Songolas

6.3K 324 0
                                    

Pagi harinya Aira yang sudah bersiap dengan seragam dan tas yang tersampir di bahunya akan keluar dari kamar untuk ke lantai bawah dan melaksanakan sarapan bersama keluarganya.

Tapi langkah gadis itu tiba-tiba terhenti kala akan membuka pintu kamarnya. "Eh HP gue!"

Buru-buru Aira mencari ponselnya yang dia letakkan sembarangan dan berujung lupa. Gadis itu bernafas lega setelah menemukan ponselnya di balik bantal, senyum lega pun tercetak jelas di wajahnya.

Selain itu, Aira tak perlu kesal lagi karena tak bisa membuka ponsel milik Aira figuran karena semalam ponselnya bisa terbuka, bukan karena dirinya sendiri melainkan karena Sarga.

Pasalnya semalam Sarga mempertanyakan mengapa dia tak membalas pesan laki-laki itu, dan tentu saja Aira menjawab dengan jujur bahwa dia tak bisa membukanya karena tak tahu kunci sandi dari ponselnya sendiri, ralat ponsel milik Aira figuran.

Aira lega karena Sarga mengerti dan tak jadi marah padanya, dan laki-laki itu pun bisa membukakan kunci layar ponsel milik Aira. Aira tak heran lagi karena status mereka adalah tunangan, jadi tak mungkin jika Sarga tak bisa membuka ponsel milik Aira sendiri.

"Cielah yang semalem abis ngapel sama si doi."

Langkah Aira yang akan pergi menjauh dari kamarnya setelah keluar dari kamar tiba-tiba dihentikan oleh seseorang yang muncul tanpa dipanggil.

"Kek jailangkung," gumam Aira sangat pelan, menatap jengah abang keduanya yang ternyata baru keluar dari kamar juga. Inilah akibat jika letak kamar Aira bersebelahan dengan kamar abang keduanya itu.

"Apasih bang," balas Aira sebelum melenggang pergi begitu saja meninggalkan Airon yang segera mengejarnya.

"Kok gue ditinggal sih cil! Tungguin lah," ujar Airon dengan bahasa santainya saat tak ada anggota keluarganya yang lain.

Keduanya beriringan menuruni anak tangga dengan Aira yang hanya diam tanpa menanggapi setiap ocehan dari mulut Airon yang terus menggoda dirinya tentang semalam.

'Cerewet banget sih bang Iron!' Aira hanya berani mengatakan itu dalam hati, takut jika secara langsung akan membuat abangnya sakit hati jika orangnya baperan.

"Btw, gimana si Sarga, makin manja gak sama lo?" tanya Airon entah yang keberapa kalinya.

"Kepo!" balas Aira ketus melirik singkat Airon sebelum lebih dulu duduk di salah satu kursi yang ada di ruang makan setelah keduanya sampai di sana.

Rupanya yang lain sudah ada di sana dan hanya Aira dan Airon saja yang baru datang.

"Ck!" decak Airon kesal, dari tadi sudah dicuekin eh sekarang tak dibalas serius oleh adiknya itu.

Yang Airon lakukan hanya menahan kesalnya di depan kedua orang tua dan abang nya yang terkadang bisa menyeramkan. Jadi untuk sekarang Airon tak bisa membalas tingkah Aira padanya.

'Liat aja lo cil, gue bakalan gelitikin lo sampe mampus!' batin Airon penuh dendam.

"Selamat pagi semua." Aria menyapa sambil tersenyum manis yang dibalas kedua orang tuanya dan Alvaro tak kalah manis.

"Pagi juga dek."

"Pagi juga sayang."

"Pagi."

"Ayo Aya kamu cepat sarapan dulu sebelum Sarga jemput kamu," ujar Airin yang dengan cekatan menyiapkan seluruh sarapan suami dan anak-anak nya, menuangkan nasi beserta lauk di piring mereka masing-masing.

"Loh dia mau jemput aku Ma?" tanya Aira yang sedikit terkejut, pasalnya Sarga tak mengatakan padanya tentang hal itu.

"Iya, semalem dia izin sama Mama," jawab Airin dengan santai membuat Aira menghela nafas pelan.

"Kapan?"

"Semalem pas dia mau pulang," jawab Airin membuat Aira mengangguk pasrah. Mungkin Aira curiga jika Mamanya membohonginya.

"Cie ciehh," goda Airon kembali tersenyum jahil dan seketika langsung mendapat lirikan sinis dari Aira.

Alvaro yang hanya menyimak pun dibuat terkekeh dan ikut-ikutan menggoda. "Keliatannya Aya pagi ini ada yang beda ya, keliatan lebih sumringah dari pada kemarin."

Aira mendelik, dia paham kemana arah pembicaraan yang terlontar dari mulut Alvaro. "Ih apaan sih bang! Orang biasa aja, sumringah gimana coba!" Suara gadis itu terdengar ketus dengan raut wajah mengerut kesal. Dan itu menjadi hiburan sendiri bagi Alvaro dan Airon.

Airin ikut terkekeh, berbeda dengan suaminya yang hanya diam menyimak.

"Sudah! Sarapan sekarang juga sebelum kalian terlambat!" tegas Bagas bersuara menengahi obrolan kecil yang dilakukan ketiga anaknya.

Semuanya seketika diam menurut setelah sang kepala keluarga bersuara dengan tegas tak terbantahkan.

                                                     ****

"Belajar yang rajin Aya, inget pesan aku jangan deket-deket sama cowo lain karena kamu udah punya Ata! Temenan sama cewe aja dan jangan pernah mau diajak ngobrol sama cowo." Dan masih banyak lagi wejangan yang Sarga berikan pada Aira sebelum gadis itu keluar dari mobil. Padahal sudah terhitung lima menit lalu mobil Sarga sampai di depan gerbang sekolah.

Aira sampai berulang kali menghela nafas jengah dan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Iya Ata iya."

"Jangan iya iya aja kamu, pokoknya jangan makan sembarang juga, kamu udah bawa bekal kan? Makan aja itu," balas Sarga lagi persis seperti ibu-ibu yang memberi wejangan pada anaknya.

Aira menghela nafas kasar, kesabarannya yang setipis tisu kini sedang di uji, mau langsung keluar dari mobil pun dia tak bisa karena masih dikunci Sarga.

"Iya sayang." Dengan sengaja Aira membalas dengan nada lembut dan panggilan yang mampu membuat Sarga baper.

Lihat saja sekarang laki-laki itu tengah menahan malu dengan kedua telinga memerah. Aira yang menyadari itu menahan tawa.

"Cepet gih buka kuncinya, kalo aku telat masuk gimana?" lanjut Aira.

"Ah i–iya Aya," balas Sarga sedikit tergagap dengan gelagat mencoba menutupi kedua telinga nya yang memerah malu.

'Anjiir! Emang boleh se-gemesin ini?' batin Aira menahan gemas sampai menggigit sedikit bibirnya sembari terus menatap Sarga yang salah tingkah menghadap ke arah lain.

"Udah."

Aira tersenyum lalu mengangguk. Tapi sebelum dia keluar dari mobil dia menyempatkan diri untuk menatap Sarga sebelum melakukan tindakan yang amat beresiko untuk dirinya sendiri.

"Aku sekolah dulu ya, Ata semangat kerjanya dan hati-hati di jalan!"

Cup

Nekat, Aira benar-benar nekat mengecup pipi kiri Sarga sebelum bergerak cepat keluar dari mobil laki-laki itu.

Jangan tanyakan bagaimana reaksi Sarga sekarang. Laki-laki itu menatap kepergian Aira dengan tatapan penuh damba, jangan lupakan wajahnya sepenuhnya sudah memerah penuh.

"Shit! Udah mulai berani kamu baby," umpat laki-laki itu bergumam dengan suara deep nya sembari memegang pipi kirinya yang bekas dikecup oleh Aira.




AyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang