chap 6

726 27 0
                                    

" ayo, masih sanggup gak? " tanya rivan setelah berhasil menumbangkan 3 orang pria yang terlihat tengah mengeroyok seorang wanita

Setelah keluar dari kawasan sekolah niatnya rivan ingin langsung ke bengkelnya bang eros, tapi saat ia memasuki gang dimana gang itu adalah jalan pintas menuju bengkel, dari kejauhan rivan bisa melihat 3 orang pria berbaju hitam tengah mengeroyok seorang wanita, dan wanita itu terlihat sudah tidak berdaya, karena rivan memang tidak bisa melihat seorang wanita tersakiti, jadi tubuhnya bergerak sendiri untuk menolong wanita itu

" awas aja lu ye, lu udah salah milih lawan " ucap salah satu pria itu, setelah mengatakan hal itu mereka bertiga langsung pergi meninggalkan rivan dengan wanita itu

" terimakasih " ucap wanita itu secara tiba-tiba

" sama-sama, tapi mbak nya gapapa kan " tanya rivan dengan nada khawatir, pasalnya tubuh wanita itu di penuh banyak darah

" gue gapapa kok, tenang aja ini bukan darah gua " jawab wanita itu dengan wajah datarnya

" dan jangan panggil gua mbak, gua gak setua itu ya " lanjutnya

" trus saya harus panggil apa dong, nona atau tante " tanya rivan sambil membantu wanita itu untuk berdiri

" panggil gua manda aja, ngomong-ngomong nama lu siapa " tanya wanita itu yang menyebut dirinya manda

" oh, kenalin gua rivan salam kenal ya " jawab rivan yang mengulurkan tangannya

" salam kenal ya rivan, sekali lagi terimakasih " ucap manda dengan mengambil uluran tangan rivan

Manda Richel, itulah nama seorang gadis yang telah rivan tolong, manda seorang wanita berusia 26 tahun, dengan wajah cantik namun dingin miliknya, manda adalah seorang wanita yang dingin dan angkuh, ia adalah seorang wanita yang berhasil membangun perusahaan miliknya sendiri di usianya yang terbilang sangat muda.

" ah, udah jam segini telat dah nih gua, yaudah manda gua duluan ya, lu hati-hati di jalan maaf gua gak bisa anterin lu pulang, soalnya gua ada urusan " ucap rivan yang terlihat panik

Panik karna melihat jam yang melingkar di tangannya menunjukkan pukul setengah tiga, ia sudah telat hampir setengah jam, karena seharusnya ia sudah berada di bengkel eros tepat pukul 2 .

" iya, gapapa kok gua baik-baik aja " ujar manda

Setelah mendapatkan anggukan dari manda tanpa menunggu waktu lama, rivan langsung berlari sekencang mungkin menuju bengkel eros, karena ia bener-bener sudah terlambat

" woi manda lu gapapa kan " khawatir seorang pria yang datang entah dari mana

" hm " manda hanya berdehem setelah itu ia pergi meninggalkan pria itu

" dingin banget mbak " ucap pria itu yang melayangkan tatapan sinis nya kepada manda

" selidiki orang-orang itu, siapa yang memberinya keberanian sebesar itu, nyerang gua di saat gua lagi sendiri, sebenarnya bisa aja gua habisin mereka semua tapi sayang saat gua mau habisin mereka semua, malah dateng bocil yang entah dari mana, tapi jujur dia cukup manis " ucap manda diakhiri dengan senyum manisnya

Tapi beda dengan pria itu, dia tidak menganggap senyum yang manda layangkan manis, ia malah merasa merinding melihat senyum itu, bagi pria itu, tidak, bagi semua orang manda di kenal sebagai gadis yang dingin dan tak tersentuh, bagaimana senyuman seorang manda di bilang manis, sementara gadis itu tidak pernah sekalipun tersenyum.

" siapapun elu yang nolongin manda, gua hanya bisa berdoa yang terbaik buat lu, semoga lu gak mati di tangan manda " gumam pria itu dengan sangat pelannya

Pria itu adalah Yudha Aleric, seorang pria yang memiliki sifat bobrok tingkat dewa, walau begitu saat ia sedang marah, jangan main-main, sifat yudha yang bobrok akan hilang bergantian dengan sifatnya yang kejam dan sadis, yudha adalah tangan kanan manda sekaligus temen masa kecilnya.

" yudha, gua pengen lu cari infomasi tentang seorang pria bernama rivan " ujar manda yang menyadarkan yudha dari lamunannya

" oke serahin semuanya ke gua " ucap yudha dengan senyumannya namun tak ayal batinnya mengeluarkan unek-uneknya tentang manda

***

" bang maaf gua telat tadi ada sedikit masalah " ucap rivan saat sudah sampai di bengkel eros dengan nafasnya yang terengah-engah

" anjir lu gapapa kan van? " tanya eros dengan wajah khawatirnya

Awalnya ia ingin marah-marah karena gak biasanya rivan terlambat, tapi saat ia melihat kondisi rivan yang sepertinya kesulitan untuk bernafas, eros langsung merasa khawatir.

" gua gapapa kok bang, tenang aja " jawab rivan yang berusaha untuk mengatur nafasnya

" lu minum dulu gih, istirahat bentar abis itu lu kerjain tuh motor yang itu " ucap eros sambil menunjuk sebuah motor yang sepertinya sudah di bongkar

" oke, bang " rivan langsung pergi ke arah sebuah bangku kayu yang sudah tersedia di sana.

***

" hah "

" kenapa pa? " tanya seorang pemuda yang saat ini sedang berada di ruang tamu bersama dengan sang ayah, entah apa yang terjadi tiba-tiba saja sang ayah menghela nafasnya dengan sangat berat

" menurut mu apa benar dia anak dari kak barra? " tanya brian pada putranya, saat ini ia sedang mengerjakan pekerjaannya di ruang tamu begitupun anaknya yang saat ini sedang mengerjakan pekerjaan sekolahnya

" hah!, papa ngomongin apaan sih, aku gak ngerti, kalau ngomong tuh yang bener, aku gak tau masalahnya apa tiba-tiba papa nanya kaya gitu, aku gak tau harus jawab apa " kesal pemuda itu yang merupakan putra dari brian

" ini salah papa, nanyanya ke kamu " kesal brian ini salahnya, putranya satu ini emang tukang emosian.

Keen Greo Fernando, putra ke-3 dari brian ini, memang terbilang emosian, mudah tersinggung itulah dirinya, tapi bagi kaum hawa hal itu malah membuat keen terlihat lebih keren, muka yang tegas dan dingin, dengan sifat yang emosian, entah apa yang di pikirkan oleh para gadis itu, sifat keen yang seperti itu menjadi data tarik tersendiri bagi mereka

" hah, emang masalahnya apa sih pa " tanya keen yang berusaha menahan dirinya untuk tidak mencaci-maki sang ayah

" anak terakhir kak barra udah ketemu, tapi papa masih belum bisa sepenuhnya percaya " jawab brian yang mulai menjelaskan semua masalahnya yang membuatnya pusing hari ini

" apa yang papa pikirin saat pertama kali ketemu anak itu? "

" papa gak bisa mikir apa-apa, tapi kalau di perhatikan baik-baik emang wajahnya mirip dengan kak lia, apa lagi matanya "

" kenapa gak tes DNA aja? "

" papa belum sempat bertemu dengannya, awalnya papa ingin mendekatinya tapi saat melihat wajah dan matanya, tubuh papa seketika menegang, karna wajahnya benar-benar seperti kak lia, bahkan papa seperti tidak bisa membedakan mereka " jelas brian.

Rivan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang