CHAPTER 12

386 51 18
                                    

CHAPTER 12 : Terjadinya Sebuah Masalah.

***

Sudah lebih dari sebulan Papa Ernald tidak pulang ke rumah. Awalnya, Azel hanya bepikir jika Papanya itu butuh waktu untuk menenangkan dirinya seperti istri keduanya dulu. Namun, ini sepertinya lebih parah. Kalau dulu, Papa Ernald masih dirumah walaupun dirawat, makanya Azel tidak terlalu khawatir. Apalagi Mama Elzina yang sekarang sedikit menjadi pendiam, sungguh keadaan rumah ini sedikit berbeda dari sebelum Mama Ola meninggal.

Dan tepat sebulan ini juga Khesa dirawat dirumah sakit semenjak kecelakaan itu. Untung saja benturan dikepalanya tidak terlalu parah hingga mengakibatkan hilang ingatan, tapi tetap saja kadang masih terasa pusing.

"Bang, lo pulangnya kapan, sih? Tim futsal butuh lo buat ngarahin." ujar Alfa dengan kesal.

Ya, sekarang Alfa dan Azar sedang menjenguk Khesa untuk kesekian kalinya. Awal mengetahui jika Khesa kecelakaan itu dari Alfa yang entah tahu darimana. Dan sejak saat itu juga, Khesa tidak melihat Azel sama sekali karena yang selalu menjenguknya Alfa dan Azar.

"Gue kayaknya nggak bisa ngarahin lagi, gue juga niatnya mau keluar dari sekolah." sahut Khesa membuat suasana menjadi agak canggung.

"Percuma banget, Bang, bentar lagi juga lo lulus." Azar yang sedang duduk dibrankar sampingnya pun menyahut.

Khesa diam tidak berani menjawab. Ia tahu jika hanya butuh beberapa bulan lagi dirinya akan lulus dan bisa bekerja. Namun, sepertinya untuk saat ini Khesa hanya ingin fokus untuk mengurus ayahnya dan bekerja saja untuk menghasilkan banyak uang.

"Bang, kalo ada masalah bisalah cerita ke kita. Siapa tahu bisa bantu." celetuk Alfa saat melihat Khesa diam.

"Lo ngedoain gue banyak masalah?"

"Ngasih saran, cuk!"

Khesa mengembangkan senyumannya. "Gue nggak papa kali. Muka gue keliatan kek orang susah?"

"Iya." ini mulutnya Azar bisa dilakban dulu nggak? Bocor banget soalnya.


"Gue pukul juga tuh mulut." kesal cowok dengan perban di kepalanya.

Azar hanya cengengesan tidak jelas seperti biasa, namun Alfa sudah kebal kok. Malahan saat ini Alfa sudah berniat menjual adiknya itu ke pasar gelap. Tapi, kasian dia piatu, EH? Alfa juga iya lagi, ck.

"Oh iya, selama lo berdua jenguk gue kok Azel nggak ikut?" tanya Khesa heran. Memang sudah beberapa kali Alfa dan Azar menjenguknya, ia tidak melihat Azel sama sekali.

Padahal jika dipikir-pikir mereka bertiga tidak pernah terpisahkan. Walaupun sering gelut juga sih.

"Orang sibuk dia." sahur Azar, lalu menyamit buah jeruk di nakas samping brankar Khesa. "Lo tau, Bang? Belakangan ini Bang Ajel tuh susah banget buat diajak main. Alesannya mau belajar mulu."

"Bukannya bagus? Gak kayak lo berdua yang bisanya jadi beban." kata Khesa dengan kekehan ringan.

"Yeee, kita mah wajar. Bang Ajel kalo diajak main alesan terus, dia juga agak emosional menurut gue." Alfa merebut setengah jeruk yang sudah di kupas oleh Azar.

"Bener, Bang. Pernah waktu itu kita ajak jajan ke alun-alun kota, nggak ada angin nggak ada hujan dia marah-marah."

"Separah itu?" Khesa sebenarnya sudah heran sejak pertama kali papasan dengan Azel, namun dia sekarang lebih heran lagi saat tahu Azel sangat sensitif belakangan ini.

A3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang