CHAPTER 02

901 63 4
                                    

CHAPTER 02 : Alun-Alun Kota.

***

Pusing.

Itulah yang Azel rasakan saat ini. Suara ricuh dari murid kelas XI IPS 1 membuatnya ingin sekali melepari mereka meja satu persatu. Apalagi, suara kericuhan didominasi oleh suara teriakan-teriakan dari kedua saudaranya yang sedang perang sapu.

"Ih, curang lo! Main pukul anu gue." Kesal Alfa, lalu membalas pukulan kearah Azar tepat di junior Azar.

"Sakit, bege! Gue kagak mukul anu lo keras-keras, ya!"

"Halah, lebay lo."

Dan kemudian, keduanya kini berperang lagi ala-ala peperangan antar kerajaan jaman dahulu. Azel hanya menghela napasnya berat. Sekarang memang jam pelajaran kelas XI dikosongkan. Entah karena apa, namun ini membuat Azel ingin sekali berteriak 'Bangsat!' kepada semua orang. Ditambah Alfa yang bukan dari kelasnya ikut-ikutan membuatnya pusing.

"Eh, kembarannya Nobita!" Panggilnya agak keras kepada Alfa.

"Apaan? Jangan ganggu, gue lagi serius mau ngalahin Anoman." Sahut Alfa.

"Enak aja! Muka gue nggak ada mirip-miripnya tuh sama Anoman." Azar ikut menyahuti.

"Ya, kan, lo putih. Jadi, Anoman dong."

"Terus lo apaan? Muka butek kek monyet lepas kandang, hahahaha!"

"Si Tolol malah nantangin. Hayuk gelut."

"Ayok, siapa takut! Gue yakin, lo pasti kalah sama gue."

"Seorang Alfa tidak akan kalah."

"Bacot lo, merek mobil! HIYAKK!"

"HYAAKK!"

"STOP! LO PADA BISA DIEM NGGAK?! GUE NGGAK BISA FOKUS BELAJAR, ANJIR, KARENA KALIAN BERISIK!" Teriak Azel memenuhi ruang kelas tersebut. Membuat suasana yang tadinya ramai sekarang sepi bak kuburan di tengah malam.

Alfa dan Azar berhenti bergerak seperti patung. Sapu ditangan mereka pun diturunkan dengan hati-hati. Takut menimbulkan suara dan berakhir kena sembur Azel lagi.

"PMS lo, Bang?" Tanya Azar untuk memecahkan keheningan. Hal itu membuat seluruh murid dikelas tersebut tertawa tertahan. Karena kalo bersuara takut kena sembur Azel juga. Mereka tidak mau kupingnya budek.

"Bacot!"

Adalah kata terakhir sebelum meninggalkan kelas itu. Semuanya yang tadinya menahan napas pun dihembuskan. Serasa lagi diajak ke wahana rumah hantu mereka, tuh.

"Abang lo kenapa, dah?" Tanya Alfa.

"Abang gue, Abang lo juga, anjay!"

"Oh iya."

Seketika kelas kembali ricuh. Dengan Alfa dan Azel perang sapu, ada yang main game dan ada juga yang bergosip.

Kembali ke Azel, cowok itu berjalan dengan alis yang ditekuk serta langkah yang lebar. Pikirannya hanya ada tempat yang sepi serta enak untuk belajar. Yaitu, perpustakaan. Azel membawa buku paket yang sempat tadi ia bawa sebelum keluar kelas. Kepalanya sungguh hampir pecah saat ini. Cowok itu juga merasakan akan ada sesuatu yang keluar dari hidungnya.

A3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang