Selalu ada suka dan duka di setiap kisah. Termasuk kisah kita.
Naufal, kisah kita memang tidak seindah kisah cinta orang lain. Namun dapat kupastikan cinta yang kumiliki lebih indah dari yang lain.
Sayangnya, kamu tidak pernah menyadari akan hal itu.
Terimakasih, Naufal . . .
Darimu aku belajar, bahwa cinta tak harus memiliki. Meskipun rasanya hati mungil ini selalu berhasrat ingin membuatmu menjadi milikku.
Akal sehatku lelah, namun tidak dengan hatiku.
Aku tidak bisa menyalahkanmu, aku tahu. Karena jawabanmu pasti sama "Lagipula, tidak ada yang menyuruhmu untuk menyukaiku.". Enteng bagimu berkata seperti itu.
Kamu tahu? Terkadang saat aku tengah menikmati indahnya sunset di balkon, hatiku selalu bertanya, "Tidak bisakah kamu membalas perasaan ini? Tidak bisakah kamu melihat cinta tulus yang kumiliki ini?"
Tapi setelah dipikir-pikir, itu tidak mungkin. Kamu tidak akan pernah bersedia untuk hal itu bukan? Aku tahu, dan kini aku sudah bisa menerima semuanya.
Pada akhirnya kita memang tidak bisa bersatu. Sulit bagiku menerima kenyataan itu diawal, karena sialnya aku sudah terlalu jatuh pada pesonamu.
Namun sekarang, bersama dengan ini aku akan menulis awal dan akhir dari kisah kita. Akan kutumpahkan semuanya dalam cerita ini.
Terimakasih sudah hadir dan mengukir kenangan di dalam hidupku, Naufal.
Tanpamu, aku tidak akan menemukan apa itu makna 'cinta' yang sesungguhnya.
—Kinanti Ayudisa Rinjani—
KAMU SEDANG MEMBACA
Naufalinisme
Teen Fiction"Kejarlah akhirat, maka dunia akan mengikutimu" Apa jadinya jika seorang remaja alim ditaksir oleh perempuan cantik yang famous dan super nakal? Berkisahkan tentang seorang pemuda bernama Naufal Ramadhan, yang masih dilanda gejolak semangat pada usi...