r3I Hope it's Just a Dream

46 4 0
                                    

Aku menatap bayanganku dicermin wastafel, sangat terlihat kekacauan melanda diriku saat ini. Aku menggelengkan kepala pelan dan membasuh wajahku dengan air lalu kembali menatap wajahku yang menyedihkan itu. Mataku terlihat sangat sembab dan rambutku terlihat acak-acakan ditambah dengan penampilanku yang hanya menggunakan kemeja kak Aiden yang kebesaran. Tadi malam setelah aku menghabiskan waktu dengan menagis ditaman dan ditemani Edwin,aku memutuskan untuk menginap ditempat kak Aiden,walaupun Edwin sempat menawarkan apartemennya tapi aku menolaknya,Ed tidak bisa memaksaku dan akhirnya ia mengantarku ke tempat kak Aiden.
Aku keluar dari kamar mandi kak Aiden lalu terduduk dipinggiran tempat tidur. Pikiranku beralih pada kejadian tadi malam,otakku memutar segala kejadian tadi malam.
Terdengar deretan langkah mendekat kearah kamar dan akhirnya pintu kamar terbuka dan aku mendapati kak Aiden disana.

"Uh,good morning sweety"

"Morning" balasku dengan senyum seadanya.

"Kau terlihat kacau Ri"

"Yah,I know" ucapku santai

"So...?"

"Apa?" tanyaku dengan muka bingung

"Yang mengantarmu tadi malam itu siapa?"

"Just friend. Kumohon,jangan gunakan pikiranmu yang sembarangan itu" umpatku

"Yayayaya, tapi kau sukakan jika aku menggodamu seperti itu"

"Whatever you say. I don't care" ucapku lalu melempar bantal kearahnya,dan ia hanya membalasnya dengan tawa bodohnya itu.
-----------------

Aku merasa bosan berada dikamar,kak Aiden berada diluar bersama teman-temannya yang sedang asik bergelut dengan urusan motor mereka. Akupun menghampiri kak Aiden dan teman-temannya itu.

"Good morning Clair" ucap Brian,Louis dan Hayes. Aku memang sudah sangat akrab dengan teman-temannya kak Aiden.

"Morning...."balasku. Tapi suasananya begitu aneh,seperti ada yang kurang. Aku berusaha menyadarinya dan kini aku teringat dengan Charlie. Yah,Charlie. Tidak biasanya dia tidak bergabung,karena dimana ada Aiden disitupun ada Charlie.

"Dimana Charlie?"tanyaku penuh antusias.
Seketika wajah mereka berubah. Mereka melirik satu sama lain termasuk kak Aidenpun tak menjawab pertanyaanku.

"Kenapa?ada yang salah?" ucapku penasaran.

"Tidak,ha..hanya saja kami ti-tidak tau dimana dia" ucap Hayes gelagapan. Dan itu sangat tampak kalu dia sedang berbohong.

"Yah,dia mungkin pergi mengurus sesuatu yang penting" kak Aiden angkat bicara dan mencoba meyakinkanku dibarengi dengan anggukan tanda setuju dari ketiga temannya.

"Sepenting apa urusannya sampai ia meninggalkanku sendiri tadi malam, dan lebih lagi ia tidak memberitahuku" decakku kesal.

"Are you jealous?" lagi-lagi kak Aiden membuatku bungkam.

"No,sama sekali tidak" ucapku berusaha menstabilkan perasaanku.

Merasa bosan dengan pembicaraan mereka yang sama sekali tidak aku mengerti,akupun meninggalkan mereka dan berlabuh kekamar kak Aiden. Sebelum aku membuka pintu kamar,mataku tertuju pada pintu kamar yang berada tidak jauh dari kamar kak Aiden,itu kamar Charlie. Baiklah,aku benar-benar sangat khawatir sekarang.
Aku memasuki kamar dan segera mengecek I-phoneku,tapi hasilnya mengecewakan,tidak ada panggilan maupun pesan yang masuk. Dari kemarin aku mengirimkan pesan kepada Charlie,sudah banyak sekali pesan singkat yang kukirim,tapi tidak ada balasan darinya.

Aku melirik kak Aiden yang sedang memakai sepatunya. Tadi setelah aku memasuki kamar,ia menyusul lalu bersiap-siap seperti ingin pergi keluar.

"Kak,mau kemana?"kataku sambil memperhatikan penampilannya.

Our PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang