13 : konsistensi dari permintaan maaf

179 22 6
                                    

"Byan!"

"Byan hei!"

Pemuda yang bahunya ditepuk beberapa kali itu akhirnya tersadar dari lamunan panjangnya. Ia mengedipkan matanya beberapa kali untuk mendapati dua pemuda menatapnya dengan tatapan kebingungan.

"Apa?"

"Pak Denny udah keluar dari tadi, lo mau nginap di kelas emangnya?" Fajar, salah satu dari ketiga teman dekatnya yang dikenal polos itu kini menyampirkan tasnya bersiap untuk pulang.

"Engga-"

"KALIAN BEREMPAT GUE KURUNG YA?" Teriak Andi sang ketua kelas dari depan pintu. Wajahnya kusut, perpaduan ekspresi kesal, lelah dan amarah yang mulai muncul, "Cepetan! Gue kasih waktu 10 detik buat keluar,"

"Lo kaya emak ayam nyuruh anaknya pulang aja Ndi," Celetuk Candra asal. Tangannya kini menyimpan barang Byan dalam tas. Sementara pemuda yang seperti kehilangan akalnya itu hanya linglung menatap teman temannya.

Harsa yang memperhatikan itu semua hanya menghela napas pelan. Pemuda yang selalu menemani Byan kapanpun dan dimanapun itu masih belum berbaikan dengan Byan. Bukannya Harsa tak mau, tapi Byan yang selalu mengalihkan topik pembicaraan ketika Harsa mulai menyelesaikan masalah mereka.

Namun meski mereka tak berbicara, Harsa tau pemuda itu mungkin tengah memikirkan sesuatu. Kelopak matanya yang hitam semakin jelas dan Harsa yakin Byan tak menangkap apapun yang dosen mereka ajarkan.

Andi sang ketua kelas merangkup penanggung jawab kunci kelas akhirnya menghela napas puasnya setelah sekian lama. Tapi tampaknya Andi masih kecewa karena para pemuda itu membuatnya pulang terlambat, "Nah gitu dong, coba aja kalian ga lama lama, pasti drakor gue udah tamat dari tadi,"

Candra menyangkutkan tas Byan pada bahu Byan yang tengah menatap ponselnya, "Perasaan durasi drakor ga secepet itu,"

Byan yang tersadar tersenyum tipis, "Thanks,"

"Emang engga, lo ga tau aja tontonan gue keputus di episode terakhir tadi. Mana pas banget lagi pas Song Hye Kyo eonni lagi ngomong, kan gue penasaran," Andi menggelengkan kepalanya melihat pertemanan keempat pemuda dihadapannya. Lihatlah bagaimana Harsa yang tengah mengintilin tas Fajar, sementara Fajar mencari sesuatu yang menganggunya. Ada Candra yang tengah mengusap rambut Byan kasar dan Byan yang berusaha menghindar lantaran geli.

"Jiakh eonni siapa tadi? Kaya dia kenal sama lo aja," Itu Harsa yang menanggapi lantaran tak tahan mendengar hobi Andi yang suka menonton drakor itu. Sebenarnya tak masalah jika hanya menonton, tapi hal yang membuatnya jengkel adalah ketika ketua kelas itu memperkenalkan aktris yang ia sukai itu sebagai pacar atau kakaknya. Beberapa kali juga pemuda itu mengedit fotonya sendiri dan membuat orang awam merasa terkecoh.

"Hush lo bubar semua, jangan sampe satpam ngusir kalian juga lagi," Andi mendorong mereka dengan tasnya lalu kembali menyampirkannya pada bahunya. Pemuda itu tampak santai memutar kunci motor di sela jemarinya dan berjalan ke area parkir dengan riang. Lihatlah bagaimana perubahan suasana hatinya yang sangat cepat.

"Lo mau langsung pulang?" Fajar melihat jam tangannya, "Udah jam 6 lewat, bentar lagi gelap juga," Sambungnya kemudian.

Byan yang sebelumnya menatap ponselnya itu kemudian berbicara setelah sekian lama, "Balap yuk?"

"Tiba tiba?" Candra kebingungan. Perilaku Byan sangat membingungkan hari ini. Bukan, sejak beberapa hari yang lalu mungkin. Baik Byan maupun Harsa juga tak saling berbicara. Candra yakin ada sesuatu diantara mereka.

"Kalian berantem?" Telunjuknya menunjuk dua pemuda yang saling berjauhan menjaga jarak itu.

Tak ada satupun dari mereka yang menjawab. Candra menghela napasnya kasar, "Mending kalian selesein masalah kalian dulu," Pemuda itu merangkul Fajar, "Kita pulang, Jar,"

OccasionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang