"Apa maksudmu?" tanyaku seolah olah tidak percaya. Padahal aku tahu persis bagaiamana dia itu sebenarnya.
Dia berdecak. Mungkin mengumpat dalam hati beberapa kali. "Sebaiknya kau harus pergi sekarang sebelum aku pergi." ujarnya.
Aku benar benar kesal dengan pria satu ini. Belum pernah aku bertemu dengan pria seperti dia, yang keras kepala dan benar benar menyebalkan.
"Maksudku bukan begitu, Callan.." kataku mencoba untuk merayunya.
Dia sudah tidak bertoleransi lagi denganku, dan sepertinya dia mau pergi. Dia mulai beranjak dari kursi yang ia dudukinya, entah kenapa aku refleks membiarkannya.
Tapi niatannya tiba tiba tehalang karena segerombolan gadis datang dan memaksanya untuk duduk kembali.
"Hai, Callan!"
"Ayo berfoto."
"Bagaimana perasaanmu.."
"Maukah kau menandatangani bajuku disini."
"Callan.."
"Callan.."
"Eh Callan.."
"Callan kau tampan.."
Apa apaan ini, siapa dia, kenapa dia begitu terkenal begitu saja. Padahal dia murid baru. Murid yang baru saja hari ini datang.
Tapi tiba tiba saja aku teringat kembali tentang Jacob. Callan mirip sekali dengan Jacob. Dia tampan, kaya dan familiar, apa yang aku pikirkan sekarang. Kenapa aku begiu mempedulikannya? Tidak aku tidak mau berfikir lagi tentang Jacob, biarkan itu menjadi yang terakhir.
"Carol!!"
Suara itu mengejutkanku dari lamunanku, dan ternyata itu suara dari Callan. Dia memanggilku, kenapa? Kerumunan gadis gadis semakin banyak dan kurasa aku mulai terdesak.
"Carolll!!" panggilnya sekali lagi.
Aku menoleh ke arah Callan dan mencari tahu kenapa dia memanggilku.
Aku memunculkan batang hidungku di antara kerumunan sialan ini. "Ada apa Callan?" tanyaku yang mungkin saja tidak terdengar dari sana, karena kerumunan itu semakin banyak.
Callan melambaikan tangannya ke arahku, seperti membutuhkan bantuan. "Selamatkan aku dari sini!" teriaknya dari kerumunan gadis sialan.
Aku mengernyit dan memanfaatkan kesempatan emas ini. Callan meminta bantuan dariku. Ini pasri sangat menarik.
Aku tersenyum jahil. "Bukankah kau menyuruhku untuk pergi tadi?" teriaku dengan nada menantang.
Callan semakin terdesak. "Aku cabut perkataanku, tolong selamatkan aku sekarang, kumohon, akan aku turuti apa yang kau mau sekarang!" teriaknya sambil melambaikan tangannya.
Aku bersorak kegirangan. Tanpa basa basi aku segera menghampiri kerumunan itu, dan membelah kerumunana itu. Bahkan beberapa dari mereka mengumpat kasar ke arahku. But who cares. Kemudian dengan cepat aku menarik tangan Callan, dan segera mengeluarkannya dari kerumunan itu.
Gadis gadis bitc*es itu mengikuti Callan dan aku, kami berlari benar benar mirip artis. Aku segera menarik Callan ke tempat andalanku, dimana belum banyak orang tahu.
"Ayo kita naik ke atas, itu akan menyenangkan!" pintahku panik.
Callan mengernyit. Memastikan jawaban iya atau tidak. "Apa kau gila?" jawabnya.
Aku memutar bola mataku sebal. "Kau mau selamat atau tidak?" pintahku panik, karena kerumunan itu semakin dekat.
Callan akhirnya menuruti perintahku dan dia akhirnya mengikuti jalan ke 'tempat aman'.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny
Teen FictionDia orang pertama yang memperkenalkan dirinya. Dia orang pertama yang sudah membuat aku tersenyum lepas. Dia orang pertama yang sudah membuat aku menjadi kesal. Dia orang pertama yang suka mengacaukan hariku. Dia orang pertama yang sudah mencuri hat...