prolog : si anak bungsu dan sulung

516 49 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Bumi yang dipijaki anak berusia 6 tahun itu agaknya basah disebabkan hujan. Menyebabkan petrichor menyeruak di hidung anak itu. Namun tampaknya anak itu masih menikmati ayunannya yang sudah lama tak bergerak. Ia mengusap hidungnya yang basah.

Tak lama anak itu menoleh ke atas langit mendapati lanskapnya yang tertutupi payung. Seorang wanita dewasa melindunginya dari air hasil kondensasi itu. Wanita itu tampak tersenyum, kontras dengan isi hatinya. Melihat hal tersebut, anak itu membalasnya dengan senyuman, sembari memegang ujung baju wanita tersebut dengan tangan kecilnya.

"Mama-"

"Dengarkan saya Byan," Wanita itu menginterupsi anak tersebut terlebih dahulu.

Binar mata anak itu tidak pernah redup selama ini, anak bungsu yang terkenal dengan keceriaannya itu selalu memasang raut tersenyum. Bahkan ketika titel anak bungsu itu dicabut kala adiknya yang berjarak darinya 5 tahun itu lahir. Meski ia tidak menyukai saat dimana kasih sayang orangtua dan abangnya yang dibagi ke adik kecilnya, ia masih menerima kondisi tersebut.

Namun kali ini berbeda. Untuk pertama kalinya Byan menolak perasaan tidak enak yang menyeruak di dalam hatinya. Masih dengan wajah menggemaskannya ia menatap mata wanita yang ia panggil mama itu untuk menunggu hal yang akan diucapkan ibunya selanjutnya. Sayangnya, ia seharusnya tidak mengharapkan perkataan itu dirilis dengan cepat oleh ibunya,

"Mulai saat ini, kau bukan anakku. Kau hanya memiliki papa dan adik sekarang." Masih dengan wajahnya yang tersenyum, wanita itu mengusap pucuk kepala anak itu yang kini bergetar. Tampak tak terima dengan ucapan ibu kandungnya.

Byan melebarkan matanya ketika ibunya menyelipkan kalung di sakunya dan memberikan payung ke genggaman anak itu. Seolah olah memberikan sinyal bahwa anak itu harus melindungi dirinya seorang diri sekarang. Ralat, ia harus melindungi dirinya dan adiknya yang ditinggalkan ibunya itu.

Kaki kecil Byan anehnya sulit digerakkan saat itu. Saat dimana ia seharusnya mengencangkan pegangannya pada baju ibunya. Atau saat dimana ketika tangannya yang ditepis agar ibunya dapat segera pergi menyelesaikan perpisahan itu. Kaki Byan hanya mampu menahan berat Byan yang diliputi emosi karena tidak memiliki tenaga lagi untuk mengejar ibunya yang perlahan menghilang dari pandangannya.

Tak lama kemudian, Byan runtuh. Ia memilih menutup matanya agar ia dapat menemukan ibunya kembali ketika ia bangun. Namun sayangnya ia hanya terbangun di tempat yang dingin dan berbau obat seorang diri.

❛❛occasion —

29/07/23

OccasionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang