CHAPTER 04

764 66 8
                                    

CHAPTER O4 : Kilas Balik.

***

2 tahun yang lalu..

Setelah melakukan ujian, kelas IX sudah tidak ada mata pelajaran apapun lagi. Semua di bebaskan untuk berangkat sekolah atau tidak. Seperti A3 ini, mereka tetap berangkat dengan beralasan supaya tetap mendapatkan uang sakunya. Lumayan, satu hari 100ribu.

Tiga saudara itu sedang berada di taman belakang yang lumayan adem buat ditempati. Lebih tepatnya, mereka berada di bawah pohon mangga yang sangat lebat serta berbuah banyak. Azel yang sedang duduk bersandar pada pohon mangga tersebut, Alfa yang sedang tiduran diatas rumput hijau yang berbantal paha kanan Azel dan Azar pun sama sedang tiduran berbantal paha kiri Azel.

Sejak tadi, Alfa dan Azar sedang bermain game online yang sedang marak di kalangan anak muda, sedangkan Azel sedang membaca novel bergenre horor.

"Paj, bantuin gue kek," sungut Azar.

"Lah, goblok. Kita lagi beywan anjir, mana bisa gue bantuin lo!" Alfa ikut menyolot. Ingin sekali cowok itu membanting tubuh Azar, tetapi pasti nanti akan di jewer habis-habisan oleh Mama Ola.

"Hehe, lupa gue,"

"Anj--"

"Kata-katanya, Paj, dijaga. Kalo ada yang denger terus cepu ke kepsek, nggak dilulusin mampus lo," serobot Azel yang masih fokus membaca, ia menghentikan perkataan saudaranya yang hampir berkata kasar, lagi.

"Ampun sepuh," sahut Alfa sambil terkekeh kecil, matanya menatap geli kearah atas atau lebih tepatnya wajah Azel yang jika dilihat dari bawah lucu sekali.

Azel hanya memutar bola matanya malas. Padahal, dia mengucapkan seperti itu demi kebaikan Alfa juga, karena tiga bulan lalu Alfa hampir saja tidak boleh mengikuti ujian dan akan dikeluarkan dari sekolah. Tapi Papa Ernald berunding dengan kepsek tersebut dan berakhir Alfa tidak jadi dikeluarkan, serta dia bisa mengikuti ujian. Makanya, Azel di beri amanah menjaga Alfa agar tidak melakukan hal seperti yang dulu-dulu lagi.

Azel harus sabar dengan kelakuannya Alfa yang memang kayak monyet lepas kandang. Ditambah lagi, kelakuan Azar yang playboy nya nggak ketulungan. Jadi, cowok itu harus ekstra sabar jika mengurus kedua saduaranya. Sebenernya yang paling sabar itu Azel atau Alfa, sih?

"Eh, eh, eh, Zar kok lo curang?! Kan gue lagi ngomong sama Bang Ajel," ucap Alfa dengan nada yang amat kesal.

"Musuh cuma mikirin menang, brader. Nggak peduli kalo itu curang," sahut Azar, memancarkan raut tengilnya walaupun Alfa tidak bisa melihatnya karena posisi mereka yang jika berhadapan langsung bisa nyentuh tuh jidat.

"Wih, kece bet gue." lanjut Azar merasa dirinya manusia paling kece sedunia.

"Hoek! Najis banget, muka kek mayat gitu dibilang kece," Alfa sepertinya tidak suka jika Azar sedang senang. :)

"Sirik bilang aja, sih,"

"Ogah banget gue sirik sama modelan mayat hidup!"

"Halah, palingan bentar lagi minta di beliin skincare ke Papa biar putih tuh badan,"

"Dih, emang gue cowok apaan? Mending sirik sama Gemoy yang tiap hari di sayang sama Papa,"

"Kasian kekurangan kasih sayang." gumam Azar miris yang dapat di dengar oleh Alfa.

Sontak tanpa disengaja, mereka duduk kemudian saling tatap dengan tatapan sengit. Azel santai aja sih, selagi belum baku hantam.

"Lo kalo dendam ke gue nggak usah gitu, dong!" alis Alfa menukik tajam.

A3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang