Charlie's Feeling

23 2 0
                                    

Flashlight

I got all I need when I got you and I
Aku mendapatkan semua yang aku butuhkan saat kau bersamaku
I look around me, and see sweet life
Aku melihat disekitarku, dan melihat hidup yang manis
I'm stuck in the dark but you're myflashlight
Aku terhenti dalam gelap tapi kau adalah pencahayaanku
You're gettin' me, gettin' me through the night
Kau membuatku, membuatku melalui malam
Can't stop my heart when you shinin' in my eyes
Tak bisa berheti jantungku saat kau menyinari mataku
Can't lie, it's a sweet life
Tak bisa berbohong, ini adalah hidup yang manis
I'm stuck in the dark but you're my flashlight
Aku terhenti dalam gelap tapi kau adalah pencahayaanku
You're gettin' me, gettin' me through the night
Kau membuatku, membuatku melalui malam
Cause you're my flash light

〽〽〽〽〽〽〽〽〽

Lelaki itu memandang ponselnya tanpa bosan,karena hanya dengan melihat hasil potret gadis itu dapat mengembalikan semangat hidupnya lagi. Ia tahu,ia bukanlah takdir gadis itu. Ia tahu,hati gadis itu tidak sepenuhnya miliknya,meskipun gadis itu sering menunjukkan ketertarikan berlebih terhadapnya,tapi Charlie juga tidak sebodoh itu. Ia bisa melihat dari tatapan mata gadis yang sangat dicintainya itu,ada beberapa keraguan dan keyakinan yang bersaing didalam sana. Tapi,ia juga tidak bisa bersikap egois terhadapnya,karena kebahagiaan gadis itu adalah kebahagiaannya juga. Sesederhana itu....

Entah apa yang dipikirkannya sehingga kemarin ia bisa seberani itu mengungkapkan persaannya,memang bodoh dan ceroboh ,tapi apa boleh buat. Ia tidak ingin pergi tanpa memberitahukan perasaannya terlebih dahulu,ia tidak peduli dengan jawaban yang akan diberikan Clair nantinya. Tapi yang pasti ia sudah merasa jauh lebih baik setelah mengungkap semuanya,setidaknya satu bebannya sudah ia selesaikan.

Suara alarm menggema diseluruh ruangan kamar Charlie,dengan gusar ia meraih alat menyebalkan itu lalu membantingnya dengan kasar. Mungkin hal yang dilakukannya itu tidak akan berhasil dan sia-sia saja,tapi dia sudah muak dengan kehidupannya. Hanya itu yang ia tahu tentang kehidupannya,menyedihkan. Ia melirik nakas yang berada tidak jauh darinya,tempat dimana obat-obatan sialan itu berada. Yang selalu ia dengar bahwa obat itulah yang menyelamatkannya,obat itulah yang membuatnya bisa bertahan hingga sekarang,obat itulah yang mengendalikannya. Tapi menurutnya tidak,yang membuatnya bertahan hingga sekarang ini hanyalah karena sahabat-sahabatnya dan gadis itu tentunya. Gadis itu adalah salah satu alasan kenapa ia berusaha agar bisa bertahan hingga saat ini.

"Permisi tuan.." suara pengasuhnya mengalihkan lamunannya.

"Apa?" jawabnya dingin. Charlie yang dulunya selalu ceria kini telah hilang dan digantikan oleh sosok Charlie yang lain,yang lebih dingin dan tertutup. Setidaknya itu yang dipikirkan pengasuhnya saat ini.

"Obatnya sudah diminum? Nyonya menyuruh saya untuk mengeceknya"

"Berhenti menjadi budak wanita itu"

"Maksudnya? Sepertinya anda salah,saya mengurus anda bukan karena ibu anda,tapi saya menghabiskan 18 tahun sisa hidup saya dengan tulus merawat anda... Karena saya peduli"

"Aku sudah tidak membutuhkan obat itu lagi... Tenang saja,dan masa pengabdianmu akan segera berakhir"

"Berhenti bicara yang tidak-tidak. Kumohon,tolong saya untuk kali ini dan seterusnya,Nyonya akan memarahi dan menyalahkan saya karena tidak becus merawat anda. Ini untuk kebaikan anda sendiri... Kumohon mengertilah"

Sebelumnya,ia menghela napas dalam-dalam lalu dengan sedikit terpaksa tersenyum kepada pengasuhnya sejak kecil itu,entah apa lagi yang harus dilakukannya agar ia berhenti dipaksa. Ia hanya ingin menikmati sisa hidupnya setenang mungkin,melakukan hal yang dapat menjadi kenangan indah untuknya,bukannya terkurung dikamar dan bergelut dengan obat-obatan yang sangat ia benci.

"Baiklah"

"Terima kasih" ucap wanita parubayah itu lalu berlenggang menjauhi kamar Charlie.

Sepertinya Charlie bukanlah Charlie yang dulunya selalu menurut apa yang dikatakan orang tuanya bahkan pengasuhnya. Ia benar-benar sudah muak sekaligus lelah,jadinya obat yang telah dituang ketelapak tangannya tadi berakhir di tempat sampah.

Namun tindakannya tadi benar-benar sangat fatal,tidak lama setelah itu kepalanya menjadi sangat terasa menyakitkan,pandangannya sedikit memburam karena efek dari sakit kepalanya,kepalanya benar-benar terasa sakit dan yang bisa ia lakukan hanyalah menunduk untuk menahan rasa sakitnya. Pandangannya tertuju pada lantai yang dipijakinya,beberapa bercak merah berada disana. Seketika tangannya terangkat perlahan dan meraba hidung bagian bawahnya,jari telunjuknya merasakan cairan dan Yah,.. Itu memang darah.

Dengan tangan yang bergetar lelaki itu berusaha mengetik dan mengirimnya kepada gadis yang dicintainya. Mungkin gadis itu akan membuatnya lebih baik.

Clair,kau ada acara? Bisa kita bertemu?

Hingga beberapa menit kemudian pesan yang dikirimnya belum juga mendapat balasan,dan tentu saja itu membuatnya sangat khawatir. Akhirnya ia memutuskan menelponnya untuk memastikan apakah gadis itu baik-baik saja.

"Halo.."

"Ada apa?"suara lelaki terdengar diseberang. Ia tidak terlalu mengenali suara itu,tapi yang pastinya itu bukan suara Aiden.

"Kau siapa? Dimana Clair?

Hening...

"Cepatlah, aku butuh bicara dengannya. Kau siapa?" suaranya mulai terdengar seperti bentakan. Entah apa yang dirasakannya sekarang,entah itu kecemburuan atau kekhawatiran ia juga tidak tahu,yang pasti ia sedang tidak dalam kondisi baik.

"Clair sedang----"

"Halo Charli? Maaf aku melupakan ponselku tadi." suara lelaki itu tiba-tiba saja terganti oleh suara gadis yang ia nantikan sejak tadi. Segera ia membuang napas kelegaan,gadis itu akan benar-benar membunuhnya karena sikap Cerobohnya itu.

"Kau ada waktu? Kita perlu bertemu"

Untuk beberapa detik terjadi keheningan.

"Ya... Tapi--"

"Tolonglah Clair,aku benar-benar sangat membutuhkanmu. Tidak perlu memikirkan jawabanmu,aku tidak akan memaksamu"

"Baiklah"

"Terima kasih. Kutunggu ditaman dekat danau yang dulu kita kunjungi"

"Yah.."

Yah... Lelaki ini sangat bersyukur ketika Clair meragukannya,ia pantas untuk diragukan. Ia juga akan berterima kasih kepada Tuhan karena dirinya yang memang tidak ditakdirkan bersama. Ia tidak tahu apakah ia harus berharap bahwa Clair juga memiliki perasaan yang sama dengannya,karena Ia tahu apabila hal itu terjadi pastinya Clair akan terluka suatu saat nanti karena dirinya, dan ia tidak akan mungkin melukai gadis itu.

Setidaknya ia ingin menghabiskan waktunya hanya bersama Clair sebagai keinginan terakhirnya. Jika ia tidak bisa memiliki hati wanita itu,setidaknya ia bisa memiliki raganya untuk waktu yang singkat,untuk membuktikan kepada gadis itu bahwa ada lelaki yang pernah melindunginya,menyayanginya dengan sepenuh hati. Hanya itu....

Kecepetan gak sih alurnya? Maaf-maaf aja,tapi saya sudah tidak sabar menamatkan cerita ini. Jujur,Author sangat kekurangan ide saat ini jadi seperti inilah jadinya....

Terimah kasih kepada para reader yang sudah membacanya dan maaf atas segala kesalahannya baik itu kosakata,typo,maupun ceritanya yang tidak jelas....

-Andinii-

Our PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang