Disappointed Again

19 3 0
                                    

--------------

Langkahku tiba-tiba saja berhenti,aku tidak bisa membuat gerakan sedikitpun bahkan mulutku seperti terkunci rapat-rapat.  Perasaanku begitu sesak melihat apa yang terjadi didepanku ini,mataku memanas dengan air mata yang sudah terkumpul dipelupuk mataku. Aku masih berdiri beku menatap Edwin yang sedang berpelukan dengan mesranya.

"Ekheeem" aku mengeluarkan deheman kecil dan merekapun segera menoleh padaku lalu melepaskan pelukan satu sama lain.

"Clair?"

"Maaf aku sudah mengganggu kalian,aku hanya ingin mengambil handphone milikku yang ketinggalan"ucapku seraya melanjutkan langkahku. Sebenarnya butuh perjuangan untuk berbicara seperti ini,seakan tidak terjadi apa-apa. Aku berusaha berjalan dengan normal sambil tersenyum kearah mereka.

"Siapa dia"tanya wanita itu setelah aku berada didekat mereka.

"Dia-...."

"Hhmm,aku Clair teman sekaligus pengasuh pengganti Viona" ucapku sambil menjulurkan tangan.

"Tiffany...Edwin's girlfriend"ucapnya antusias lalu meraih tanganku.

What?Edwin's girlfriend?apa maksudnya semua ini?. Lagi-lagi aku berusaha tersenyum untuk memyembunyikan kepedihan ini. Rasanya aku sekarang seperti wanita bodoh yang sangat gampang dibohongi oleh 2 pria sekaligus. Aku menahan air mata yang bersiap siap mengalir dan menghiasi wajah menyedihkan ini.

"Tiffany,apa yang kau bicarakan? Kau ingat tahun lalu kau sendiri meninggalkanku!"bentak Edwin pada Tiffany. Hal itu membuat Tiffany dan juga aku tersentak kaget.

"Tapi kau bilang,kau menyayangiku! Kau bilang tidak ada wanita yang bisa menggantikan aku?" penjelasan Tiffany membuatku tidak ingin berlama-lama mendengar pembicaraan mereka berdua.

"Aku memang pernah bilang begitu,tapi itu sebelum aku mengetahui sifat busukmu Tiff"

"Apa ini karena perempuan sialan ini" bentak wanita yang  bernama Tiffany sambil menunjuk kearahku.

"Maaf,aku bukan siapa-siapa dan kau tidak perlu menuduhku seperti itu"ucapku lalu berjalan melewati mereka.

Aku memasuki ruang apartemen lalu dengan sigap mengambil handphone diatas meja nakas itu. Setelah itu aku keluar dengan langkah cepat tanpa menghiraukan Edwin dan juga Tiffany.

"Maaf,aku permisi dulu!"ucapku sambil berjalan menunduk tanpa melihat salah satu dari mereka.

Aku berlari kecil keluar dari gedung apartemen. Terdengar suara Edwin yang terus-terusan memanggil namaku dibelakang,tapi aku sama sekali tidak memberikan respon apapun,aku berjalan dengan langkah panjang sambil terus menahan air mataku. Akhirnya langkahku terhenti setelah Edwin berhasil menahan lenganku.

"Clair,tunggu"

"Ya...kenapa" ucapku dengan nada normal seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

"Aku bisa menjelaskan semuanya!ini semua salah paham"

"Tenanglah,aku tidak akan marah. Lagi pula memangnya siapa aku harus marah padamu?"ucapku sambil memberikan senyum yang kubuat-buat.

"Clair...aku tahu kau bohong,dengar Tiffany hanyalah masa laluku dan aku sudah tidak ada perasaan apa-apa terhadapnya"

Aku berusaha untuk mendengar penjelasannya tanpa memasang wajah sedih maupun marah dihadapa Edwin. Aku tidak mau membuat Edwin berpikiran kalau aku tersakiti hanya karena dirinya berpelukan dengan mantan pacarnya.

"Ya aku tahu...memangnya kenapa?kau kira aku cemburu?tidak,kau pasti bercanda"

"Lalu kenapa kau pergi dengan tergesah-gesah?"

Our PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang