CHAPTER 08

445 44 4
                                    

CHAPTER 08 : Delia Al-Bukhori.

***

"Dari mana saja kamu, Azel?" suara berat milik Papa Ernald mengintrupsi Azel seolah disuruh berhenti.

Cowok itu tahu ini sudah lewat dari jam pulang sekolah. Malahan hampir jam sepuluh malam dan Azel juga tahu jika Papa Ernald akan marah dan mungkin menghukumnya.

Azel mendekati Papanya dengan perlahan. Rahang Papa Ernald sudah ketara sekali bahwa dia marah. Di anak tangga terakhir, Azel bisa melihat kedua saudaranya yang menatapnya dengan tatapan yang tidak biasa. Cowok itu tidak tahu arti tatapan itu, karena yang dilihatnya hanya ada raut datar disana.

"Azel dari rumah temen, Pa. Maaf kalau Azel bikin Papa khawatir." sahut Azel, sedikit gemetaran.

Papa Ernald lantas menghela napasnya sambil berdiri. Ditatapnya sang anak yang sedang mendunduk dalam kepalanya agar tidak bersitatap langsung dengan pria itu.

"Masuk kamar." setelah mengatakan itu Papa Ernald langsung pergi ke lantai dua, melewati dua anaknya tanpa menyapa ataupun melirik.

Azel bingung dengan situasi saat ini- hari ini lebih tepatnya. Kenapa hari ini begitu berbeda dari hari-hari kemarin?

Tidak ingin memikirkannya lagi, cowok itu lantas berjalan menuju kedua saudaranya untuk menanyakan dimana Mama Elzina berada. Namun, baru saja ingin mengeluarkan suara, Alfa dan Azar melenggang menuju lantai dua.

"Fa, Zar, Mama El kemana?" tanyanya sambil mengikuti langkah keduanya.

Tidak ada sahutan sama sekali dari mereka. Hal itu membuat Azel semakin bingung dengan sikap mereka yang aneh. Apalagi Azar yang biasanya tertawa dan membuat lelucon aneh yang akan membuatnya marah. Azel lebih suka seperti itu daripada tatapan dingin Azar.

Karena tidak mendapat jawaban, lengan Alfa dicekal olehnya agar berhenti melangkah.

"Gue tanya. Dimana Mama Elzina?"

"Lo tau kalau aturan Papa nggak boleh dilanggar?" tanya balik Alfa.

"Iya gue tau. Yang gue tanya dimana Mama-"

"Digudang."

Bukan suara Alfa melainkan suara Azar yang dingin dan menusuk itu mampu membuat Azel langsung berlari kelimpungan menuju lantai bawah.

Ia menuju gudang tempat dimana Mama Elzina berada. Sampai disana, ia langsung membuka pintu gudang, namun sayang sekali pintu itu dikunci.

"Ma! Mama bisa denger Azel?" cowok itu menggedor pintu gudang dengan kuat.

"Azel?" sahutan lemah dari dalam mampu membuat hati Azel mencelos mendengarnya. Airmata cowok itu langsung jatuh tak tertahan.

Ia mencari kunci kesana kemari tapi tak membuahkan hasil.

"Azel, itu kamu?" suara lemah itu membuat amarah dalam diri Azel memuncak.

"Mama mundur! Biar Azel dobrak!"

Azel ancang-ancang untuk bisa mendobrak pintu itu. Usaha pertama memang gagal, tetapi usaha selanjutnya Azel berhasil membuka pintu kayu keramat itu dan tidak melukai Mama Elzina sedikit pun.

A3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang