Harry mengerutkan hidung saat dia mengambil mata newt dari penyimpanan dan menjatuhkannya dalam vial kecil, membawanya ke meja. Melirik pada buku ramuan baru tapi sudah sangat terpakai miliknya, dia membaca catatan yang ditulis oleh Half-Blood Prince sekali lagi. Dengan seringai, Harry memasukkan empat mata newt ke dalam kuali, kurang satu dari tulisan asli di buku teksnya. Cairan itu berubah menjadi oranye cerah, menandakan kalau Harry berhasil merebus ramuan untuk kelas hari ini.
:Kau tau, Potter, bukankah itu curang?:
Harry mengendus dengan angkuh. :Aku tak tau apa yang kau katakan:.
Voldemort mengeluarkan desis kekehan, yang mana terdengar cukup menyenangkan di telinga Harry. Sayangnya, kesenangan Voldemort yang jarang itu harus terhenti.
"Ah, Harry anakku, pekerjaan bagus, seperti biasa," sorak Professor Slughorn yang berpipi kemerahan saat dia melihat kuali Harry. Harry, dengan senyum kaku di wajahnya, mencoba secara diam-diam menjauh dari sang profesor.
"Er, thanks, Sir."
"Sekarang cepat dan masukkan dalam botol. Ayo, ayo,"
Slughorn meletakkan tangan gemuknya pada pundak Harry dalam dorongan dan tak sengaja menyentuh sisik dingin Voldemort. Ular itu langsung bereaksi, naik dari pundak Harry dan mendesiskan sentakan. Professor Slughorn tersandung mundur karena terkejut.
:Jangan sentuh aku!: Voldemort menggeram.
Memutar matanya, Harry mengusap punggung Voldemort. Seperti biasa, aksi ini cukup menenangkan sang Dark Lord jadi Harry bisa memasukkannya kembali ke bawah jubahnya. Dengan waspada, Harry melirik pada profesor ramuan itu untuk melihat reaksinya. Seperti yang dia bayangkan, Slughorn lumayan pucat dengan mata melebar.
"Sorry, sir, dia sedikit, um, protektif padaku,"
Yup, itu tadi kebohongan besar. Voldemort hanya melindungi dirinya sendiri dari kuman berbahaya yang mungkin dibawa orang lain dan akan mengkontaminasi dirinya. Meskipun begitu, Slughorn tak tau. Profesor itu sudah sangat waspada pada Harry dan peliharaan barunya. Mungkin satu-satunya alasan pria itu untuk tak menjaga jarak adalah karena status Harry sebagai the Boy-Who-Lived. Harry, dalam jangka waktu yang tidak sebentar, adalah tambahan yang sangat bernilai bagi kebiasaan 'mengoleksi' Slughorn. Harry dengan enggan membiarkan perhatian itu, terlalu sopan untuk memberi tahu pria itu agar pergi dari sini.
"Ah... tak apa, anakku. Hmm, ku rasa aku melihat Longbottom muda itu akan menuangkan air mata merfolk ke dalam kualinya,"
Harry meringis. Neville yang malang; itu akan membuat semua ramuannya sia-sia.
:Harus ku katakan kalau aku menyadari sesuatu,: kata Voldemort setelah Slughorn menjauh.
:Oh ya? apa itu?: tanya Harry sembari menuangkan sebagian ramuannya ke dalam vial.
:Aku membuat pilihan yang salah saat mendatangimu malam itu:.
Harry membeku. Tunggu, apa? apakah Voldemort... meminta maaf?
:Oh?:
:Ya, seharusnya bocah Longbottom itu yang aku 'tandai' sebagai anak dalam ramalan. Bagaimanapun aku ragu kalau aku akan punya banyak masalah untuk menyingkirkannya seperti apa yang terjadi padamu:.
Harry memproses apa yang dikatakan Voldemort sebelum dia merengut muram, meletakkan vial ramuannya ke atas meja dengan sedikit terlalu keras membuat beberapa siswa berbalik menatapnya. Dari sisi Slytherin, Malfoy (masih dengan rambut yang sedikit pink dan kuning) terus memberi Harry lirikan samping tanpa terlihat jelas apa yang dia lakukan. Harry menangkap tatapannya dan memperdalam rengutan di wajahnya, keturunan Malfoy itu sampai harus berbalik dengan cepat. Harry, dalam mood buruk yang tiba-tiba, merasa cukup puas dengan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Snake Named Voldemort
Fiksi PenggemarA Tomarry story Setelah diubah menjadi seekor ular dan tak dapat berubah kembali, Lord Voldemort terpaksa untuk datang pada satu-satunya Parselmouth yang masih hidup, Harry Potter. Setelah membuat kesepakatan, Harry setuju untuk membantu Dark Lord...