CHAPTER 09

486 50 12
                                    

CHAPTER 09 : Sebenarnya.

***

Azar memasuki rumah besarnya dengan senyum yang tidak luntur sejak tadi. Cowok itu selalu mengingat setiap kejadian beberapa menit lalu yang dialaminya. Bahkan, wajah Azar sudah memerah karena terlalu banyak tersenyum, atau lebih tepatnya salah tingkah.

Azel yang dari dapur ingin menuju lantai atas pun terhenti kala melihat tingkah adiknya yang aneh. Bahkan lebih aneh dari dirinya yang selalu curhat kepada Enjel. Karena penasaran, ia mendekati Azar dengan perlahan. Adek berniat mengagetkan seonggok manusia berkulit pucat nan memiliki sifat seperti setan.

Plak!

"Bang..." rengek Azar saat kepalanya digeplak oleh Azel. Sedangkan sang pelaku hanya tertawa kemenangan.

Azel duduk di samping Azar. "Lagian lo kek orang kesurupan,"

"Gue lagi seneng, anjir. Malah dibilang kesurupan."

"Abis ngehamilin anak orang lo, ya?"

"ASTAGHFIRULLAH, BANG AJEL! ADIKMU MASIH PERJAKAA.."

Mulut Azar dibekep sama Azel karena suaranya melengking banget.

"Gak usah teriak!"

"Ya lo ngomongnya juga nggak difilter."

"Dikira gue IG?"

Azar memutar bola matanya malas. Berdebat dengan Azel sama saja seperti sedang sidang di pengadilan. Azel adalah jaksa penuntut yang bijaksana dan Azar adalah tersangka yang tidak bisa berbuat apa-apa.

"Bang,"

"Hm."

"Gimana kalo gue nambah cew--"

Plak!

Kedua kalinya Azel menggeplak kepala Azar. Sang empu meringis karena memang sakit walaupun memang Azel hanya memukul bagian belakang kepala.

"Belagu banget, heran gue. Eh, masih mending gue kagak cepu ke cewek-cewek lo itu. Kalo gue cepu lo bakal digebugin sampai masuk rumah sakit. Lo tau? Pacar lo itu udah naro kepercayaan sama lo, lo malah kek bangke gini. Nggak waras lo." omel Azel.

Azar mengigit bibir bawahnya, seharusnya ia tidak memberitahu pada Azel tentang hal yang salah. Tetapi, jika menyangkut hal ini memang Azel paling tahu menahu. Makanya Azar heran, padahal saudaranya itu tidak pernah berpacaran sekalipun dalam hidupnya.

"Terus apa tadi lo bilang? Mau nambah cewek?"

Azel menjewer telinga Azar agar cowok itu merasakan hukuman.

"Aduh, Bang.. ampun dah. Gue canda doang sumpah,"

Azel melepaskan jewerannya. "Beneran? Awas kalo lo sampe nambah cewek lagi gue tonjok."

"Iya, iya, ngga.."

"Mandi sana lo. Bau." ucap Azel seraya mendorong tubuh adiknya.

"Halah, bauan juga lo, Bang." Azar berdiri sambil memegangi punggungnya yang nyeri.

Azel yang curiga akan hal itupun langsung menarik tangan Azar dan menaikan paksa kaos Azar. Cowok itu melotot saat melihat memar dipunggung adiknya. Sungguh ia baru tahu sekarang jika punggung Azar memar.

Ya emang baru memar, Zel_-

"Kok bisa memar?!"

***

Disinilah mereka berada, dikamar Azar. Yang mana pemilik kamar itu sedang berbaring tengkurap. Disana sudah ada Azel dan Alfa yang sedang memperhatikan memar dipunggung Azar. Ini cukup serius. Karena memar itu membuat punggung Azar agak membengkak. Jadi, diam-diam Alfa mencuri minyak urut milik satpam rumahnya.

A3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang