Pitulas

7.1K 324 1
                                    

'Gila! Ternyata gue untung banyak masuk ke novel punya si Nita!' batin Aira sembari melirik kanan dimana ada laki-laki yang telah memaksanya untuk masuk ke dalam mobil yang sekarang tak kunjung jalan dari lima menit yang lalu.

Tak salah lagi, laki-laki di samping gadis itu adalah Sargata Raylen Wilson yang merupakan tunangan dari Aira si figuran.

Setelah diingat-ingat Aira melupakan bagian penting yang masih dipertanyakan oleh pembaca novel Rania's Story, Aira ingat jika setelah Aira figuran tewas akibat tertabrak oleh Rendra ada seorang laki-laki yang memberi pelajaran pada Rendra sampai laki-laki itu masuk rumah sakit, dan di bagian itu tak Nita jelaskan siapakah orangnya. Sampai sini Aira menduga bahwa orangnya adalah Sarga yang memberi pelajaran pada Rendra karena telah menabrak tunangannya sampai tewas.

"Aya masih gak inget sama Ata?"

Aira tersentak dari lamunannya, sedari tadi selain dia diam karena sibuk memikirkan alur cerita Rania's Story dia juga takut jika membuka suara meminta Sarga untuk segera mengantarkannya pulang walau dalam lubuk hatinya Aira ingin terus memandangi paras menawan ciptaan Tuhan yang berwujud Sarga.

Aira ingin pulang karena dia takut dirinya tak akan kuat jika terus-terusan satu mobil bersama Sarga, dia juga bingung harus bagaimana karena Aira bukanlah Aira si figuran asli.

"Ata?" Aira masih loading sampai keningnya mengerut.

Sarga tersenyum mempesona yang mana langsung membuat Aira terpaku untuk sejenak sebelum dia kembali tersadar kala laki-laki itu menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. "Apa aku harus memperkenalkan diri lagi hm? Oke aku Sargata Raylen Wilson, and you used to call me Ata, baby."

Mendengar itu Aira tanpa sadar mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali, justru tingkahnya membuat Sarga gemas.

'Asing banget namanya, Nita bener-bener gak nulisin tokoh nih cowo di novel Rania's Story' pikir Aira yang tadinya sempat berpikir keras mencoba mengingat-ingat nama lengkap Sarga, pada dasarnya dia bukannya lupa tapi memang tak pernah tahu nama itu.

"Hey, jangan melamun, apa aku setampan itu sampai buat kamu terpesona hm?"

Aira mengerjapkan matanya beberapa kali. "Ha? Apaan gak! Gue cum-"

"Aku-kamu Aya!" tekan Sarga memotong ucapan Aira dengan tatapan datar dan dingin yang membuat sang empu seketika meneguk ludahnya kasar, katar-ketir hanya dengan tatapan tunangannya itu.

Rasanya Aira ingin tertawa mendengar kata tunangan, dia tak menyangka jika sudah mempunyai tunangan walau di dalam dunia novel. Tapi setidaknya dengan waktu yang tidak bisa ditentukan Aira bisa merasakan bagaimana mempunyai dua abang dan tunangan, pasalnya di dunia asli Aira tak mempunyai keduanya.

Pacaran saja dia tak pernah apalagi mempunyai tunangan. Sepertinya itu wajar karena mengingat sifat Aira yang sedikit galak dan sering judes saat berbicara dengan kaum adam, intinya gadis itu seolah anti dengan yang namanya laki-laki, tapi bukan berarti dia tak normal ya.

"Maaf."

Raut wajah Sarga seketika kembali berubah, tatapannya pada Aira pun kembali melembut disertai senyuman. "It's okey, aku tau kamu udah lupain semua kenangan kita sampai lupa juga sama aku, tapi aku janji bakalan buat kamu inget aku dan kenangan kita selama ini Aya," ujar laki-laki itu yang kini sudah mengusap lembut pipi Aira.

Jangan tanyakan bagaimana kondisi jantung Aira yang notabenya seorang jomblo dari lahir, kondisi jantung gadis itu benar-benar sudah tak karuan mendapat tatapan dalam dan sikap lembut sari Sarga. Dan satu lagi, love language Aira diserang! Perlu kalian tahu bahwa love language gadis itu adalah physical touch.

Bisa kalian bayangkan sendiri seberapa bapernya Aira sekarang.

"Cantik," lanjut Sarga berkata pelan saat melihat semburat merah muncul tiba-tiba di kedua pipi mulus Aira yang masih dia usap pelan.

"Ha?" Sudah dipastikan Aira tanpa sadar memasang wajah cengo di hadapan Sarga. Bukan ilfil yang Sarga rasakan, melainkan dia gemas sampai menahan diri untuk tak bertindak gegabah.

'Tahan Sarga tahan, inget Aya belum inget lo, jangan sampe lo buat Aya risih sama sifat agresif lo!' tegas Sarga memperingati dirinya sendiri dalam hati, berusaha menekan dirinya sendiri agar tak memeluk erat Aira untuk kedua kalinya.

****

Sore menjelang petang, terlihat Alvaro berlari kencang memasuki rumah setelah keluar dari mobil yang diparkirkan sembarangan di depan kediaman Wijaya.

Tanpa memperdulikan nafasnya yang sudah ngos-ngosan, laki-laki itu terus berlari sampai di ruang tengah saat melihat keberadaan Mamanya di sana.

"Ma!" panggil Alvaro yang reflek dengan nada tinggi nyaris seperti teriak.

Airin yang tadinya tengah asik menyimak berita sore ini di televisi seketika dibuat terkejut dengan panggilan dari putra sulungnya itu.

Terlihat jelas raut wanita paruh baya itu berubah kesal. "Apasih kamu Varo! Teriak-teriak bikin Mama kaget aja kamu!"

Alvaro mengabaikan teguran Mamanya tanpa melunturkan raut cemas yang terlihat jelas di raut wajahnya. "Ma, Aya udah pulang kan?"

Awalnya Airin akan melanjutkan mengomel, tapi setelah mendengar pertanyaan Alvaro seketika diurungkan. "Belum, emangnya kenapa?" jawab Airin sembari menggeleng.

Sedetik kemudian raut wajah Alvaro berubah terkejut. "Mama serius? Aish! Ini salah aku yang lupa jemput Aya! Aku ke sekolah Aya dulu ya Ma, aku khawatir banget sama dia, apalagi kan Aya lupa jalan pulang."

Airin mengerutkan keningnya kebingungan mendengar apa yang dikatakan putra sulungnya itu. Dengan cepat wanita itu mencegah Alvaro yang akan kembali pergi.

"Tunggu Varo."

Alvaro berhenti kemudian menoleh ke arah Mamanya. "Kamu belum buka pesan dari Mama apa gimana sih? Kan Mama udah chat kamu dari pagi tadi kalo kamu gak perlu jemput Aya karena dia dijemput Sarga," ungkap Airin lagi-lagi membuat Alvaro terkejut.

Saling terkejutnya mata Alvaro sampai membola. "Sarga udah balik Ma?" tanyanya tak percaya.

Airin mengangguk santai. "Iya, dia tadi pagi ke sini mau samperin Aya tapi Aya nya udah berangkat sama kamu," jawabnya.

"Kok aku gak tau sih Ma?"

Airin mendengus kasar. "Ya salah kamu sendiri kenapa gak buka pesan dari Mama! Sesibuk apa sih sampai buka pesan dari Mama aja kamu gak bisa," balas wanita itu geram sendiri pada Alvaro.

Alvaro menghela nafas kasar, tak ada gunanya dia berdebat dengan Mamanya. "Iya Ma iya ini salah aku, terus ini kenapa Aya belum pulang-pulang? Jangan-jangan dia diculik Sarga."

"Negatif terus pikiran kamu, mungkin aja Aya diajak mampir kemana dulu sama Sarga," balas Airin yang sangat tak setuju dengan ucapan Alvaro yang asal-asalan.

Baru mengatakan itu Airin berseru kembali dengan wajah cerah kala suara mobil terdengar dari ruang tengah. "Nah itu pasti Aya sama Sarga!"



AyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang