini diberikan untuk Jay yang hampir ambruk kembali.

Napas Minhee berkejaran, sebagian tubuhnya sudah penuh dengan luka dan darah yang menjadi penyebab utama mati rasa, ia sinambung menengok ke belakang dengan cemas. Seharusnya luka-luka itu layak untuk lekas diobati agar darah yang bercucuran tidak terlanjur infeksi atau sekiranya Minhee akan hilang nyawa karena kehabisan darah akan tetapi, perkara itu diabaikan.

"Jay, lo masih punya kesempatan seenggaknya buat bertahan sebentar lagi jadi, pergi dari sini sekarang."

Jay menggeleng dan memprotes instruksi Minhee dengan pandangan sendu. "Nggak bisa, adik gue masih di dalem. Kalau gue pergi dari sini mereka juga harus ikut."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ASRAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang