One : Problem With You

723 83 10
                                    

Caroline Alhesia Haley •

Hell yeah! Hari yang menyebalkan, kali ini aku harus pergi ke sekolah mengendarai sepeda kayuh butut milik Paman Jhonny. Menyebalkan! Kenapa Paman Jhonny tidak mengantaraku saja pergi ke sekolah. Tega teganya dia.

"Caroll!!"

Suara itu membuat pandanganku dengan refleks menuju ke arah sumber suara. Dengan menyipitkan mata karena cahaya matahari menyilaukan mataku.

"Ada apa Walton?"

"Apa kau tak keberatan jika menggunakan sepeda milik ayahku?" Tanya Walton sambil menyipitkan matanya karena sinar pagi matahari.

Sebenarnya aku keberatan. Tapi yasudahlah kali ini aku mengalah. Aku tak ingin melihat Walton kecewa.

"Tak masalah Walton, aku baik baik saja, aku bisa menggunakan sepeda kayuh ini sekalian untuk mampir ke toko buku." jawabku dengan nada lembut. Secara paksa lebih tepatnya.

Dia tersenyum. "Well, jika kau ingin dijemput kau bisa bilang padaku." ujarnya sambil meninggalkan aku.

Aku tersenyum sekilas. Entah kenapa, aku nyaman sekali bisa bersanding dengan Walton. Laki laki itu sudah kuanggap seperti saudara walau bukan saudara kandung. Lebih tepatnya sahabatku. Sahabt terbaikku. Aku banyak berhutang budi dengan Walton yang begitu menyayangiku. Andai waktu bisa diputar kembali. Aku ingin dipertemukan dengan Walton sebagai pasangan suami istri.

Tapi inilah sisi menyebalkannnya. Walton sekolah di sekolah yang mahal dan berkelas. Sedangkan aku sekolah di sekolah biasa dan tidak terlalu terkenal. Walton pernah menyarankan Paman Jhonny untuk menyekolahkan aku di sekolahnya tapi, Paman Jhonny malah memilih menyekolahkan aku di sekolah yang payah dan biasa saja. Mentang mentang aku anak pungutan. Tak masalah bagiku. Aku tetap bahagia bisa bersanding dengan mereka.

Therio Callan Oskey •

Mentari sudah menyinari kamar tidurku, kini saatnya aku bersiap menuju sekolah baruku. Ibuku sudah menyiapkan sarapan untukku. Dan aku segera menuju meja makan yang sudah disiapkan. Celia juga sudah siap di meja dengan dandanan ala ala itu. Entahlah melihat mukannya saja aku sudah muak.

"Hei, apa kau yakin pergi ke sekolah dengan dandanan seperti itu, menurutku itu terlalu mencolok." ujarku pada Celia yang sedang mengoles roti.

Celia menoleh cepat. Merasa bahwa ia tengah tersindir. "Aha? Apa masalahmu?" jawabnya dengan ketus.

"Dasar wanita." kataku agak lirih sekaligus malas berdebat dengannya. Aku tidak mau mengacaukan pagiku yang indah disini.

Melihat aku dan Celia yang tengah berkelahi, sontak Ayahku memilih opsi lain untuk mencari alasan yang baik. "Well, anak anak, kalian akan pergi ke sekolah baru kalian, tapi maaf hari ini Ayah tidak bisa mengantarkan kalian, jadi kalian pergi saja dengan sopir kita." ujar Ayahku tiba tiba.

Aku menghela nasfasku. Sedikit masam mendengar ayahku tidak bisa mengantarkanku di sekolah pertamaku. "Aku harap sekolah yang satu ini lebih baik." kataku membuat suasana menjadi kaku.

Celia sontak tertawa jahil. Aura tidak enak mulai terasa di pagi ini, lebih tepatnya di ruamg makan saat ini. "Apa sebelumnya kau sekolah tidak senang ha?" tanyanya dengan nada jahil.

Aku kembali makan rotiku."Maksudku, aku hanya ingin cari suasana baru saja." Jawabku agak malas.

Seketika Celia tertawa. "Mangkannya, kau harus secepatnya mendapatkan ciuman pertamamu dari pacarmu!" kata Celia sialan, "Dan satu lagi, kau juga belum punya pacar, kan? " ledek lagi Celia.

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang