Tak ada cerita tentang perang di kerajaan Joseon. Raja dan Ratu mereka amat dicintai oleh rakyatnya. Tetapi semua berubah saat Jaemin harus turun tahta dari posisinya sebagai Ratu. Huang Renjun menggantikan Jaemin dan bersanding bersama Jeno yang sa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dayang Kim terkejut melihat kedatangan Mark dan ratu. Mark menggendong Jaemin yang lemas dengan kedua tangannya. Sedangkan Jaemin merintih menahan sakit sambil mengalungkan kedua tangannya di leher Mark. Setelah dayang Kim membuka pintu kamar ratu dan mempersiapkan kasur, Mark membaringkan Jaemin perlahan.
"Tolong panggil tabib." Perintah Mark kepada dayang Kim.
Tetapi Jaemin menggenggam tangan Mark lebih erat sambil berbisik di tengah rintihannya. "M-Mark.. jangan sampai siapapun tahu... aku mohon."
Mark mengangguk. Ia menoleh ke belakang ke arah dayang Kim yang berdiri dengan wajah cemas. "Dayang Kim, jangan sampai orang lain tahu. Jemput tabib diam-diam. Mengerti ?"
"Baik, Tuan."
Dayang Kim pergi. Tersisalah Mark dan Jaemin di kamar ini. Jaemin masih merintih sambil meremat dadanya yang sesak. Mark semakin yakin bahwa rasa sakit yang ratunya alami bertambah. Genggaman tangan Jaemin yang kuat, seolah menyalurkan rasa sakit yang dirasanya kepada Mark.
Mark tanpa sadar mengapit rapat tangan Jaemin diantara kedua tangannya. Ia menatap sedih sekaligus khawatir melihat ratunya kesakitan. Dalam hati ia tak berhenti berdoa meminta agar Tuhan berhenti menyiksa Jaemin seperti sekarang. Andai saja bisa, ia ingin mengambil rasa sakit itu.
Tak lama dayang Kim masuk bersama tabib. Mark minggir sedikit membiarkan tabib mengambil alih. Ia menunggu dengan raut wajah tak sabar saat tabib memeriksa.
Wajah sang tabib tampak mengisyaratkan tanda buruk.
"Kondisi ratu benar-benar mengkhawatirkan. Racun bunga nerium sudah menyebar dan merusak jantungnya. Cepat atau lambat, ratu akan,-"
Tangan Jaemin meremat jemari-jemari Mark. Di tengah rintihan kesakitannya, ia mencoba bangun untuk duduk. Mark membantunya.
"Bisakah kau rahasiakan ini ?" Lirih Jaemin.
Sang tabib mengerutkan keningnya. "Apa maksud yang mulia ?"
"Tolong,-" Jaemin menarik satu tangan tabib untuk digenggamnya erat. Matanya berbinar menatap penuh harap pada tabib. ",- jangan katakan pada siapapun mengenai kondisiku. Buatlah obat apapun untuk memperlama waktuku. Masih ada yang harus kulakukan sebelum aku turun tahta. Aku mohon... aku harus menyelematkan Renjun."
Sang tabib hanya menatap bingung pada Jaemin dan Mark. Mark terkejut saat mendengar nama Renjun disebut. Ia menatap Jaemin di sampingnya dengan mata membelak.
"Renjun ?"
Jaemin hanya melirik Mark sejenak. Bukan waktu yang tepat untuk menjelaskannya pada Mark sekarang. Ia masih menatap tabib dengan penuh permohonan.