Tok
Tok
Tok" iya sebentar " teriak rivan yang baru saja keluar dari kamarnya
" iya siapa sih, loh manda? " tanya rivan saat membuka pintu, dan hal pertama yang ia lihat adalah manda yang sedang menunduk dengan nafas yang terengah-engah
" man, lu gapa-"
Bruk
Belum selesai rivan berbicara tiba-tiba saja tubuh manda jatuh tepat ke arahnya dengan cekatan rivan menangkap tubuh manda, dan berakhir mereka jatuh besama dengan rivan yang berada di bawah manda.
" man, lu kenapa? lu gapapa kan? " khawatir rivan saat tangannya menyentuh tubuh manda, panas kata yang pas dengan apa yang rivan rasakan saat ini
" manda, lu demam? bangun dulu man " ucap rivan sambil perlahan mengangkat tubuh manda
" tolong aku van, tolong " lirih manda yang tidak ingin lepas dari rivan
" ya, tolong apa? lu jangan kaya gini dah, lu kenapa sih " geram rivan, ia tidak tau apa yang terjadi.
" diam, biarin begini dulu " gumam manda tepat di telinga rivan
" hah, oke-oke " ucap rivan dengan pasrah
Dapat rivan rasakan kalau tubuh manda memeluk dirinya dengan sangat erat, seakan jika pelukan itu lepas rivan akan pergi.
20 menit kemudian
" man, lepas dulu bisa?, gua sesak " lirih rivan dengan sedikit mendorong tubuh manda untuk menjauh
" enggak kamu pasti mau pergi, pasti kamu mau pergi iyakan " gumam manda di barengi dengan isakannya
" hah, enggak man, gua gak bakal pergi sumpah " ujar rivan dengan nada yang lembut, guna menyakinkan manda bahwa ia tidak akan pergi, lagi pula ia ingin pergi kemana, kontrakan aja belum dibayar
" bohong kamu pasti mau pergi, kamu mau ninggalin aku, iyakan " lirih manda yang semakin mengeratkan pelukannya
" hey dengar, aku gak akan pergi oke, aku disini paham, tenang dulu ya, sebenarnya ada apa hm, kenapa kamu kaya gini, ada yang jahatin kamu? Bilang sama aku siapa yang jahatin kamu hm " ucap rivan sambil mengangkat kepala manda guna menatapnya
" jangan pergi, jangan tinggalin aku " lirih manda sambil menggenggam tangan rivan yang berada di pipinya
" ssttt, aku gak akan pernah tinggalin kamu, oke, lihat aku disini "
" janji jangan pergi, jangan tinggalin aku, jangan kemana-mana "
" hm, aku gak kemana-mana kok, sekarang kamu bangun dulu ya" ucap rivan sambil membantu manda untuk berdiri
Setelah membantu manda berdiri, rivan meminta manda untuk duduk di sofa dan ia pergi membuatkan teh hangat untuk manda.
" ini minum dulu " ucapnya yang memberikan gelas berisi teh hangat
" terimakasih " dengan perlahan manda meminum teh itu
" udah tenang, sekarang coba cerita ada apa hm " tanya rivan dengan memberikan tatapan hangatnya
Dan tatapan itu berhasil memenangkan hati manda yang tadinya sangat gelisah
" aku gapapa kok, tadi kucing aku mati, padahal kucing itu satu-satunya keluarga aku, maaf tadi ngagetin kamu " ucap manda yang mulai tenang
" jadi karena kucing, astaga aku kira karena apa, ternyata karena kucing " ujar rivan yang tidak habis pikir dengan apa yang terjadi
Tiba-tiba manda yang memeluknya dan memintanya untuk tidak pergi, ternyata masalahnya karena kucingnya mati.
" hah, bisa gak lain kali jangan ngagetin gitu, tadi aku pikir ada yang jahatin kamu loh, eh ternyata karena kucing, aduhh bikin kaget sumpah " gerutu rivan
" maaf ya udah bikin kamu kaget, terlebih lagi siapa yang berani jahatin aku hm " tanya manda dengan mengangkat sebelah alisnya
" hah, trus sekarang gimana, kucingnya udah di kubur? " tanya rivan yang berusaha mengubah topik
" udah di kubur kok " jawab manda sambil sesekali menyeruput teh buatan rivan
Drrrrtttt
DrrrrttttDeringan di ponsel manda mengalihkan atensi mereka
" hallo " ucap manda saat mengangkat ponselnya dan menempelkannya di telinganya
"..... "
" hmm "
" ...... "
" iya " setelah mengatakannya manda langsung memutuskan panggilan
" siapa? " tanya rivan saat melihat ekspresi wajah manda yang langsung berubah saat mengangkat telpon, yang entah dari siapa
" oh dia..........."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rivan
Randombagaimana jadinya jika kau yang hidup luntang-lantung, ternyata putra bungsu dari keluarga ternama? itulah yang di rasakan oleh rivan, ia yang dari kecil sudah mengenal pahitnya kehidupan, bahkan ia sudah terbiasa dengan semuanya, tiba-tiba ia haru...