ENCHANTED - 24

3.3K 402 38
                                    

24. Peka

"Bodoh! Jangan menggangguku!"

Maz tertawa dan sedikit melompat-lompat karena senang. Yava yang melihatnya mendengus. Tidak memiliki tenaga untuk membalas ledekan Yava, dia memilih untuk memulihkan dirinya sendiri.

"Kalian menikah saja."

Dengan cepat, Yava dan Maz langsung memandang Jaemin. Mereka memang masih berada di rumah Erlina. Masih masa berkabung, dan Jaemin masih enggan untuk meninggalkan rumah mendiang sang Ibu.

Jaemin duduk di kursi, memandang keduanya dengan mata bulatnya itu. Polos. Membuat Yava ingin memakannya. Sudah sejak kecil, Yava melihat tumbuh kembang Jaemin. Dan dia bangga karena Jaemin hidup sampai remaja seperti sekarang.

Bahkan mau menjadi seorang Ibu.

"Seperti tidak ada makhluk lain saja," gerutu Maz. Dia bergerak memutar baru membaringkan tubuhnya menjadi lingkaran.

Yava memandangnya dengan mata menyipit, "Kalaupun hanya kau satu-satunya makhluk yang tersisa, aku tidak akan pernah mau menikah denganmu." balas si rubah dengan nada sinis.

Jaemin tersenyum geli. Dia memandang liontin di genggaman tangannya. Membukanya dan dia melihat sebuah foto berisi dirinya saat kecil, ada Erlina juga Yava di sana. Jaemin mengusapnya, lalu mendongak saat merasa kedatangan Mark.

"Ini kelinci yang Jaemin inginkan."

Pagi tadi, Jaemin tiba-tiba menginginkan seekor kelinci untuk dimakan. Setidaknya dijadikan sate, begitu. Entah kenapa. Melihat Mark yang membawa seekor kelinci mati, membuat Jaemin mau menangis. Tapi, di sisi lain dia begitu menginginkan daging kelinci.

"Sepertinya, salah satu anak kalian itu serigala." kata Yava, dia mengibaskan bulu di kepalanya. Lalu kembali menjilati kakinya.

Mark berkedip, dia memandang Jaemin. Memang, walaupun tipis, Mark merasa kalau sekarang Jaemin memiliki pheromone manis khas seorang bayi serigala.

"Begitu? Apa tidak masalah?"

"Ya tidak masalah, memangnya kenapa?"

Jaemin menggeleng, dia menatap perutnya sendiri. Mark mendekat dan Jaemin langsung memandangnya.

"Kasian, tapi mau makan." gumam Jaemin, "Seharusnya Mark tadi dikuliti dulu, terus potong-potong dagingnya. Terus bohong padaku kalau itu bukan daging kelinci."

Mark mengernyit, "Kau tidak bilang."

"Ya seharusnya Mark peka!" balas Jaemin sedikit kesal, "Begitu saja tidak tau!"

Mark berucap sabar di dalam hati. Sabar, Mark. Sabar. Lagi hamil.

"Terus ini mau bagaimana? Mau aku kuliti dan kupotong-potong?" tanya Mark, memilih jalan aman.

"Kalian terlalu lama."

Kelinci di tangan Mark menghilang, lalu muncul kembali di kursi yang Jaemin duduki. Sudah dipotong-potong bersih, sudah ada tusukan juga.

"Wah! Dengan sihir, semuanya memang mudah." Jaemin memandang Maz, "Maz, terima kasih. Aku mencintaimu."

Mark mendengus, bola matanya memutar jengah. Melirik Mark yang malah sekarang terlihat sombong. Tapi, naga itu memang sombong.

"Mark, bakar ini."

"Iya, Nyonya."

✿✿

"Aneh sekali, para orang tua di sini meninggal hampir bersamaan." Raja memandang Johnny yang berdiri bersebelahan dengannya, "Apa sebelum ini, ada kejadian aneh yang terjadi di sini?"

ENCHANTED » MARKMIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang