CHAPTER 10

385 61 26
                                    

CHAPTER 10 : Goodbye.

***

"Beneran nggak mau dianter sama supir? Atau mau sama aku?" tanya Papa Ernald pada Mama Ola yang hendak pergi.

"Nggak, ah. Lagian, aku juga lama. Kasian nanti kalo kamu yang nganterin pasti disana bosen." sahut Mama Ola sambil tersenyum manis.

Walaupun sangat ingin mengantarkan istrinya ke tujuan, namun ia tidak bisa membantah jika Mama Ola mau sendiri saja. Katanya, hitung-hitung sambil belajar mengendarai mobilnya. Memang Mama Ola belum terlalu bisa, baru beberapa hari ia belajar, makanya sekarang ia mau pergi sendiri agar cepat bisa.

"LAAA...!!!" teriak Mama Elzina dari dalam. Tak lama kemudian, datanglah sosok wanita cantik kan indah dengan cengiran lebarnya.

"Jangan teriak, astaga.. nanti tenggorokan kamu sakit siapa yang repot?" ucap Mama Ola.

"Dokter. Kan dia yang rawat aku." sahutnya.

Biarin aja biarin.

"Kamu tuh kalo dibilangin." Papa Ernald menjawil hidung Mama Elzina dengan gemas.

"Iya, maaf. Ini aku mau nitip sama kamu, La." kata Mama Elzina.

Dahi Mama Ola mengkerut. "Nitip apa? Jangan aneh-aneh, biasanya ini karena bisikan Azar kalo nggak Alfa."

"Azel nggak ikut?" tanya Mama Elzina.

"Nggak, dia agak bener. Soalnya ngikut aku." canda Mama Ola membuat yang mengandung Azel sembilan bulan itu melirik sinis.

Sebenarnya, candaan seperti ini sudah biasa di ketiganya. Ini pun hasil dari jokesnya Bunda Clara yang sudah mendarah daging dimereka. Diantara mereka bertiga juga yang paling hiperaktif adalah Bunda Clara sendiri, karena dia memang suka sekali membuat lelucon.

"Cepet mau nitip apa, aku udah telat nih." ujar Mama Ola sambil melihat jam tangannya.

"Oh iya." Mama Elzina mengeluarkan selembar kertas kecil dari saku celananya. "Ini, aku titip semuanya yang ada disitu. Nanti uangnya diganti sama Mas Ernald, yakan Mas?"

Papa Ernald hanya mengangguk miris dengan kelakuan istri tertuanya. Sudah biasa sih, tapi Papa Ernald yang belum terbiasa. Masalahnya, kalo istri tertuanya itu nitip bisa sampai jutaan entah untuk membeli apa saja.

Mama Ola mengecek apa saja yang ada ditulisan itu, matanya melotot saat melihat daftar yang aneh menurutnya.

"El, ini apa?! Manga? Mau buat apa?"

"Ohh.. ya koleksi."

Helaan napas keluar dari mulut Mama Ola. Ini pasti kerjaan Alfa yang ada jiwa wibu-wibunya itu. Ya, setidaknya tidak terlalu aneh permintaan wanita itu. Masih bisa dimaklumi kan.

"Ya udah, aku pamit ya. Nanti pulangnya agak malem tapi."

"Eh, nggak dianter sama kamu, Mas? Ih jahat banget, sana anterin!"

"Ola yang nggak mau, El." sahut Papa Ernald dengan sabar.

"Oh."

A3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang