Rongpuluh

5.9K 249 0
                                    

"Eh katanya ada murid baru pindahan dari desa."

"Cewe apa cowo?"

"Katanya sih cewe."

"Pindahan dari desa? Fiks sih dia pasti cupu!"

"Yah sayang banget sekolah kita ketambahan cupu lagi!"

"Seru nih jadi bahan bullyan!"

Langkah Aira yang akan menuju kelasnya tiba-tiba memelan kala telinganya tak sengaja mendengar perbincangan para murid yang ada di sekitar koridor kelas.

"Murid baru? Protagonis cewe kah?" gumam Aira pelan. Otaknya berpikir keras tentang alur cerita yang akan dimulai setelah benar-benar ada murid baru di AHS.

Jika hal itu benar, Aira harus siap jaga-jaga dikala alurnya sampai dimana Aira figuran merenggut nyawa. Aira harus bisa menghindari alur kematiannya karena dia tak ingin meninggal begitu saja di novel, sebab Aira tak tahu apakah raganya di dunia asli masih hidup atau sudah meninggal.

"Kalo iya gue pokoknya mulai hari ini harus hati-hati!" tekat Aira.

Grepp

"Pagi Airaku tercintahhh!" 

"Anjing!" Reflek Aira mengumpat akibat terkejut saat tiba-tiba ada seseorang yang merangkulnya dari arah belakang, dan rupanya setelah melihat orangnya Aira pun berdecak kesal.

"Hayo Aira gak boleh kasar ih," ujar seseorang itu, siapa lagi jika bukan Cika yang merupakan sahabat baru Aira di dunia novel ini.

"Apaan sih lo! Ngagetin aja!" ketus Aira yang kesalnya tak main-main. Jantungnya sekarang bahkan sudah berdetak lebih kencang dari biasanya akibat terkejut.

Cika menyengir. "Hehe sorry Ai, abisnya jalan lo kok tumben amat lelet banget, jadi sekalian gue kagetin aja, pasti lo lagi mikirin sesuatu, bener kan? Mikirin apa sih sampe segitunya? Mikirin hutang?" Aira menghela nafas kasar mendengar celotehan Cika uang sama sekali tak dapat dia terima dengan senang hati, pasalnya suara sahabat barunya itu cukup mengganggu telinganya.

"Kepo!"

"Ya elah Ai, sensi amat lo sama gue, lagi pms ya lo?" balas Cika yang tak menyerah membuat sahabatnya itu mengaku sesuatu.

"Bacot!" ujar Aira kasar sebelum berlari kecil meninggalkan Cika di koridor kelas yang masih lumayan jauh dari kelas mereka.

"Ya ampun, kok mulut si Aira kasarnya makin blak-blakan ya," gumam Cika geleng-geleng kepala tak habis pikir dengan perubahan drastis yang dialami sahabatnya.

                                                   *****

Para murid berbondong-bondong keluar dari kelas setelah bel istirahat berbunyi. Mereka semua kebanyakan tentu saja pergi ke kantin untuk mengisi perut kosong mereka, tak terkecuali Aira dan Cika.

"Ayok Cik buruan, ntar kantin nya bisa makin rame kalo kita gak cepet-cepet ke sana!" ujar Aira yang terus mendesak Cika agar mereka cepat pergi ke kantin.

Bukan karena sudah lapar atau ingin mendapatkan tempat duduk di kantin, Aira hanya ingin memastikan sesuatu sesuai bagaimana alur yang dia ingat. Pasalnya jika benar memang murid barunya adalah protagonis perempuan atau peran utama dalam novel Rania's Story, hari ini juga saat istirahat akan ada drama yang terjadi di koridor kelas arah menuju kantin.

Seingat Aira, peran utama yang bernama Rania itu di hari pertamanya akan langsung mendapatkan bullyan dari siswi-siswi berkuasa di sekolah ini setelah Rendra dkk, tepatnya siswi-siswi tersebut berpenampilan seperti kebanyakan siswi yang suka membully orang lain dan sok berkuasa.

Maka dari itu Aira mengajak Cika cepat-cepat ke kantin, tapi justru sahabatnya itu malah masih asik mencatat tulisan yang ada di depan papan tulis. Itulah akibatnya jika sedari tadi terus menyeloteh pada Aira tapi sayangnya Aira merespon hanya sesekali karena sibuk menulis.

"Ck! Bentar Ai, dikit lagi nih, sabar!" decak Cika yang lama-lama ikut kesal karena bahunya sesekali tanpa dosa diguncang-guncang oleh Aira.

"Nanti lagi bisa kan Cik, lagian salah lo sendiri tadi malah ngoceh mulu gak nyatet!" balas Aira yang sudah amat kesal pada sahabatnya itu.

"Dah lah gue duluan aja!" lanjut Aira yang sudah tak sabaran dan tak ingin melewatkan drama yang akan terjadi.

Melihat Aira yang sebentar lagi akan menghilang dari pandangannya membuat Cika menghela nafas kasar dan terpaksa menghentikan acara mencatatnya lalu berlari menyusul Aira.

"Elah tuh bocah emang gak sabaran amat njir!"

"Tungguin woe!" teriak Cika sebelum Aira berhenti dan menunggu gadis itu sembari memutar bola matanya malas.

Akhirnya keduanya berjalan beriringan menuju ke arah kantin dengan sama-sama tak bersuara, sesekali Cika melirik sahabatnya yang hanya diam. Nyatanya Aira sibuk dengan pikirannya sendiri, memikirkan tentang tokoh utama.

"Eh ada apaan tuh rame-rame?"

Sontak Aira tersadar dari lamunannya saat Cika menyeletuk, Cika juga menunjuk ke arah koridor yang akan mereka lewati menggunakan dagu.

'Bener ternyata, gak salah lagi ini pasti alurnya udah mulai' batin Aira terpaku dengan kerumunan yang kebanyakan dari mereka adalah kaum hawa.

"Samperin kuy Ai!"

Aira langsung mengangguk dan keduanya berlari kecil mendekati kerumunan itu dengan Aira yang terus diam tanpa bicara sedikitpun saat melihat drama di hadapannya dimana di sana benar-benar ada gadis cupu yang tengah di bully. Dan sudah pasti gadis cupu itu adalah Raina.

"Buset! Cupu gini aja udah cakep banget! Apalagi kalo penampilannya dirubah! Emang tokoh utama gak bisa diraguin lagi," gumam Aira sangat pelan, dia menatap penuh kagum tokoh hasil ciptaan sahabatnya, Nita.

"Hah? Tokoh utama apaan Ai?"

Mata Aira membulat dan seketika langsung menoleh pada Cika yang menatapnya penuh tanya, rupanya gadis itu mendengar apa yang di gumam kan! Padahal Aira bergumam pelan, diantara kerumunan pula.

'Mampus gue!'

AyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang