CHAPTER 05

707 54 2
                                    

CHAPTER 05 : Keserempet Motor.

***

"Ini nggak papa kita bolos?" tanya Azel, ia sedang celingukan kesana kemari karena takut akan ada yang lewat dan cepu ke guru kalau mereka sedang memanjat tembok untuk bisa bolos. Kalau murid kan bisa diajak kompromi, lah kalo guru BK-nya langsung? Azel tidak bisa membayangkannya lagi.

"Gini nih, contoh anak baek-baek yang kagak pernah bolos." ledek Azar yang sudah berada diatas tembok.

"Biasa, baru pertama kali." Alfa ikut menyahuti. Terkekeh manis sampai matanya hampir hilang.

Sedangkan Azel mendengus kesal kepada dua saudaranya itu. Ya, Azel akui jika ia tidak pernah bolos sama sekali. Berbeda dengan kedua saudaranya yang sudah membolos sejak kelas dua SMP, itupun harus membujuk Azel dahulu supaya tidak memberitahukan kepada Papa Ernald atau guru piket.

"Cepetan, Bang. Keburu ada orang liat, elah," ujar Azar yang sekarang sudah melompat kebawah. Disusul oleh Alfa yang juga tinggal melompat saja.

"Gue takut," sahut Azel.

"Kek anak perawan aja lo, Bang."

"Heh, setan! Ntar kalo Papa tau gimana dongo,"

"Ya nggak gimana-gimana, palingan dihukum."

"Ah, gue nggak mau lah!" Azel hendak berbalik, namun dengan cepat Alfa turun dan langsung menarik kerah baju Azel.

"Nggak, nggak. Ntar lo cepu ke Papa, pokoknya lo harus ikut," katanya sambil menarik kerah seragam Azel, dan Azel hanya pasrah dengan tarikan itu. Percuma juga mau kembali kekelas karena pasti sudah memulai pembelajaran.

Setelahnya, Azel dan Alfa memanjat tembok dengan menggunakan kursi yang ada. Walaupun agak kesusahan tapi dengan bantuan Alfa, Azel jadi bisa turun dengan selamat.

"Lama lo berdua!" kesal Azar, kemudian cowok itu mendahului Azel dan Alfa.

"Ini mau kemana, sih?" tanya Azel bingung, ya gimana ya orang Azel aja nggak pernah bolos. Jadi cowok itu tidak tahu apa-apa.

"Ikut aja."

Mereka bertiga berjalan sekitar lima puluh meter supaya dapat sampai diwarung entah milik siapa, Azel saja sepertinya baru mengetahui jika ada warung didekat sekolah. Walaupun harus sedikit masuk ke gang, tapi suasananya cocok sekali untuk anak nakal yang ingin bolos. Pasalnya, tata letak warung itu seperti jarang bisa dijangkau oleh para guru.

Azar memimpin masuk ke warung tersebut dahulu, disusul oleh Alfa dan terakhir Azel. Baru rokok langsung menyeruak ke indra penciuman Azel, dengan reflek Azel mengapit hidungnya dengan dua jari.

"Bau rokok banget, njir." gumamnya yang dapat didengar oleh Alfa. Karena memang yang paling dekat dengan Azel itu Alfa.

Alfa lantas terkekeh. "Makanya, sekali-kali jadi anak nakal. Jangan mantengin buku mulu,"

"Gue pantengin buku aja kagak pinter-pinter kek lo, Paj." sahut Azel, meratapi nasibnya yang mempunyai otak pas-pasan.

Alih-alih menjawab, Alfa malah mendekati seorang cowok yang sedang menyesap sebatang rokok dijarinya. Dan Azel yakin sekali kalau itu adalah Khesa.

A3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang