" woi van tunggu gua, bentar van istirahat dulu cape gua " ucap seorang pemuda yang saat ini sedang mengatur nafasnya
" anjir lu bisa cepet gak sih, ntar kalau ketangkep bu rika, mati kita " maki pemuda lainnya, walau begitu pemuda itu tidak meninggalkan temennya yang tengah mengatur nafas itu
" aduh, gak kuat gua van gak kuat, nyerah gua nyerah, ketangkep-ketangkep dah "
" ye baru gitu aja udah nyerah, lemah "
" seterah lu dah van seterah, sekarang gua mau istirahat aja, kalau lu mau lari lagi lari aja sana sendiri gua gak ikut cape " ucap pemuda yang tengah mengatur nafasnya itu, dengan menjatuhkan lututnya ke tanah
" hah, yaudah kita istirahat sekarang tuh di situ " ujar rivan sambil menunjuk sebuah bangku kayu yang berada tak jauh dari mereka
Pemuda itu bernama Rivan Ganendra, seseorang dengan kulit yang putih nan mulus tanpa ada noda sedikitpun, hidung yang mancung dan matanya yang belo, satu hal yang menjadi ciri khas seorang rivan adalah tahilalat yang berada di pinggir hidungnya, tinggi tubuh rivan berbeda dari anak seumurannya, bisa di bilang ia orang paling pendek di kelasnya, jika di samakan dengan teman-temanya, tinggi badan rivan hanya sebatas dada mereka
Dan temannya yang saat ini sedang bersamanya, ia bernama Jeno Respati, pemuda yang akrab di panggil jeje itu adalah salah satu teman rivan, pemuda yang menjadi incaran kaum hawa karena parasnya yang menawan, kulit putih yang agak ke hitaman, hidung yang mancung, matanya yang tajam, bibirnya yang mungil, dan wajahnya yang selalu terlihat tegas.
" oiya van, katanya nanti bunda masak banyak, dan dia nyuruh gua buat ajak lu ke rumah " ucap jeno sambil merenggangkan tubuhnya
" seriusan bunda masak banyak? " tanya rivan dengan mata yang berbinar, saat mendapatkan anggukan dari jeno seketika rivan merasa senang.
Karena uangnya habis untuk bayar kontrakan, tadinya ia berfikir untuk menahan rasa laparnya, betapa bersyukurnya ia saat mendengar ibu jeno memintanya untuk datang karena dirinya memasak makanan yang sangat banyak
Memang orang tua jeno sudah menganggap rivan seperti putra mereka sendiri, awalnya rivan merasa canggung tapi lama-kelamaan ia mulai merasa nyaman dengan keluarga jeno
Apakah jeno cemburu? jawabannya tidak, jujur saja jeno merasa sangat risih saat orang tuanya memperlakukannya layaknya seorang bayi yang belum bisa berjalan, awalnya jeno bisa memakluminya mengingat ia memang anak tunggal tapi lama-kelamaan ia merasa tidak nyaman, karena ia selalu jadi bahan ejekan teman-temanya
" yaudah sekarang kita ke warungnya po siti yu, laper gua " ucap jeno yang mulai berdiri dari duduknya
" traktir jeje " ujar rivan dengan nada manjanya
Jeno yang melihat hal itu melayangkan tatapan jijik kepada rivan
" ih apaan sih lu, jijik gua anjir " ucap jeno yang berlari kecil meninggalkan rivan
" jeje traktir, gua gak ada duit jeje " ujar rivan yang mulai menyusul jeno
Sesampainya di warung po siti
" assalamu'alaikum po " teriak jeno yang langsung mengambil bangku dan mendudukinya
" waalaikumsalam, eh jeno, rivan, mau apa nih? " tanya po siti yang baru saja keluar dari dapurnya
" hm, jeno mau nasi sama ayam kecap ya po, lu apaan van? " tanya jeno pada rivan yang saat ini duduk di sampingnya
" traktir ya " ujar rivan melayangkan tatapan memohon kepada jeno
" iya, udah cepetan mau apaan "
" yes, hm, rivan nasi sama tongkol aja po " ucap rivan di akhiri dengan senyum manis nya
" siap deh " balas po siti yang mulai membuatkan pesanan dua pemuda itu
5 menit kemudian
" ini punya jeno nasi sama ayam kecapnya, dan ini punya rivan nasi sama tongkol " ucap po siti sambil menaruh piring yang telah terisi oleh nasi dan lauknya
" makasih po " ucap jeno dan rivan, serempak
Sementara itu di sebuah ruangan yang telah terisi oleh beberapa pria paru baya
" apa kau sudah menemukannya barra " tanya pria yang terlihat lebih tua dari semua pria yang berada di ruangan itu
" aku, belum menemukannya dad " jawab pria paru baya yang masih terlihat gagah
" hah, bagaimana bisa kau masih belum menemukannya, ini sudah 16 tahun lho BARRA! " ucap pria yang lebih tua itu, di akhiri dengan sedikit teriakan
" maafkan aku dad, tapi aku memang bener-bener belum menemukannya " balas pria paru baya itu
" hah, sudahlah pembicaraan ini kita akhiri sampai disini, lanjutkan lagi jika kau sudah menemukannya " ucap pria yang lebih tua, ia mulai bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan ruangan
Setelah kepergian pria itu, semua laki-laki yang berada di ruangan itu, mulai meninggalkan ruangan
" mas kamu belum menemukan putra kita? " tanya wanita paru baya yang langsung berlari kecil ke arah sang suami yang baru saja keluar dari ruangan keluarga
" maaf ya honey, aku masih belum menemukannya " ujar sang suami dengan nada sedihnya
" ya tuhan, di manapun putraku berada, tolong lindungi dia sampai kami menemukannya " ucap wanita itu dengan sesekali terisak
Wanita itu bernama Adelia Ane Fernando, seorang wanita paru baya yang masih terlihat fresh, dengan wajahnya yang putih walaupun ada sedikit keriput tapi hal itu tidak menutupi kecantikannya
Dan sang suami yang bernama Barra Dio Fernando, sama seperti adelia Barra juga masih terlihat gagah, dengan kulit yang bersih yang menampakkan urat-urat yang berada di tangannya
Pasangan suami istri ini, sudah memiliki 4 orang anak, sebelum tragedi menimpa putra bungsunya, saat sang putra baru saja lahir ke dunia ini entah apa yang terjadi, saat barra ingin melihat anaknya, tiba-tiba saja tempat yang di tempati oleh sang putra itu kosong, dimana bayinya? Masa bayi baru lahir sudah bisa berjalan? Pertanyaan-pertanyaan aneh mulai bermunculan di pikirannya, tapi satu hal yang membuat keluarga Fernando yakin adalah anak bungsu barra sekaligus anggota terakhir keluarga Fernando itu, telah di culik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rivan
Randombagaimana jadinya jika kau yang hidup luntang-lantung, ternyata putra bungsu dari keluarga ternama? itulah yang di rasakan oleh rivan, ia yang dari kecil sudah mengenal pahitnya kehidupan, bahkan ia sudah terbiasa dengan semuanya, tiba-tiba ia haru...