Fourteen : First Kiss?

165 9 0
                                    

"Cium, cium!"

"Kiss! Kiss!"

"Ciumm.."

Sialan.

Sihir macam apa yang mampu membuatku membeku seketika. Aku bukan salah satu dari berjuta juta orang di dunia yang tidak mau melakukan ciuman pertama. Tapi, aku mengharapkan ciuman pertamaku yang indah harus jatuh pada seseorang yang aku cinta tentunya. Dan semua itu sudah aku susun sesuai rencanaku.

"Ciumm.."

"Callan! Cepat cium Caroline!"

Ekor mataku menyelidiki gadis disebelahku ini rupanya juga tengah tersenyum lebar. Astaga, kenapa dia malah tersenyum seperti itu dan tak melakukan sesuatu. Apa dia tengah mendengarkan ocehan dari para murid?

Aku hanya tersenyum menanggapi sorakan sialan itu. Dan berusaha santai menghadapinya. Tapi tiba tiba Caroline sontak menghadap ke arahku. Membuatku harus menciutkan nyaliku. Dan sialnya, tubuhku sontak refleks juga ikut menghadap ke arahnya. Dan kini mata kami beradu.

Sorakan itu semakin keras semakin kencang. Membuat keringatku harus disumbat. Beberapa siswa gemas melihat kami yang tak kunjung berciuman. Memang aku tak ingin itu terjadi padaku. Karena, apa itu hal yang baik jika dilakukan sekarang?

Merasa mulai risih, dengan cepat aku menarik pergelangan tangan Caroline dan menunjukkan kode mataku agar cepat berpaling dari sini.

"Ayo pergi!" kataku seraya mengerjap mataku berkali kali memberikan kode padanya,untuk pergi dari sini.

Caroline yang tengah menatapku sontak mengernyit dan tak tahu harus melakukan apa. Itu benar benar membuatku gemas. Tanpa basa basi, aku segera menarik Caroline dan turun dari panggung. Walau kami harus dihadang oleh banyak murid dibawah panggung.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Caroline dengan nada tinggi melihat apa yang baru saja kulakukan padanya.

Aku tetap menghiraukannya dan menarik tangannya lebih keras menarik dan mengajaknya menjauh dari sini. Aku benar benar tidak betah dengan semua murid yang menyoraki kami. Apa tidak ada yang lebih penting dari ini?

"Hei! Mereka pergi!"

"Hei berhenti kalian berdua!"

"Mereka mau kemana?!"

"Wooooiiii..."

Dengan wajah puas dan bahagia aku langsung keluar dari aula. Meninggalkan semua rasa penat dan menegeluarkannya dari sini.

***

Malam ini begitu dingin dengan rembulan indah menghiasi langit petang. Dengan sejumlah bintang bertaburan bagaikan pasir di atas langit malam indah. Dan dibawah itulah mobilku berhenti di depan rumah yang bergaya klasik, dengan warna yang didominasi coklat serta putih sebagai pelengkap.

Aku terdiam di dalam mobil ini bersama gadis yang sudah menemani hariku seharian ini. Hening dan tidak ada pembicaraan antara kami berdua. Sampai akhirnya ada salah satu dari kami yang angkat bicara.

"Tadi itu gila!" sahut Caroline tiba tiba mengisi kekosongan pembicaraan diantara kami.

Aku sontak menoleh dan tersenyum padanya. "Kau menyukainya," jawabku dengan nada tawa.

Dia menghela nafasnya dalam dalam. Mungkin memulai dari mana ceritanya akan dimulai. "Berlari diantara kerumunan dan membelah suasana menjadi heboh, itu sangat lucu," ujarnya sambil menoleh ke arah jendela.
"Apalagi dengamu," sambungnya.

Melihat reaksinya dan ucapannya, aku membuang muka karena mulutku harus tertarik ke atas, menampilkan seculas senyuman manisku.  "Kupikir tindakan kita tadi itu benar benar asyik."

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang