:: 29 : THE POISON TRAP ::

159 20 2
                                    

"Makan duluan aja, Jake. Temen-temen mu yang lain biar nyusul nanti."

Arianne tersenyum lebar, menyerbeti alat makan yang telah selesai dicuci bersih sekali lalu menengok Jake yang masih duduk sendirian di meja makan. Ia bagai seorang ibu yang konsisten menunggu sang anak untuk melahap kudapan sedap tersebut tanpa membaca ada sedikit gambaran gelisah karena waktu makan malam sudah terlewat beberapa jam dan anehnya penghuni lain belum juga merapat.

Jake tidak bisa untuk tidak memainkan ujung tangannya, sampai saat ini ia tidak tahu latar belakang gelisah yang sedari tadi mengiringi. Mungkin karena dua saudaranya belum juga datang sampai-sampai Jake merasa gelisah karena menanti eksistensi mereka.

"Mereka emang lagi sibuk hari ini." Arianne bertutur kembali seraya bergeser dari tempat untuk mengambil segelas air begitu mendapati Jake belum menerimanya.

Sesaat kemudian bunyi gelas dengan sendok berbenturan setelah Arianne mengaduk air di dalam gelas tersebut. Jake memasabodohkan bahkan melirik pun tidak, ia lebih mementingkan menatap pintu ruang makan tanpa memedulikan Arianne yang saat ini tengah sibuk dengan segelas air.

Ia hanya merenung bingung, kemana perginya Jay dan Sunghoon? Jake pikir mereka berdua sudah merapat lebih dulu ke ruang makan sampai-sampai ia dengan berani datang ke tempat ini sendiri tanpa tahu bahwa dirinya menjadi orang pertama berikutnya yang datang mengawani Arianne.

Sialan, ternyata Jay tidak betul-betul menyetujui suruhannya.

"Ayo minum dulu. Bibir kamu kering, pasti kurang minum air putih, ya?" Arianne datang membawakan segelas air putih biasa sebelum diletakkan di atas meja.

Jake berpaling pengamatan pada benda tersebut yang ternyata hanya segelas air putih biasa. Anehnya, kenapa tadi Arianne harus ripuh mengaduk terlebih dahulu sebelum dilayankan?

"Oh iya, terima kasih. Sebenernya nggak perlu repot-repot, saya bisa ambil sendiri."

"Gapapa, ini cuman air putih kok."

Jake hanya tersenyum kikuk. Memindahkan pengamatannya ke arah pintu ruangan serentak dengan Arianne yang mulai bertekun dengan tugas sebelumnya, kini Jake mulai tak sabar menanti penghuni lain untuk merapat.

Mustahil mereka membiarkan Jake untuk bersama dengan wanita pucat tersebut, tidak tahu saja bahwa saat ini Jake sudah keringat dingin karena terperangkap berdua bersama Arianne. Oh, apa yang lebih buruk saat wanita tersebut tiada henti melirik Jake? Kadangkala ia tersenyum lebar sebelum terkikik geli saat tidak sengaja berpandangan muka dengan Jake. Ini mengerikan.

"Jesus, Jesus, Jesus, Jesus, save me, please." Kata Jake tiada henti di dalam lubuk hatinya.

Kepalanya menunduk sembari memejamkan kedua mata. Jake tak lagi berani menatap penjuru lain walaupun hanya untuk menanti kemunculan mereka. Peluh mulai bercucuran dari dahinya, di saat-saat seperti ini Jake hanya berharap dua saudaranya segera datang untuk merampungkan kegiatan makan malam kali ini.

"Jake, kamu gapapa?" Arianne tampak khawatir melihat gelagat Jake yang sedari tadi bergerak tak menentu di atas kursi. Sedangkan Jake yang tengah dikhawatirkan hanya bisa memejam sembari merapal harap dalam benak.

Please don't talk to me.

"Kamu keringetan gitu, kamu gapapa?"

No! Please don't come any closer.

"Jake?"

"Saya gapapa."

Jake menyerah. Hampir menendang tubuh Arianne setelah berhasil membuka kedua matanya, sungguh ia sangat muak melihat wanita tersebut. Kenapa Arianne datang-datang bertukar menjadi pribadi yang peduli?

ASRAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang