Nineteen : What happen with you?

159 3 0
                                    

"Ca-Caroline?"

Waitress itu mengernyit dan tersenyum sebentar.

"Maaf Tuan, ada yang bisa saya bantu?"

Astaga, apa ini hanya imajinasiku sementara atau aku sedang bermimpi sekarang. Apa aku ada di dunia yang belum pernah aku temui. Untuk menguji kewarasanku, aku bahkan berkali kali mengucek mataku seraya memperbaiki pandanganku. Takut jika aku salah orang.

"Ah maaf aku tidak bermaksud, terima kasih."

Mendengar ucapanku barusan, waitress separuh baya itu berlalu dari hadapanku. Dan seketika rasa penasaran yang ada di kepalaku bekerja dengan baik. Dan aku tahu apa yang harus aku lakukan.

***

Kali ini aku sengaja berangkat lebih awal dari biasanya. Selain aku ada urusan dengan Nick, aku juga tidak menjemput Caroline seperti biasanya. Bukan karena aku bosan atau aku menaati peraturannya, tapi memang kali ini aku benar benar ada urusan dengan Nick. Dan tentu saja, seorang waitress yang ada di kepalaku membuatku tidak bisa tidur semalaman.

Bagaimana bisa waitress itu benar benar mirip dengan kekasihku. Semua mirip dengannya. Mulai dari garis wajah, hidung, mulut dan warna kulit, warna rambut begitu mirip dengan Caroline. Namun jika tidak diperhatikan secara jeli, mungkin kemiripan itu tidak terlalu nampak. Dan kecurigaanku muncul, siapa sebenarnya waitress yang kutemui kemarin.

Aku terus berjalan dan berjalan. Menuju tempat yang sudah kujanjikan bersama Nick sebelumnya. Lebih tepatnya di taman. Taman sekolah adalah tempat yang paling nyaman aku untuk berinteraksi dengan orang banyak.

"Callan!"

Aku tersentak kaget setelah melihat kedatangan Nick yang tiba tiba nuncul di belakangku sambil menepuk bahuku keras. Dan akhirnya, kami tidak jadi pergi ke taman.

"Kau memanggilku atau mau mencabut nyawaku?"

Dia tertawa lebar. "Opsi kedua lebih tepatnya."

Aku mencebikkan bibirku sambil memukul lengannya seraya berjalan beriringan dengannya. "Sialan kau!"

Dia masih tertawa dan membuatku semakin kesal. Namun kekesalan itu reda ketika ia kembali memukul bahuku keras dengan heboh dan mencuri rasa penasaranku yang tinggi. "Eh lihat siapa yang datang!"

Mataku refleks tertuju pada telunjuk jemari kanan Nick yang tengah menunjuk sesorang.
"Jacob," sahutnya pelan.

Aku kembali berjalan dari langkahku yang sempat terhenti tadi. "Aku tidak peduli dengannya."

Melihatku berjalan mendahuluinya, sontak dia berucap lagi sambil berjalan beriringan denganku. "Wow tunggu dulu, ada satu hal yang perlu kau ketahui tentangnya," jedanya, "laki laki menawan, disegani banyak gadis, terkenal dan sama persisinya mirip sepertimu, pernah bersama Caroline."

"Lalu?"

"Sekarang kau punya saingan," cetusnya mantap. Aku terkekeh meremehkannya, "oh ayolah, dia tidak seburuk itu," ujarnya lagi mencoba untuk meluluhkan ketakutanku dengan laki laki yang disebut 'Jacob' itu.

Bukannya aku sombong atau tidak peduli dengan kedatangan murid baru yang bisa dicap sebagai 'seseorang yang penting', tapi memang sejak awal aku tidak suka dengan hal hal yang disangkut pautkan denganku. Membandingkan lebih tepatnya, karena memang setiap orang punya keunikan tersendiri. Aku juga tidak peduli apakah Caroline dan Jacob pernah menjalin hubungan atau tidak, apakah dia adalah orang yang disegani, atau apalah. Tapi yang pasti, kenangan pasti ada disini, dan biarkan kenangan itu larut dalam kedewasaan kita masing masing. Asalkan kita bisa menjaga pribadi masing masing dan tidak hanyut dalam kepribadian yang buruk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang