Thirteen : Our Victory

134 17 1
                                    

Mataku membulat kaku setelah melihat kedatangan Callan di belakangku. Dengan tatapan yang tak bisa aku artikan maksudnya, tapi sepertinya Callan seperti merasakan hal yang ganjal dari perbincanganku dengan Kelly barusan. Atau ia refleks datang ke arahku setelah aku mengumpat. Bisa saja.

"Eh, Callan. Ada apa?" tanyaku ketika melihat wajahnya tepat dibelakangku.

Dia menatapku datar. Dan seketika aku merasakan aura aneh diantara kita. "Aku ingin bicara denganmu."

Mendengar hal itu aku mencoba untuk menenangkan diri. Sedikit aneh saat Callan bicara seperti itu. "Bicara saja."

Callan sekilas melirik ke arah Kelly yang tengah menyaksikan perbincangan kita berdua. Dia merasa risih jika harus dikutat seperti itu. "Hanya empat mata," ucapnya dengan nada menyindir Kelly.

Kelly yang saat itu mendengarkan kamu berdua, sontak tersenyum miris. Dengan raut wajah sedikit jengkel ia berpaling sambil berucap malas, "Well then, I'll go!"

Setelah kepergian Kelly, aku kembali menatap Callan dengan tatapan itu lagi. Tatapan yang tak bisa aku artikan apa maksudnya. Dan Callan semakin menatap manik mataku. Sehingga sedikit membuatku risih. Tak lama, mulutnya terbuka, membuatku harus terbangun dari menatap matanya yang indah.

"Kenapa kau mengumpat?" tanyanya sambil menggunakan nada datar tapi serius. Dan terkesan horor.

Aku mencoba untuk menenangkan diri. "Mengumpat apa?" tanyaku berusaha santai.

Dia tertawa sekilas. Mencairakn suasana serius diantara kita. "Kau fikir aku tak mendengarnya?" tanyanya lagi dengan nada simpul.

Sontak aku terkejut. Aku takut jika ia mendengarakn dalam dalam perbincanganku dengan Kelly. Apalagi, aku juga tak mau hal yang belum siap aku beritahukan kepadanya harus terbuka dengan tidak baik baik. Terlebih, Callan bertanya menggunakan kalimat nada datar dan membuatku sedikit takut.

Melihat keterdiamanku, membuat Callan gemas. "Carol, coba jelaskan padaku."

Aku menggigit bibir bawahku."Aku hanya-"

"Kau benar benar menyebalkan!"

Seketika mulutku dibungkam rapat rapat oleh ucapan Callan barusan. Kenapa tiba tiba dia berucap kasar seperti itu. Menumbuhkan emosi kecil dalam kepalaku.

"Apa yang kau ucapkan dengan Kelly barusan? Pasti tentangku iyakan?" sambungnya sambil menyapu pandangan ke arah pesta dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Aku berusaha untuk menjelaskan lagi dan melupakan emosi kecil yang ada di kepalaku tadi. "Callan.."

Dia memotong ucapanku lagi. Sedikit gemas ketika ia dengan entengnya memotong penjelasnku. "Apa kau membicarakan kalau aku tukang tidur di kelas?"

Mataku sontak membulat. Perutku tergelitik. Mendengar jawabannya barusan. Dia benar benar membuatku ingin tertawa. Aku bahkan tak kuat menahan senyum dan gelak tawaku saat ini.

Callan, tidak tahu jika aku dan Kelly sedang membicarakan sesuatu diluar dugaannya. Dan dia khawatir jika aku akan membocorkan rahasianya pada Kelly. Padahal, aku tidak pernah membuka rahasia tentangnya sedikit pun pada Kelly.

Aku tertawa hebat. "Astaga, aku hanya membicarakan tentangmu karena kau suka mabuk," ujarku mengalihkan pembicaraan.

Callan membulatkan matanya. Dia terlihat sebal, dan jengkel denganku. Apalagi aku yang tertawa hebat seperti itu. "Sialan! Aku tidak seperti itu."

Aku jeda dari tawaku. Kemudian berlanjut membalas ucapan Callan. "Ku pikir itu benar."

"Aku bukan tukang pemabuk!"

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang