Chapter 7

544 80 7
                                    

:Untuk apa?: tuntut Harry saat dia menaiki tangga menuju menara Gryffindor. Moodnya menjadi tak enak, entah karena tangannya yang pegal dari menulis salinan yang menyiksa selama detensi dari Snape atau kekesalan akan aksi kabur Voldemort. Sungguh, kalau saja pria itu tak ingin membunuh Harry, dia akan menjadi penyebab kematiannya karena dia sangat beban.

:Kau bersedia tertangkap karena berkeliaran di kantor Snape tapi kau tak mau mengungkap situasi pada Lucius Malfoy, seorang Death Eater yang setia?:

:Itu sepadan dengan resikonya: jawab Voldemort, acuh tak acuh terhadap kekhawatiran Harry...karena begitulah dia. Harry mungkin ingin menolaknya, tapi dia khawatir kalau ketidaksabaran Dark Lord membuatnya terkena masalah; lagipula, semua itu sudah terjadi sebelumnya, pikir Harry dengan gelengan kepala. Dia lumayan frustasi dengan semua yang terjadi padanya akhir-akhir ini, ditiupnya poni gelap itu agar tak menutupi mata kemudian mendesah lelah.

:Jadi... begitu? sepadan, maksudku:.

Voldemort mengangguk, gestur yang Harry lihat dari ujung matanya. Dia masih tertarik akan ekspresi manusia yang bisa digunakan oleh ular itu.

:Aku jelas tau ada ruang lain di bawah lantai. Aromanya sangat kuat di balik meja dekat belakang kantor itu:.

Harry menghela nafas lagi. :Snape sudah tau Parselmagic sekarang... masuk ke kantornya mungkin tak akan mudah lagi:.

:Benar. Kau mungkin ingin mencari tau soal pelindung untuk persiapan:.

Bagus; lebih banyak kerja.

:Kita harus menunggu sampai dia pergi dari kastil:. Lanjut Harry. :Berharap saja kalau dia benar-benar pergi saat libur natal. Ku rasa dia mencurigaimu, tapi tak bisa membuktikannya. Aku mulai berpikir kalau aku seharusnya meng-Obliviate Malfoy. Kita sudah mencurigai ayahnya juga... menyelamatkanmu malah membuat tugasku makin susah:.

Harry tertawa pada keanehan yang dia ucapkan. Lagipula, dia, seorang Chosen One untuk mengalahkan Dark Lord, bukan menyelamatkan nya. Dia bekerja pada arah yang sebaliknya, dan sungguh sangat membuat tugasnya makin sulit. Tapi dia harus menghadapi kenyataan; menyelamatkan orang lebih mudah daripada membunuh mereka.

Kalau saja menyelamatkan Voldemort dan mengalahkannya adalah satu hal yang sama...

Voldemort menggumamkan sesuatu yang tak jelas, mungkin tak nyaman akan kejadian yang Harry sebut.

Harry melangkah di depan potret Fat Lady, tapi menunda kata kunci yang akan dikatakan demi berkomentar sekali lagi pada Dark Lord yang menyamar itu.

:Lain kali kalau kau memutuskan untuk jadi Gryffindor, peringatkan aku okay?:

:Hanya kalau kau tak pernah meng-Accio ku lagi. Tak sopan:.

Harry justru terkikik.

"Ah, Harry, boleh aku bicara padamu sebentar?"

Harry mendongak ke arah lorong yang telah dia lewati untuk menatap pada mata berkilat Headmaster.

"Tentu, Sir,"

Dumbledore mendekat dan berjalan ke samping Harry. "Aku melihat kalau kau tinggal di sini selama liburan. Ku pikir kau ingin pergi bersama teman-teman mu. Boleh aku tau kenapa?"

Harry merasa sedikit panik dan mencoba mengangkat dinding Occlumency yang hampir tak ada setelah belajar dari buku yang Voldemort sarankan. Tapi latihan itu baru beberapa hari, dan Harry tau kalau latihan itu kebanyakan tak berguna. Jadi Harry menatap ke depan dan mencoba tak terlihat terganggu dengan pertanyaan itu, atau setidaknya tak terlihat seperti dia punya rahasia.

A Snake Named Voldemort Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang