Bulan mulai tenggelam bergantian dengan matahari yang mulai menampakan dirinya, cahaya matahari mulu-malu masuk ke dalam sela-sela kamar seorang pemuda, namun hal itu tidak membuat pemuda itu terusik sedikitpun, ia mala menyamankan posisinya
Hingga suara alarm di ponselnya berbunyi dengan sangat kerasnya
" jam berapa nih? " tanya pemuda itu dengan setengah sadar
" ah, udah jam segini toh " lanjutnya saat nyawanya telah terkumpul
Tak menunggu waktu lama, pemuda itu langsung bangkit dari kasurnya menuju kamar mandi
" yah, susu gue abis, ntar pulang dari bengkel bang eros, beli dah " ujar pemuda itu, saat membuka pintu kulkasnya ia sudah tidak menemukan susunya, sayang sekali sepertinya hari ini ia harus libur minum susu padahal ia sangat menyukai susu
Tok
Tok
Tok" woi, rivan dah bangun belum lu, anjir rivan mati ya lu, woi " teriak jeno yang saat ini sedang menggedor-gedor pintu kontrakan rivan
Yap, pemuda yang sangat menyukai susu itu adalah rivan.
" iya-iya anjir, berisik bego " maki rivan saat sudah membukakan pintu kontrakannya
" lama amat lu ngapain aja sih? " tanya jeno yang langsung masuk ke dalam kontrakan rivan, tanpa menunggu sang tuan rumah memberinya izin untuk masuk
" baru mandi gue makanya lama " jawab rivan yang masuk kembali ke dalam kontrakannya, tanpa menutup pintunya
Kebiasaan rivan ya gitu, kalau pagi sebelum berangkat ke sekolah rivan akan membuka pintu kontrakannya terlebih dahulu setidaknya sampai 5 menit membiarkan udara masuk ke dalam kontrakannya, katanya biar gak pengap.
" yaudah yu berangkat " ajak jeno sambil mengambil satu roti milik rivan
" yu, tunggu bentar buku gua ketinggalan " ucap rivan yang berlari menuju kamarnya untuk mengambil buku pr nya
Sesampainya mereka di sekolah
" woi, bangke lu pada, kemaren bolos kagak ngajak-ngajak lu " teriak seorang pemuda yang saat ini berada di depan rivan dan jeno
" sorry " balas rivan dengan wajah tanpa dosanya
" kalian bisa-bisanya bolos, gak tau kan kalau besok ada lomba, itulah akibat kalau kalian bolos " maki seorang gadis yang entah datang dari mana tiba-tiba ikut nimbrung
" huh, kalau aja bukan cewe udah gua ajak baku hantam dah " gumam rivan yang masih bisa di dengar oleh gadis itu
" heh, kenapa? Mentang-mentang gua cewe, lu kira gua bakal takut gitu, sorry ye gua bukan cewe yang sekali di senggol langsung jatoh " ucap gadis itu dengan wajah tengilnya
Gadis itu bernama Ria Indriani, ria merupakan wakil ketua kelas di kelas rivan, tubuh yang kecil dan muka yang bulat, sangat imut itulah kesan pertama yang akan orang-orang katakan jika bertemu dengan ria, tapi bagi mereka yang sudah mengenal ria, jangan di tanya, muka aja imut tapi kelakuannya kaya setan
" heh, nih cewe nantangin gua " ucap rivan dengan mengangkat lengan seragamnya
" apa, ayo kalau berani " ujar ria yang mengikuti gaya rivan (ngangkat lengan seragamnya)
" eh udah napa, lu pada berantem mulu kalau ketemu, awas loh nanti jatuh cinta " ejek pemuda yang dari tadi diam saja memperhatikan pertengkaran yang terjadi di depan matanya
" DIEM LU, BENCONG " teriak rivan dan ria serentak
Pemuda itu langsung kaget mendengar apa yang di katakan temen sekelasnya itu
" anjing gua bukan bencong bangke, cuman banci " ucap pemuda itu sambil mengibaskan rambutnya
" gak lah, anjing gua laki woi, nih liat otong-otong gua " lanjutnya dengan mengangkat lengan seragamnya, yang menampakkan otot-ototnya
Pemuda itu bernama Aziel Mahaprana, pemuda yang akrab di panggil el itu kelakuannya emang sulit di tebak, kadang dia bisa serius, kadang juga dia bisa bobrok abis, pokoknya gak ketebak deh.
" yaelah apaan sih kalian kaya anak kecil aja anjir " ucap jeno sambil menutup mukanya
Jeno menutup mukanya karena saat ini mereka tengah jadi tontonan banyak orang, percayalah jeno ingin sekali berteriak " DIA BUKAN TEMEN GUA " tapi ia urungkan, karna kalau ia melakukan hal itu yang ada tambah malu.
" udah-udah, balik ke kelas yu balik " ujar jeno sambil menarik tangan rivan untuk meninggalkan tempat itu
Sesampainya di kelas
" eh, emang ada lomba apaan dah el " tanya rivan apa aziel yang saat ini sedang duduk di depan mejanya
" gua juga gak tau pasti sih, yang gua tau katanya lombanya itu, kaya lomba matematika, lomba bahasa Inggris, pokoknya lomba pembelajaran gitu deh, ya intinya lombanya pake otak, kita yang gak ada otak dipersilahkan untuk menonton saja " jelas aziel
" lu aja kali, sorry nih ye, gua gini-gini nilai gua masih di atas rata-rata lah, jadi gua kagak bego-bego amat kaya lu yang gak punya otak " ejek rivan yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari aziel
" suka-suka kau lah " ujar aziel yang membalik bangkunya, yang tadinya menghadap rivan jadi menghadap papan tulis
" cie marah cie " ucap rivan sambil mencolek-colek kecil bahu aziel
Apakah aziel marah? jawabannya tidak, ia hanya menggelengkan kepalanya dengan kelakuan rivan, ya karena aziel tau betul bagaimana kelakuan rivan yang kaya titisan dajjal
" hey guys, tadi gua dengar katanya bakal ada satu keluarga yang ikut nonton lomba di sekolah kita, loh " nimbrung ria, yang mengaktifkan mode gosipnya
" keluarga siapa? " tanya rivan yang mulai penasaran
" gua juga gak tau sih, tapi yang gua denger dia itu donatur di sekolah kita " jawab ria
" oh " balas rivan yang mulai tidak tertarik dengan pembicaraan ini
" oiya katanya, satu keluarga itu produknya gak pernah ada yang gagal " ucap ria yang belum mau menyerah, padahal sudah jelas-jelas rivan tidak tertarik
" hah, maksudnya " tanya rivan bingung, walau rivan titisan dajjal, tapi tuh anak masih rada-rada polos
" maksud gua keturunannya gak ada yang jelek, cakep semua bos " jawab ria yang mengacungkan ibu jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rivan
Randombagaimana jadinya jika kau yang hidup luntang-lantung, ternyata putra bungsu dari keluarga ternama? itulah yang di rasakan oleh rivan, ia yang dari kecil sudah mengenal pahitnya kehidupan, bahkan ia sudah terbiasa dengan semuanya, tiba-tiba ia haru...