Twelve : This Feeling

138 17 0
                                    

Aku dan Callan masuk ke acara dan betapa kagetnya aku, begitu banyak orang yang datang tahun ini. Dan aku hanya bisa mencoba untuk tenang dengan Callan. Aku dan Callan tertawa kecil melihat situasi seperti ini.

Kami berjalan menuju ke tengah tengah acara, dan mendapati semua perhatian ke arah kami. Aku bahkan tak tahu, jika acaranya akan semeriah ini. Aku dan Callan berjalan sambil mendengar banyak murid yang membicarakan kami. Dan semuanya selalu membicarakan, 'apa mereka resmi berpacaran?'. Oh yang benar saja.

Therio Callan Oskey *

Caroline tampaknya sudah mulai lelah untuk menjawab banyak pertanyaan dari kawannya mengenai hubungan kami, dia selalu menyangkal 'tidak'. Ada rasa tersendiri dari mendengar ucapannya. Aku memilih untuk memakan makanan dan camilan dari acara ini. Minuman disini rata rata berakhohol dan aku tidak menyukai ini. Bahkan aku sempat melihat kedua pasangan yang terlalu gila, mereka melakukan make out berlebihan di pojok acara. Aku sempat mengenalinya, tapi aku tak ingat siapa namanya. Rasanya aku pernah bertemu. Oh ya aku tahu, itu Matthew. Mantan Caroline dan pernah bertengkar denganku waktu itu. Apakah, Caroline dan Matthew menjalin hubungan sampai seperti itu? Menurutku itu sangat menjijikkan.

Mataku kembali memandang ke arah Caroline yang sedang menggenggam segelas alkhohol tak berisi penuh, dan tertawa ria bersama teman temannya. Melihat Caroline yang mungkin sudah terlalu banyak minum minuman berakhohol membuatku sedikit takut dan khawatir.

Tapi, melihat ia tengah tertawa pun sangat manis. Sangat jarang kutemui dimanapun. Dia bahkan sangat serasi mengenakan gaun yang aku belikan waku itu. Dan toxedo yang kukenakan juga sangat serasi dengannya.

Sepersekian detik kemudian, aku kembali memfokuskan diriku pada Nick dan teman temanku lainnya. Mereka juga membicarakan hal yang sama, yang selalu kudengar. Tapi aku juga menjelaskannya.

Tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul, 9.45 dan kini saatnya acara berdansa. Aku mendapati semua murid sibuk mempersiapkan diri untuk berdansa dengan kekasihnya masing masing atau sekedar pasangan mereka. Begitu juga dengan Nick dan Alea yang sudah siap dengan posisinya.

Sejujurnya, aku belum pernah berdansa, jadi aku tak tahu harus bagaimana. Sedikit gugup, ketika aku menoleh ke arah Caroline. Dia sedang menoleh ke arahku juga dengan senyuman itu. Senyuman yang sudah jadi andalanku saat kita bertemu.
Dengan refleks, kakiku mengangkat langkahku dan segera menghampirinya. Ketika kami berhadapan, jantungku tidak bisa berhenti berdetak lebih cepat saat aku menatap matanya. Matanya bahkan sangat indah, seindah rembulan. Sangat bening dan tulus. Kini mata kami saling bertatapan membuat rasa canggung menyelimuti kami.

Caroline mengerjap, membuatku tersadar dari tatapan matanya. Melihat reaksiku, dia tertawa sambil tersenyum lagi.

"Jadi, apa kau sudah siap berdansa?" Tanyaku sekaligus mencairkan suasana bodoh ini.

Dia tersenyum sambil menggandeng tanganku dan mengajakku ke tengah tengah acara. Menjadi pusat perhatian. Alunan musik tenang, mengumandangkan semua murid yang berdansa. Dan ya kau tahu, aku gerogi. Aku gerogi untuj berhadapan dengan Caroline kali ini.

Caroline sudah melingkarkan kedua lengannya di tengkuk kepalaku, dan aku juga melingkarkan tanganku di pinggul Caroline yang langsing. Keringat yang hendak keluar harus kutahan semaksimal mungkin. Mengurangi rasa panas yang ada di area ini. Astaga, apa aku sedang jatuh cinta?

Aku dan Caroline bertatapan dan tak tahu harus berucap apa sekarang. Aku hanya mengikuti gerakan dan dentuman yang diberikan musik, walau sejujurnya aku tak bisa berdansa.

Aku menggigit bibir bawahku ragu. "Aku tak bisa berdansa dengan baik," kataku sambil terkekeh dan menggeleng kecil.

Caroline tersenyum. "Kau bisa, hanya ikuti irama dan sentuhan kaki yang kuberikan,"

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang