Chapter 3

736 91 6
                                    

:Potter, apa yang kau rencanakan?:

Harry meletakkan buku yang dia baca di atas pangkuannya dan menatap pada Voldemort.

:Kenapa kau berpikir aku merencanakan sesuatu?: Harry menyangka kalau itu karena wajahnya terlihat polos.

:Potter, kau naik ke ranjang masih dengan jubah. Bahkan sepatumu masih terpasang:.

Harry dengan malas mengangkat bukunya kembali dan menjawab, tau kalau itu akan membuat pria ular itu kesal, :Huh, memang iya:. Sudut bibirnya terangkat saat Voldemort, seperti yang dia kira, menjadi kesal. Syukurlah Harry menambahkan, :Well, mungkin aku merencanakan sesuatu. Menurutmu, bagaimana dengan menyelinap ke kantor Snape?:

Bagian atas Voldemort bangkit dari kasur. :Aku berasumsi niatmu adalah menemukan apakah Snape ada campur tangan dengan transformasi ku. Aku juga akan berasumsi kalau kau tak punya rencana untuk melakukan hal ini: komentarnya datar.

Harry menjejakkan kakinya di bawah selimut dan bergulung miring, membuat Voldemort berdesis dari sisinya di atas selimut.

:Oh, Aku punya rencana.:

Harry lanjut membaca, tau Voldemort mengharapkan penjelasan. Harry, tentu saja tak akan memuaskan pria itu. Dia senang berpikir kalau dia sedang mengajari sang Dark Lord cara untuk bertanya bukannya menuntut.

:Potter, katakan padaku bagaimana kau akan menyelinap ke dalam kantor pengkhianat itu:.

Harry dalam hati menghela nafas. Masih dalam proses.

:Okay, kita akan menggunakan ini:. Harry menarik selembar perkamen kosong yang terlipat dari bawah kasurnya dan meletakkannya di atas selimut supaya Voldemort bisa melihat.

:Potter, aku selalu berpikir kau itu idiot. Senang kalau aku tak salah:.

Menyeringai nakal, Harry berhenti berpura-pura membaca dan mengangkat bahu. :Butuh satu untuk mengetahuinya, bukan?:

Mengambil tongkat, Harry memperkenalkan Voldemort pada Marauder's Map, yang ular itu bilang hanyalah sampah dan hanya orang bodoh yang membutuhkannya. Harry menganggap Voldemort terkesan dengan benda itu. Harry sungguh tak ingin memberikan semua rahasianya- pria ular itu sudah tau soal jubah tembus pandang di malam pertama- tapi pilihan apa yang dia punya? Mereka membutuhkannya untuk pergi ke ruang bawah tanah dan inilah cara paling mudah tanpa tertangkap atau harus menjawab pertanyaan soal apa yang sedang dia lakukan, tergantung dimana dia tertangkap (Snape: "Apa yang kau lakukan di kantorku?"). Harry berharap, manfaatnya lebih banyak daripada pengorbanan yang dia lakukan.

Di dalam keprivasian kamar Harry yang tertutup tirai, keduanya membaca peta dengan teliti, melihat koridor demi koridor yang kosong karena sudah larut. Harry terfokus pada pergerakan Snape, tau kalau pria itu cenderung berpatroli di koridor lebih lama dari yang lain, beraksi dan menangkap siswa yang melewati jam malam dan memberi mereka detensi yang menyulitkan.

Meskipun Snape menjadi professor DADA tahun ini, dia tetaplah Master Ramuan, dan demikian dia punya laboratorium sendiri dan kantor di ruang bawah tanah untuk digunakan. Pikirnya adalah jika ada informasi tentang ramuan apa yang dia— mungkin sudah gunakan— pada Voldemort, itu akan bisa ditemukan di sana. Maksudnya, Harry dan Voldemort harus pergi ke bagian kastil paling bawah tanpa tertangkap, menyelinap ke dalam kantor Snape, menghabiskan entah berapa menit atau jam mencari bukti keterlibatannya dalam keadaan Voldemort, keluar tanpa terdeteksi dan kembali ke Menara Gryffindor.

:Gampang. Kecuali part 'menyelinap ke dalam ruangan Snape'..... untuk ke sana dan kembalinya itu gampang:. Harry berhenti, kemudian menyugar rambutnya sendiri. :Mungkin kau bisa menyelinap lewat bawah pintu....?:

A Snake Named Voldemort Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang