13. Jawaban
Jaemin meremat lengan Mark. Sudah sangat lama dia tidak masuk ke dalam hutan gelap, dan rasanya begitu menakutkan. Apalagi sekarang sudah sore, langit pun sudah berubah warna menjadi jingga.
Tidak ada suara apapun selain hembusan angin dan suara gemersik daun. Langkah kaki mereka pelan, menginjak dedaunan kering.
"Sepertinya akan hujan, ya." gumam Mark, tau betul bagaimana perasaan Jaemin sekarang. Walaupun dia sama takutnya, tapi Mark masih bisa mengontrol dirinya sendiri.
"Huh? Hujan?" Jaemin mendongak, menatap langit yang membentang luas di atas mereka. "Tidak, ini cerah, Mark. Masa Mark tidak bisa membedakan ini cerah atau mendung?"
Mark diam. Dia menoleh untuk menatap wajah Jaemin yang terlihat sekali kebingungan. "Tapi, ini mendung..." balas Mark pelan.
Langkah mereka terhenti. Jaemin langsung berdiri di depan Mark, "Kapan kejadian orang tua Mark dibunuh?" Jaemin menggeleng keras, meralat ucapannya. "Tidak, maksudku apa itu saat hujan?"
Mark menggeleng, "Tidak, saat malam. Tapi tidak mendung."
Keduanya kembali terdiam. Jadi, siapa di antara mereka yang terpengaruh sihir?
Mark menyelipkan jari-jari tangan kirinya ke tangan kanan Jaemin. Menggenggamnya lembut. Mark tersenyum, mengajak Jaemin untuk kembali berjalan.
"Tidak apa. Ayo lanjutkan, kita pasti bisa melewatinya."
Jaemin makin ragu. Dia bahkan beberapa kali menahan langkahnya, namun Mark berkali-kali meyakinkan Jaemin kalau semuanya akan baik-baik saja.
Mark tersentak kecil saat dia mendengar suara keras guntur. Jaemin memandangnya. Sekarang dia benar-benar khawatir, takut terjadi sesuatu dengan Mark.
"Mark, aku takut."
Mark menarik kepala Jaemin, meletakkan sebelah tangannya di atas kepala yang lebih muda. "Hujan, nanti kau sakit. Kau—"
"Ini tidak hujan, Mark!" Jaemin memotong, dia menggigit bibir bawahnta yang bergetar. "Ini tidak hujan, dan apa yang Mark sembunyikan? Mark takut hujan atau apa?"
Mark memandangnya, dia menarik tubuh Jaemin agar berdiri di bawah pohon. Mark menghela napas, menggelengkan kepalanya agar dia tetap fokus.
"Di sini dulu, aku harus menenangkan diriku." Mark menarik napasnya dalam-dalam, lalu dia keluarkan pelan.
Jaemin memandangnya, dia semakin mendekat lalu memeluk tubuh Mark. Meletakkan wajahnya di leher yang lebih tua.
"Apa Mark takut karena kejadian sebulan lalu?" tanya Jaemin pelan, "Itu sudah tidak apa, Mark. Aku baik-baik saja."
Mark mengusap punggung Jaemin lembut, "Kau tidak tau, seberapa khawatirnya aku saat meninggalkanmu dalam keadaan hujan deras." balas Mark, dia menyelipkan jarinya di helai rambut Jaemin.
"Tapi 'kan aku tidak apa. Aku juga akan tetap berada di rumah saat hujan," Jaemin memandang Mark serius. Rahang suaminya, dia tangkup dengan dua tangan. Mengelus pipi kurusnya lembut. "Jangan khawatir, kalau Mark khawatir, segeralah pulang. Aku akan menunggu sampai Mark pulang."
Mark menangkup tangan kiri Jaemin yang ada di pipinya. Menggenggamnya lembut. Jaemin tersenyum, dia membalas genggaman tangan Mark.
"Masih mendung?" tanya Jaemin, "Kalau masih, kita bisa duduk di sini dulu."
"Sebaiknya kita duduk saja dulu." Mark merosotkan tubuhnya, begitupun Jaemin. Keduanya duduk bersebelahan, dan Jaemin tidak sengaja melihat jamur berwarna kecoklatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENCHANTED » MARKMIN ✔
FantasyJaemin si hybrid kelinci, punya suami Mark yang hybrid serigala. ENCHANTED versi baru! Mark! Dom Jaemin! Sub